1
Muslim Lifestyle Sejarah Islam

Khulafaur Rasyidin Saja Mau Dikritik (Part 1)

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Berpegang teguh pada sunnah Khulafaur Rasyidin adalah perintah nabi kita tercinta. Para Khalifah yang memegang tampuk kepemimpinan Islam pasca wafatnya Rasulullah ini memanglah manusia-manusia istimewa yang dijamin surge. Sahabat-sahabat rasul yang utama, pemimpin-pemimpin yang paling layak diteladani. Seluruh ulama dan kaum Muslimin yang Allah tunjuki pada jalan yang lurus, pasti sepakat pada pendapat bahwa kepemimpinan Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar bin Khattab, Khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah sebaik-baik rezim.

Selalu ada banyak kebaikan yang bisa kita petik dan pelajari dari jejak kepemimpinan mereka. Di antara banyaknya keutamaan mereka dalam memimpin adalah, mereka rezim yang suka dikritik. Khalifah Abu Bakar selaku pemimpin atau khulafaur rasyidin pertama negara Islam pasca wafatnya Rasulullah, menerima amanah Khalifah dengan berat dan penuh ketakutan pada Allah. Dalam pidato pertamanya pasca menerima bai’at, ia berpidato dengan sebuah pidato yang masyhur,

“Saudara-saudara, aku telah diangkat menjadi seorang pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik di antara kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan.

‘Orang lemah’ di antara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. ‘Orang kuat’ di antara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya.

Janganlah di antara kalian meninggalkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya.

Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan Shalat semoga Allah Subhanahu Wata’ala melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua.”

Demikianlah kurang lebih pidato yang disampaikan Abu Bakar kala hendak menjadi seorang khalifah. Dalam pidato tersebut, bahkan sebelum menasehati rakyatnya, ia terlebih dulu meminta nasihat rakyatnya. Padahal beliau adalah kekasih Rasulullah dan sahabat baiknya yang tentunya ketakwaannya kepada Allah dan pemahamannya terhadap wahyu bisa dikatakan terbaik dibanding rakyatnya.

Khalifah yang kedua, yaitu Umar bin Khattab, juga memiliki banyak sekali keutamaan, bahkan ada banyak ayat yang sampai turun karena perkataannya. Namun begitu, ia bahkan tetap menerima kritikan dari salah seorang wanita. Bahkan tak tanggung-tanggung, kritikan tersebut sampai dikemukakan di depan umum, ketika beliau telah menetapkan suatu batasan untuk mahar bagi kaum wanita.

webinar umroh.com

Namun apa yang justru dilakukan oleh Khalifah Umar? Tanpa disangka, justru eliau berkata, “Wanita ini benar dan Umar salah,” setelah mendengarkan argumentasi kuat si Muslimah tadi yang membacakan surat An-nisa’ ayat 20 untuk mengkritik kebijakan dari Khalifah Umar Bin Khattab.

Ketika ditunjuk menjabat Khalifah menggantikan Abu Bakar, beliau bahkan awalnya sempat menolak jabatan tersebut, hingga sampai akhirnya ada seorang sahabat yang menjamin akan menjadi orang yang akan senantiasa memberikannya muhasabah dan juga meluruskannya dengan pedang.