Allah tak pernah mengharamkan cinta. Cinta adalah sebuah rasa yang sudah menjadi fitrah bagi setiap umat manusia. Namun, manusia diperintahkan untuk menjaga agar cinta itu tidak lantas menjerumuskannya pada tindakan yang diharamkan-Nya. Cinta haruslah menjadi media untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Cinta yang seperti apakah yang sekiranya mampu mendekatkan kita kepada Sang Pemberi Cinta? Sebut saja, cinta dalam diam.
Untuk setiap yang jatuh cinta, memang diharuskan untuk segera menikah apabila memang sudah siap dan mampu untuk menikah, agar tidak sampai terjebak ke hal-hal negative. Namun bagaimana juga kita saat sedang jatuh cinta kita belum siap menikah?
Cinta dalam diam menurut Islam adalah cara mencintai yang dirasa paling tepat ketika diri belum mampu terikat dalam sebuah ikatan suci, yaitu pernikahan. Jika belum mampu mencintai dan dicintai dalam ikatan pernikahan, cinta dalam diam merupakan jawaban atas segala kegalauan hati. Bagaimanakah cara memperjuangkan cinta dalam diam?
Jangan Jatuh Cinta, Tetapi Bangun Cinta
Sendiri adalah status terbaik sebelum menikah. Kesucian diri, tulusnya cinta, dan besarnya pengorbanan, hanya untuk orang yang sudah dihalalkan bagi kita. Maka sebelum nikah kita harus bersabar dalam kesendirian. Kita padatkan waktu untuk berprestasi. Tak perlu lagi kita galau soal jodoh. Kalau diri kita berkualitas, jodoh yang berkualitas akan dihadirkan untuk kita.
Persoalan tidak akan selesai hanya dengan kita mencintainya. Lantas, apakah yang menjadi bukti bahwa perasaan itu adalah cinta karena Allah? Sebuah perjuangan untuk membangun cintalah yang akan kita lakukan setelah rasa bernama cinta itu hadir. Cinta tak semestinya memaksa diri untuk melupakan, tetapi cinta juga tak boleh memaksa diri untuk memiliki. Perasaan cinta haruslah dikelola agar rasa cinta dapat tumbuh ataupun mengkerut sewajarnya. Memantaskan diri merupakan cara untuk mencintai dalam diam.
Tidak Harus Dia, Tetapi Harus karena Allah
Apakah kita sungguh yakin bahwa dialah jodoh kita? Jodoh itu mungkin saja teman kita, atau orang yang baru saja kita temui di suatu tempat, atau seseorang yang dulunya kita ikhlaskan. Jodoh itu bisa saja orang tua atau wali kita yang mencarikan, atau teman kita yang menjodohkan. Bagaimana pun juga, jodoh itu bukan hanya perihal cinta, tetapi juga tentang rencana Allah kepada kita. Bukan cinta yang pada akhirnya membuat kita berjodoh dengan seseorang, tetapi Allah-lah yang menjodohkan. Tentunya, semua telah tertulis dalam Lauful Mahfuzh. Jadi, janganlah kita mencintai seseorang melebihi cinta kita kepada Allah. Cukuplah cinta dalam diam dan serahkan sepenuhnya kepada Allah. Setelah usaha cinta dalam diam ini yang bisa kita lakukan ialah mengikhlaskan semuanya kembali kepada Allah.
Dalam proses mengikhlaskan sembari terus berusaha menjadi seorang muslim/muslimah yang baik, tetap berdoalah kepada Allah yang mengetahui rasa cinta yang dirasakan. Berdoalah dan memohon ampun pada Allah agar jika memang rasa cinta itu membuat kita jauh dari Allah, maka mohon pada Allah agar rasa cinta itudihilangkan. Serta memohon juga untuk dipertemukan dengan orang yang mencintai Allah di atas segalanya, yang mencintai kita karena Allah, dan kita mencintai dia juga karena Allah. Namun, jika memang rasa cinta itu membuat kita semakin dekat kepada Allah dan dialah yang memang Allah tetapkan sebagai jodoh kita, maka minta pada Allah untuk dipertemukan di waktu yang tepat, di saat telah siap, di dalam kesucian cinta karena Allah.
Mencintalah dengan bijak. Tak perlu terlalu berharap terhadap cinta yang dirasa, cukuplah cinta dalam diam. Berdoalah pada Yang Maha Kuasa atas segala pilihan terbaik-Nya. Semoga kita akan mendapatkan pilihan yang benar-benar terbaik dan menjadi pendamping dunia dan akhirat.