Idul Fitri adalah hari raya yang istimewa bagi umat Islam di Indonesia. Karena itu, tidak jarang banyak yang beranggapan untuk mengganti nasi dengan hidangan yang lebih istimewa. Di Indonesia sendiri, ada 4 hidangan pengganti nasi yang sering disajikan saat hari raya Idul Fitri, seperti di bawah ini.
Lontong
Lontong adalah hidangan nasi yang dimasak dengan bungkus daun pisang. Bentuknya yang panjang dan dikemas dengan daun pisang membuat lontong memiliki aroma daun pisang yang khas. Dibandingkan dengan ketupat, lontong biasanya memiliki tekstur yang lebih empuk dan lembut.
Lontong biasanya disajikan bersama makanan-makanan khas Idul Fitri lainnya, seperti opor ayam, sayur labu, atau sambal goreng.
Burasa
Burasa adalah Makanan khas masyarakat Sulawesi Selatan. Banyak juga dijual di tempat tertentu, Burasa merupakan nasi yang dimasak di dalam daun pisang. Jika banyak orang Indonesia menyantap ketupat di hari Lebaran, tidak demikian dengan warga di Sulawesi Selatan. Umumnya, mereka mengkonsumsi Burasa.
Biasanya, Burasa dihidangkan pada hari raya, seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Burasa berbeda dengan ketupat. Jika ketupat dibuat dengan kemasan daun janur, Burasa dibuat dengan kemasan daun pisang. Bentuknya juga tidak segi empat, seperti ketupat namun lebih mirip dengan lemper.
Burasa sangat khas dengan cita rasanya yang gurih. Tidak heran karena bahan utama untuk membuat Burasa adalah beras dan santan. Biasanya, beras yang sudah dicuci dimasak dengan santan, kemudian dibungkus daun pisang dan direbus selama sekitar 6 jam.
Burasa ini sangat cocok dimakan dengan makanan berkuah. Biasanya, warga di Sulawesi menyantapnya dengan coto makassar atau sop konro. Bahkan ada yang langsung menyantap Burasa bersama dengan menu-menu lainnya.
Lepet
Lepet adalah sajian yang banyak dinikmati oleh warga di Jawa Tengah. Lepet ini digunakan sebagai pengganti karbohidrat saat menyantap makanan khas Idul Fitri seperti, opor, sambal goreng, atau sayur labu.
Lepet memiliki tekstur yang kenyal dan rasa yang gurih. Bahan utama untuk membuat lepet adalah beras ketan dan kelapa parut. Lepet juga dibungkus seperti lemper, namun menggunakan daun janur. Setelah terisi beras, lepet diikat dengan serat batang bambu dengan rapat di kedua sisi, agar saat dimasak, beras tidak keluar.
Dahulu, membuat lepet merupakan sebuah tradisi untuk menghormati orang-orang yang sudah meninggal. Namun kini, lepet banyak dinikmati saat Idul Fitri, karena sangat jarang kita bisa menemukan hidangan ini di hari-hari biasa. Tidak heran, karena membuat lepet ini juga terbilang cukup rumit dan melelahkan. Bungkus lepet juga tidak banyak dijual seperti bungkus ketupat. Karena itu, butuh keterampilan khusus agar kemasan lepet ini menjadi cantik dan rapi.
Ketupat
Ketupat adalah hidangan yang sangat identik dengan hari raya Idul Fitri. Ketupat memang sering disajikan sebagai pengganti nasi yang lebih spesial. Ketupat dibungkus dengan kantong yang terbuat dari janur dan berbentuk kotak. Setelah dicuci, beras dikeringkan lalu dimasukkan ke dalam bungkus ketupat yang berbentuk kantong segiempat. Beras diisikan hingga 3/4 penuh, kemudian kantong-kantong ketupat dimasukkan ke dalam panci berisi air dan direbus minimal 4 jam.
Hidangan ketupat sangat identik dengan Idul Fitri bermula ketika Islam disebarkan oleh Sunan Kalijaga di abad 15-16. Konon, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya Jawa yang dikaitkan dengan nilai-nilai keislaman. Ketupat disebut sebagai singkatan dari “ngaku lepat” yang artinya mengakui kesalahan.