Akhir-akhir ini aktivitas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap para koruptor baik secara Operasi Tangkap Tangan (OTT) atau tertangkap secara proses administratif. Kinerja yang sangat istimewa ditunjukkan oleh KPK. Tetapi pernahkah kita lihat tersangka korupsi malah berekspresi santai, senyum senyum dan tertawa saat tertangkap atau setelah dakwaan jatuh dari hakim? mengapa bisa seperti itu?
Bisa jadi hal itu disebabkan oleh adanya barang haram dalam tubuh seseorang. Dalam Islam, mengonsumsi yang halal adalah wajib. Masuknya barang haram dalam diri manusia tak hanya membuat ia dosa tapi juga berdampak lanjutan kepada keruhnya batin dan kerasnya hati.
Syaikh Abu Ishaq Ibrahim al-Matbuli dalam kitab Syaikh Abdul Wahab asy-Sya’rani yang berjudul al-Minahussaniyyah pernah berwasiat : “Hindarilah olehmu makanan yang haram. Sebab makanan yang haram mengeraskan hati, menggelapkannya, dan menghalanginya dalam bermakrifah kepada Allah, serta merusakkan pakaian (akhlak luhur)”
Setiap umat Islam tidak hanya wajib menjaga dari sesuatu yang haram bukan sematan kepada dirinya sendiri tapi juga keluarganya. Apalagi bagi seorang kepala keluarga, ikhtiarnya mencari nafkah mesti disertai perimbangan masak-masak bahwa segala aktivitas kita untuk memeroleh rezeki berasal dari cara dan sumber yang halal.
Kadang kita jumpai, seorang pedagang, sales, atau sejenisnya rela mengelabui klien hanya demi mengeruk keuntungan bagi dirinya sendiri, tanpa memikirkan kerugian bagi orang lain. Atau sebagian pejabat pemerintahan yang gemar mencari pungutan liar di luar pendapatan resmi. Cara-cara seperti ini, meski kadang terasa “lumrah” di masyarakat kita, setatusnya tetap terlarang. Dan penghasilan yang didapatkan dengan cara demikian cepat atau lambat akan berbuah pada mudarat bagi diri kita, anak-anak kita, keluarga kita, atau siapa saja yang nafkahnya menjadi tanggung jawab kita. Mudarat tersebut bisa jadi tak tampak secara jasmani, tapi akan sangat terasa di level rohani.
Kenapa mudarat jasmani bisa jadi tidak terlalu tampak? Mungkin karena dengan barang atau cara haram tersebut, seseorang terlihat makin kaya dan sehat. Tapi, apakah kesejahteraan itu membuatnya rendah hati, tenang secara batiniah, dan kian mendekat dengan Allah ? Kita mesti catat, sesuatu yang didapat dari melanggar perintah Allah, amat sulit membawa dampak pada ketaatan kepada Allah.
Semoga kita semua, termasuk anak, cucu, istri, dan keluaraga kita, terjaga dari barang-barang haram. Sehingga, kita semua semakin diberi kelapangan dalam mencari jalan kedekatan kepada Allahﷻ, tenang dalam menjalani kehidupan sehari-hari, serta bahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin…