Rasulullah adalah manusia yang menjadi utusan Allah, dan senantiasa dijaga Allah. Akan tetapi, keistimewaan tersebut tidak membuatnya tinggi hati. Justru Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dikenal sebagai orang yang tawadhu’. Rasulullah senantiasa bersikap rendah hati di hadapan orang mukmin saat itu. Bersikap lemah lembut dan santun, menjenguk orang yang sakit, membantu orang yang lemah, bercanda dengan anak-anak, dan sifat-sifat mulia lainnya. Bahkan sifat tersebut juga beliau tunjukkan kepada orang-orang yang masih mengingkari Islam.
Tentu setiap orang ingin agar memiliki sifat tawadhu’, sebagaimana yang dimiliki Rasulullah. Walaupun kita tidak mungkin menyamai beliau, namun kita bisa belajar dari Rasulullah lewat sikap-sikap beliau di bawah ini.
Memahami Keagungan Allah
Sifat tawadhu’ Rasulullah ini datang karena beliau adalah orang yang sangat mengenal Allah yang Maha Besar. Rasulullah selalu mengagungkan Allah, dan senantiasa patuh kepada perintah Allah.
Dalam sebuah hadist Qudsi yang diriwayatkan Imam Abu Dawud dan Imam Ibnu Majah, Allah mengatakan, “Kesombongan adalah selendangKu dan keagungan adalah pakaianKu, maka siapa yang mencabut salah satu daripadanya, maka Aku akan menceburkannya ke dalam api neraka”. Hadist qudsi tersebut disampaikan Allah agar tidak ada manusia yang merasa sombong, dan merasa tinggi daripada yang lainnya.
Menghargai Anak-Anak
Rasulullah adalah orang yang selalu bersikap lembut kepada anak-anak. Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, Anas bin Malik bercerita bahwa, “Dahulu ada budak kecil perempuan dari penduduk Madinah meraih tangan Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lalu dia mengajak beliau pergi ke mana saja ia suka.”
Membantu Pekerjaan Rumah Tangga Istrinya
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Al Bukhari dari al-Aswad bin Yazid, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah: “Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah SAW di rumahnya? ‘Aisyah menjawab: ‘Beliau biasa membantu keluarga; apabila mendengar suara adzan, beliau segera keluar (untuk menunaikan) shalat.”
Tidak Suka Disambut Berlebihan
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa tidak ada seorang pun yang dicintai oleh para Sahabat daripada Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Namun apabila mereka melihat Rasulullah, mereka tidak berdiri untuk menyambut beliau. Para Sahabat tahu bahwa Rasulullah tidak menyukai cara seperti itu.
Rasulullah Tidak Suka Dipuji Berlebihan
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak suka jika ada Sahabat atau umatnya yang memujinya berlebihan. Ketika seseorang memuji secara berlebihan, ditakutkan akan menimbulkan kesan bahwa seseorang yang dipuji memiliki sifat ilahiyyah. Beliau selalu berpesan untuk menganggapnya sebagai hamba Allah dan seorang rasul.
Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Imam At Tirmidzi, Rasululah pernah bersabda, “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putra Maryam. Aku hanyalah hambaNya, maka katakanlah, ‘Abdullaah wa Rasuuluhu’ (hamba Allah dan Rasul-Nya)”.
Rasulullah Bergaul dengan Orang Miskin dan Sangat Menghargai Mereka
Ada sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah, di mana Rasulullah bersabda, “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin dan himpunkanlah aku ke dalam golongan orang fakir miskin”.
Para ulama mengatakan bahwa doa tersebut diungkapkan Rasulullah ketika beliau berkumpul dengan Sahabat yang tidak memiliki kelebihan harta (miskin). Tujuan dari Rasulullah mengatakannya adalah agar para Sahabat yang miskin itu tidak merasa rendah diri di hadapan Rasulullah.
Ada juga Ulama yang berpendapat bahwa maksud dari doa tersebut adalah bahwa Rasulullah berharap selalu memiliki sikap tawadhu’ dan khusyu’, serta tidak menjadi orang yang sombong dan takabur.
Sifat tawadhu’ beliau membuatnya menjadi manusia yang paling mulia. Rasulullah berpesan kepada kita, “Barangsiapa yang bersikap tawadhu’ karena mencari ridha Allah, maka Allah akan meninggikan derajatnya. Ia menganggap dirinya tiada berharga, namun dalam pandangan orang lain ia sangat terhormat. Barangsiapa yang menyombongkan diri maka Allah akan menghinakannya. Ia menganggap dirinya terhormat, padahal dalam pandangan orang lain ia sangat hina, bahkan lebih hina daripada anjing dan babi” (HR. Al Baihaqi).