Dalam berbuat, para orang tua harus sangat hati-hati ya. Apalagi jika mereka sedang berada di depan anak-anaknya. Karena perlu diketahui jika orang tua juga bisa memberikan efek psikis terhadap pendidikan anak atas perbuatannya.
Perbuatan-perbuatan baik yang dikerjakan oleh kedua orang tua bisa menimbulkan pujian orang lain dari masyarakat untuk anak-anak kita. Sama halnya juga, segala tingkah laku tidak baik yang dikerjakan oleh orang tua juga akan menimbulkan celaan, cibiran dan juga hinaan dari masyarakat.
Semua hal tersebut memiliki dampak pada kepribadian dan kondisi kejiwaan sang anak. Maka dari itu sudah sepatutnya para orang tua tidak menimbulkan sebab yang dapat membuat anak-anak mendapat celaan karena perbuatan orang tua sendiri.
Apakah kita ridho jika ada yang secara terang-terangan mengatakan keburukan orang tua kepada anak kita? Tapi bagaimana juga jika memang seperti itu adanya? Apakah orang tua harus semua orang untuk tidak memceritakan keburukan mereka? Sangat tidak bijak tentunya. Untuk itulah harus dari mereka dulu yang mencegahnya. Caranya tentu dengan tidak melakukan perbuatan buruk.
Karena perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang tua merupakan suatu hal yang akan menghancurkan kepribadian anak-anak kita. Mungkin para orang tua sering tidak sadar. Jika ingin orang lain menceritakan pujian kepada anak-anak atas diri orang tuanya, maka sudah seharusnya orang tua terlebih dahulu menciptakan kebaikan tersebut.
Seorang anak apabila mereka diberitahu bahwa mereka anak orang yang shalih, orang berilmu, orang yang pemberani, sering mendamaikan orang, dermawan kepada orang-orang miskin, taat beribadah, tentu akan sangat membanggakan bukan?
Disamping itu, kejiwaan sang anak juga akan meningkat. Akhlaknya pun dapat menjadi mulia akan bersemangat melakukan berbagai amal kebaikan apabila orang tua memberi contoh perbuatan baik.
Namun sebaliknya, bagaimana jika seorang anak mendengar perbuatan buruk orang tuanya dari masyarakat? Bahkan banyak orang yang mencela orang tuanya karena perbuatan buruk yang telah mereka lakukan.
Allah Ta’ala berfirman,
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا
“Anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (QS. Al-Isra’ [17]: 3)
Maksud dari ayat tersebut adalah untuk mengingatkan kaum Nabi Nuh bahwa sesungguhnya orang tua mereka adalah hamba yang bersyukur. Karena itu mereka juga diperitahkan untuk menjadi orang-orang yang shalih seperti orang tuanya.
Demikian pula firman Allah yang lain dalam Surat Maryam:
يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
“Wahai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” (QS. Maryam [19] : 28)
Darisini, terdapat sebuah pelajaran penting untuk para orang tua. Patutlah para orang tua menjaga setiap perbuatan mereka. Pastikanlah agar orang tua dapat selalu memberikan contoh dan teladan yang baik demi anak-anaknya.