Ingat kisah Yusuf dan Zulaikha?
Tatkala Zulaikha membuat supertrap untuk menjebak Yusuf berbuat maksiat dalam sebuah settingan khalwat. “Wahamma biha..” kata Yusuf. Yusuf pun awalnya berkeinginan yang sama, sebelum datangnya tanda-tanda dari Allah agar segera berpaling (QS.Yusuf: 20)
Dia alaihissalam yang diciptakan Allah dengan garis nasab terindah, dari mahluk-mahluk luhur nan mulia; Ibrahim, Ishaq, lalu Yaqub, pun qadarullah sempat tertawan oleh dahsyatnya godaan kaum hawa.
Nah, bagaimana dengan kita, saya, atau anda yang bukan keturunan siapa-siapa? yakinkah kuat menghadapi godaan Zulaikha-Zulaikha kekinian, sementara kita cuma remah-remah emping kondangan?
Makanya, kalo Dilan bilang menahan rindu itu berat, apa kabar dengan menahan syahwat?
Sebutkan hal-hal terberat yang pernah kau kerjakan, mungkin semuanya akan terasa enteng jika perbandingannya adalah memalingkan pandangan dari apa yang Allah haramkan. Di kampus, di kantor, hingga di jalan-jalan begitu sulit gadhul bashar dipraktekkan.
Melirik ke kiri ada gambar wanita dengan senyum menggoda di papan iklan henpon. Henponnya kecil, wanitanya dominan. Melirik ke kanan, ada wanita menggoda di baliho caleg. Visi misinya kecil, wanitanya segede gaban.
Fokus ke depan, bisa kesandung batu atau nginjak kotoran ayam. Apa yang harus kau lakukan? Meliriklah ke atas, minta perlindungan pada Dia yang istiwa alal arsy.
Kelar urusan? Oh, belum. Gak hanya di luasnya ruang-ruang publik bahaya syahwat, khalwat, atau ikhtilat mengancammu. Tapi lebih dari itu ia menyusup di balik sempitnya layar gadgetmu.
Menyebar jejak love pada postingan cewek selebgram, padahal bilang cinta pada istri di rumah saja jarang. Dengan mudahnya berhaha-hihi dengan chat pribadi bersama ia yang gak ada hak bagimu, lalu kesetiaan macam apa yang kau tawarkan pada pasangan sah-mu yang mungkin tanpa kau sadari mati-matian menjaga aibmu?
“Ah, kami kan gak ngapa-ngapain”. “Ah, orang cuma chat doang masa gak boleh?” Pernah dengar kalimat ngeles seperti itu? Come on, sob..
Yang biasa-biasa bisa berujung binasa. Pelakor dan pebinor itu awalnya juga dari basa-basi biasa. Karena setitik “hai” atau “lagi ngapain?”, rusak sighat taklik sebelanga.
Ada beberapa orang yang rumah tangganya hancur berantakan karena lepas karet kesetiaan salah satu pasangan. Ada yang malah sudah mapan, diberi anugerah istri dan anak yang menggemaskan, masih saja mencari hiburan dengan cara-cara yang mengancam terhambatnya rahmat Allah serta doa yang tidak dikabulkan.
Apakah kira-kira kesenangan virtualmu itu yang kelak mencebokmu saat kau sudah renta dan gak berdaya? yang menangisi jasadmu saat tiba masanya?
Sob, kau mungkin bisa dengan mudah menghapus riwayat, tapi tidak dengan catatan malaikat. Easy to clear history, but not easy to sorry..
Bahkan kata Imam Nawawi, jika mengucapkan salam kepada lawan jenis potensi fitnahnya lebih besar maka sebaiknya jangan dilakukan.
Maka wajarlah Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim “Saya tidak meninggalkan sesuatu fitnah setelahku yang lebih besar bahayanya bagi kaum lelaki daripada perempuan.”
Untuk itulah wanita dianjurkan menutup aurat. Kalo belum mampu sempurna, tutuplah saja dulu sebisanya. Pria juga dianjurkan menjaga pandangan. Kalo belum mampu sempurna, jagalah saja dulu sebisanya. Jangan karena gak mampu seluruhnya lalu meninggalkan seluruhnya.
Lalu apa hal yang bisa meredam fitnah syahwat? Jawabannya adalah mari sama-sama perbaiki sholat.
Jika ada yang mendorongmu untuk berbuat bejat, ambillah wudhu lalu resapi rakaat demi rakaat. Wadzakarasma robbihi fasholla (QS.Al-A’la: 15)
Sholat adalah kekuatan moral. Jika sholat diabaikan, syahwat akan turut. Sholat yang dinikmati niscaya akan mengubah perasaan menjadi muak pada maksiat”.
Sepakat?
Pada akhirnya, Dilan harus mengaku bahwa rindu gak lebih berat dibanding syahwat.
Syahwat itu nikmat, salurkan pada saat yang tepat. Bukan dengan iming-iming coklat atau kembang seikat, melainkan dengan akad. Syahwat untuk dikendalikan, bukan dilemahkan.