Untuk para orang tua, sudah sepatutnuya jika dapat memberikan suatu contoh dan juga teladan yang baik kepada anak-anaknya. Karena perlu kita ketahui juga bahwa pemberian teladan dan motivasi kepada anak akan memberikan dampak psikis. Karena itulah sang anak akan meniru atau mencontoh kebaikan dari kedua orang tuanya.
Darisitu makin tampaknya pentingnya keteladanan yang diberikan oleh orang tua. Karena hal ini pastinya diharapkan akan membawa sang anak nantinya bisa secara terus menerus berbuat kebaikan yang telah dicontohkan tersebut. Sekali pun setelah kedua orang tuanya tiada.
Oleh karena itulah, para orang tua sudah sepatutnya juga untuk tidak hanya suka dalam melarang suatu perbuatan yang buruk. Tetapi lebih dari itu, para orang tua sendiri juga harus dapat memberikan teladan. Termasuk juga teladan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk.
Sebuah miris sekali bahkan terbilang sangat konyol, apabila para orang tua melarang anak-anaknya dari perbuatan yang tidak baik, namun para rang tua sendiri justru sendiri masih melakukannya.
Contoh yang masih lazim kita temui mungkin seperti merokok. Tak jarang para orang tua terlebih ayah yang masih kerap merokok. Akan tetapi, percaya atau tidak, cukup banyak para ayah atau orang tua yang meski perokok, namun hampir dipastikan jika mereka tidak menginginkan anaknya juga menjadi seorang perokok.
Mengapa demikian? Karena mereka sadar merokok itu tidak baik dan membawa banyak dampak buruk bagi kesehatan. Tetapi karena para orang tua sudah ketagihan atau kecanduan, mereka pun seakan tak punya kuasa untuk dapat berhenti dengan mudah. Untuk itulah mereka tidak menginginkan anaknya mengalami nasib yang sama.
Tetapi tetap saja hal itu terlihat konyol. Bagaimana mungkin para orang tua melarang anak untuk tidak merokok, padahal diri mereka sendiri merokok? Jika para orang tua berani berkata,“Jangan merokok!” Maka sang anak pun akan bertanya, “Mengapa tidak boleh merokok??” Karena anak tentu tidak merasa bersalah.
Lantas apa yang dapat orang tua jawab kepada anak-anaknya, apabila mereka sendiri juga merokok? Apa jika orang tua berdalih rokok itu tidak baik sedangkan mereka sudah kecanduan, lantas bisa diterima sang anak untuk membuat sang anak tidak merokok?
Atau contoh konyol lainnya apabila orang tua melarang sang anak untuk berkata dusta, namun diri mereka justru kerap berdusta di hadapan sang anak. Misalkan saja dengen menyuruh sang anak untuk mengatakan mereka tidak sedang ada di rumah pada saat ada seseorang datang ke rumah karena para orang tua tak ingin ditemui tamu tersebut.
Contoh lainnya bagaimana orang tua dapat mengajarkan anak-anak mereka tentang wajibnya menepati janji, apabila diri mereka sendiri sering ingkar janji apalagi ingkar janjinya kepada anak.
Atau bagaimana mungkin orang tua menyuruh sang anak untuk tidak berteriak-teriak dan bersuara keras) dalam rangka mengajarkan firman Allah Ta’ala yang berbunyi:
وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
“Dan lirihkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (QS. Luqman [31] : 19)
Padahal para orang tua justru sering meninggikan suaranya bahkan yang lebih parah disertai dengan cacian dan juga makian kepada sang anak.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash–Shaf [61]: 2-3)
Nabi Syu’aib ‘alaihissalam pernah mengatakan,
وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan.” (QS. Huud [11]: 88).
Untuk itulah, sudah sepatutnya orang tua berusaha sekuat tenaga untuk dapat memberikan contoh dan mengamalkan atas apa yang hendak diajarkan.