Hati manusia memang sering tak menentu, dan sangat rentan serta mudah sekali untuk berubah. Seorang manusia bisa saja saat ini suka pada sesuatu, namun tak lama kemudian menjadi tidak suka lagi bahkan sangat benci. Jika ketidakkonsistenan itu masih hanya diterapkan pada hal yang sifatnya mudah, mungkin tidak akan terlalu menjadi masalah.
Namun sangat fatal sekali apabila perasaan yang tidak konsisten tersebut terjadi pada hal-hal yang sifatnya wajib dan sunnah. Seperti saja soal kewajiban sholat, sangat bahaya sekali tentunya jika soerang hamba melaksanakan sholat hanya karena mengandalkan suasana hatinya yang tak menentunya. Sehingga pada saat ia sedang bersemangat untuk sholat, ia mengerjakannya.
Tetapi ketika tidak ada semangat, ia pun tidak mengerjakannya. Sungguh tidak bisa dibenarkan sekali perbuatan semacam ini. Kita sama saja mempermainkan hokum Allah, jika perintah dan larangan-Nya hanya kita patuhi berdasarkan suasana atau mood hati kita.
Oleh karena itulah, jika sudah menyangkut perintah dan kewajiban, kita mutlak harus mentaatinya tak peduli seperti apa pun suasana hati kita. Demikian pula untuk hal-hal yang berupa larangan, kita mutlak wajib meninggalkan tanpa peduli juga seperti apa pun mood atau suasana hati kita.
Namun, ada caranya juga agar hati kita bisa senantiasa istiqomah untuk terus taap kepada Allah, senantiasa menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Bagaimana caranya? Tentunya yang tidak kalah penting adlaah kita selalu berdoa kepada Allah agar bisa tetap istiqamah beramal dan beribadah sampai menemui kematian.
Karena perlu kita ingat, Allah maha membolak-balikkan hati. Sehingga dengan pertolongan-Nya, insyaa Allah kita bisa selalu istiqomah dalam beramal dan beribadah. Bahkan lebih dari itu, saat melaksanakan amal dan ibadah pun, hati kita insyaa Allah akan terus selalu tenteram dan bahagia, bukan malah bahagia, bukan malah sebaliknya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin (yakni ajal)” (QS. Al-Hijr: 99).
Doa berikut ini sebaiknya sering kita ucapkan dan sudah selayaknya kita hafalkan.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
‘Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lanaa Min-Ladunka Rahmatan, innaka Antal-Wahhaab’
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia)” (QS. Ali Imran: 8).
Dan doa ini,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
‘Ya Muqallibal Quluubi Tsabbit Qalbiy ‘Alaa Diinika’.
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” [7]
Dan masih banyak doa yang lainnya.
Tidak lupa pula kita selalu berusaha dan berdoa agar kita ikhlas dalam beribadah dan beramal. Ikhlas hanya untuk Allah semata serta jauh dari riya, mengharapkan pujian manusia dan tendensi dunia.
Semoga kita selalu diberikan keikhlasan dan keistiqamahan dalam beramal.