Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memaparkan bahwa ketika ada seseorang yang hendak menikahi wanita, maka lihatlah empat perkara. Yaitu hartanya, kecantikannya, nasabnya dan agamanya.
فاظفر بذات الدين تربت يداك
“Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
إذا جاءكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه إلا تفعلوه تكن فتنة في الأرض وفساد كبير
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi).
Jika demikian, maka ilmu agama adalah poin penting yang menjadi perhatian dalam memilih pasangan. Karena bagaimana mungkin seseorang dapat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, padahal dia tidak tahu apa saja yang diperintahkan oleh Allah dan apa saja yang dilarang oleh-Nya? Dan disinilah diperlukan ilmu agama untuk mengetahuinya.
Tetapi di antara empat perkara tersebut, jelas yang menjadi prioritas utama dan nomor satu adalah agama. Agama boleh dibilang di atas segala-galanya dalam membuat suatu pertimbangan memilih istri. Oleh karena itu, pilih calon istri yang mempunyai dasar pemahaman agama yang baik.
Jika sudah begitu, insyaa Allah seorang suami akan beruntung 2 kali, beruntung di dunia dan juga di akhirat. Beruntung di dunia, di antara penyebabnya adalah karena akan dimudahkan jalannya dalam mendapatkan rezeki yang halal.
Apabila kita lihat, insyaa Allah dan hampir dipastikan bahwa tidak ada satu pun keluarga yang ketika semua anggotanya taat kepada Allah, tetapi justru mereka mati kelaparan atau nasibnya sangat mengenaskan.
Kalau pun mungkin mereka berada di dalam kekurangan, insyaa Allah aka nada saja jalan bagi Allah untuk dapat mencukupkan rezekinya sehingga tidak sampai kelaparan. Lalu bagaimana dengan seorang suami yang banyak bermaksiat kepada Allah tetapi rezekinya lancar?
Bisa jadi Allah sedang berencana untuk hendak memberikan rezeki kepada istri dan anak-anaknya, melalui sang istri. Jadi taqwa taqwa istrinya dan bayi atau anak kecilnya yang belum berdosa, Allah kemudian mempermudah rezekinya. Suami seperti itu sesungguhnya berhutang pada istrinya. Apaklagi jika sang suami akhirnya benar-benar taubat dan menjadi sangat taat kepada Allah. Maka sungguh begitu besar juga pahala yang akan diperloleh sang istri atas jasanya menyadarkan sang suami.
Atau kemungkinan yang kedua, bisa saja keluarga itu sedang diistidraj. Apalagi jika ada sebuah keluarga yang semua anggota keluarganya tidak taat. Untuk itulah, jika sebuah keluarga merasa semua anggotanya belum taat dalam menjalankan agama tapi rezekinya lancar, jangan langsung senang dulu ya. Justru mereka harus ekstra hati-hati dan segera melakukan taubatan nasuha. Karena istidraj itu bisa jadi akan jauh lebih membawa efek menyengsarakan apabila tidak segera taubat dan kemali ke jalan yang benar.
Untuk itulah, seluruh anggota keluarga tak terkecuali sang istri, haruslah memiliki suatu pemahaman agama yang sangat dalam. Agar tidak menyebabkan keluarga terjerumus ke dalam kehancuran. Justru sebaliknya akan menyebabkan keluarga itu selalu berkah dan rezekinya lancar.