-Berkumpul dan bergaullah dengan orang-orang shaleh
Kita sering kali merasa tidak enak untuk mau menegur perbuatan teman kita yang salah, meskipun kita menyadarinya. Karena itulah, dalam persahabatan tak jarang seseorang malah membenarkan perilaku sahabatnya meski pun itu salah. Karena adanya rasa tak enak kepada sahabatnya untuk mau mengatakan jika perbuatannya itu salah.
Misalkan saja ketika terdapat beberapa anak dalam suatu grup yang gemar sekali nongkrong dan memiliki kebiasaan merokok serta meminum minuman keras. Kemudian masuk seseorang yang pada mulanya sama sekali tidak merokok bahkan alergi dengan rokok terlebih lagi minuman keras.
Akan tetapi karena perasaan tidak enak kepada temannya itu, ia pun akhirnya mencoba untuk merokok bahkan sampai mencicipi beberapa tetes minuman keras. Meski pada mulanya memang dia merokok dan minum minuman keras hanya karena alasan tidak enak pada temannya, tetapi lama kelamaan ia pun tanpa menyadari bisa menjadikan hal sebagai sebagai sebuah kebiasaan baru dalam hidupnya, meski awalnya ia tidak menyukai.
Nah, disitulah pentingnya kita untuk sering berkumpul dengan orang-orang shaleh. Karena bila kita sering berkumpul dengan orang-orang yang shaleh kita pun insyaaAllah akan ketularan. Misalkan saja kita akan menjadi pribadi yang selalu shalat tepat waktu, rajin ke pengajian, rajin membaca Al-quran, dan berbagai perbuatan positif lainnya.
Sama seperti hal negatif, dalam hal positif pun bisa saja pada mulanya kita hanya ikut-ikutan karena tidak enak dengan teman. Tetapi seiring berjalanna waktu, hal itu akan menjadi suatu kebiasaan kita meskipun kita tak menyadarinya. Begitulah pentingnya nilai dari sebuah pergaulan. Karena hal itu bagaikan sebagai sebuah mesin “penular”, entah itu nilai-nilai keburukan maupun kebaikan.
Mau jadi orang baik maka bergaullah dengan orang-orang yang baik lagi shaleh, karena kata nabi Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya ( HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
-Rajinlah mengikuti sesi muhasabah
Bisa jadi diantara kita ada yang pernah mengikuti sesi muhasabah. Di sesi itu, dalam sebuah momen kita diminta untuk mengenang masa lalu kita. Kita juga disuruh mengingat-ingat kesalahan kita, kekeliruan kita, orang tua kita dan lain sebagainya.
Kita juga disuruh untuk membayangkan momen-momen ketika meninggal dunia, waktu menjawab pertanyaan dalam kubur. Bahkan yang lebih ekstrim ada yang sampai benar-benar melakukan simulasi untuk menjadi jenazah mulai dari meninggal, dikafani, dimandikan, dan sampai diletakkan diatas keranda.
Aktivitas ini dilakukan bukan tanpa sebab. Hal ini dilakukan karena begitu mengesankan dan menyentuh emosi. Apalagi bagi yang pertama kali mengikuti. Tentu saja dapat menjadi suatu titik tolak bagi dia untuk menjadi pribadi yang baik. Darisana dia pun dapat berkomitmen untuk melakukan kebaikan-kebaikan hingga tumbuhlah habit-habit positif pada dirinya.
Momen ini juga bisa menjadi sebuah titik balik bagi seseorang. Atau mungkin bisa diistilahkan juga sebagai momen dimana dibukanya pintu hidayah bagi seseorang. Hal itu biasanya terjadi ketika seseorang telah mengalami peristiwa yang sangat menyita perhatian dan menyentuh emosinya.
-Seringlah membuat hati dan pikiran merasa nyaman, tenang, dan rileks
Membangun sebuah kebiasaan atau habit baru yang positif merupakan suatu momen dimana kita telah menyadari bahwa kebiasaan kita yang lama bersifat buruk dan harus ditinggalkan. Hal ini haruslah diakui oleh pikiran, dibenarkan oleh hati, hingga pada akhirnya dapat memicu kita untuk mengerjakan tindakan yang positif.
Momen-momen yang tepat untuk mengerjakan perenungan ini pastilah ketika hati dan pikiran kita merasa nyaman, tenang dan rileks. Kita dapat membuat keadaan-keadaan seperti ini dengan berbagai cara. Contohnya saja seperti dengan mengambil wudhu kemudian mengerjakan shalat dua rakaat. Atau contoh lain dengan melakukan refleksi diri ketika hendak tidur. Atau bisa juga dengan bangun di sepertiga malam dan melaksanakan shalat malam.