Dalam sebuah hadits, Rasulullah menyebutkan ada 4 golongan umroh dan haji yang tidak boleh diikuti.
Pertama, orang yang berkemampuan melaksanakan haji dan umroh, tapi berangkat hanya untuk bersenang-senang.
Saat berangkat ke Tanah Suci, untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah, hendaknya kita menanamkan dalam hati bahwa kita sedang melakukan perjalanan untuk beribadah. Jangan pergi ke Tanah Suci hanya karena menganggapnya sebagai lokasi yang belum pernah dikunjungi. Sehingga ingin berlibur ke sana. Allah mengetahui segala isi hati, sehingga kita harus benar-benar berniat untuk menjalankan ibadah haji atau umroh.
Ketika Anda berangkat menunaikan ibadah haji dan umrah, pastikan di dalam hati hanya ada niat untuk beribadah melaksanakan perintah Allah dan Rasulullah.
Kedua, umroh atau haji karena berdagang mencari keuntungan finansial.
Berdagang adalah ssesuatu yang tidak dilarang. Bahkan Rasulullah meNgatakan bahwa berdagang adalah pintu rejeki. Akan tetapi, jangan membawa kegiatan perdagangan saat akan beribadah haji atau umroh.
Orang yang berangkat ke Tanah Suci hanya untuk berdagang tidak diperbolehkan. Misalnya jamaah yang berangkat ke Tanah Suci sambil membawa barang dagangan. Dengan begini, niat untuk pergi ke Tanah Suci sudah tidak murni untuk ibadah lagi. Perbaiki niat dan berangkatlah ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ketiga, orang yang melaksanakan umroh atau haji untuk tujuan riya dan sum’ah.
Menunaikan ibadah haji dan umroh dari Indonesia memang memakan banyak biaya dan tenaga. Terkadang, hanya orang-orang dengan kelebihan rizki yang bisa berangkat ke sana. Karena itu, ketika Allah memberi kesempatan untuk beribadah haji atau umroh, jaga hati dari perasaan riya dan sum’ah.
Beribadah haji dan umroh hanya karena ingin dipandang lebih baik oleh orang lain juga tidak diperkenankan. Misalnya, ketika ada yang berangkat umroh karena merasa pantas dan ingin dianggap ahli ibadah. Hal tersebut jelas tidak diperbolehkan.
Keempat, orang yang haji atau umroh dengan memaksakan diri, hingga akhirnya menjadi beban orang lain.
Memaksakan diri dan berlebihan tidak diperkenankan dalam Islam. Terlebih lagi jika pada akhirnya kita menyusahkan diri sendiri dan orang lain. Apalagi karena terlalu memaksakan diri, sampai meminta-minta di masjid-masjid atau jalanan di Mekah dan Madinah. Meminta-minta adalah perbuatan yang sangat tidak disukai oleh Allah SWT.
Akan tetapi, perlu diingat bila ada orang yang meminta-minta, hendaknya tidak buruk sangka dan menganggap mereka telah melakukan hal buruk. Memberi penilaian baik dan buruk adalah hak Allah SWT. Sebagai seorang muslim yang baik, tugas kita berbagi kepada mereka. Bahkan kita bisa menyiapkan sedekah kepada mereka yang meminta-minta di Tanah Suci. Karena bisa jadi, mereka adalah malaikat yang ditugaskan untuk menyerupai manusia.
Ibadah haji dan umrah akan sempurna hanya dengan niat karena Allah Subhanahu Ta’ala. Semoga Allah memurnikan hati kita saat berangkat ke Tanah Suci.