Sering menghadapi anak yang tiba-tiba emosional? Ledakan emosi anak biasa ditandai dengan tantrum, menangis tanpa sebab yang jelas, atau bersikap menantang.
Anak mengalami ledakan emosi biasanya disebabkan karena mereka tidak bisa mengungkapkan apa yang dirasakan. Ia belum mampu menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan dan melampiaskannya. Itulah yang membuat mereka menunjukkan sikap emosional.
Sikap emosional anak sebenarnya merupakan tanda bahwa ia sedang beranjak dewasa. Meski demikian, menghadapi ledakan emosi anak juga akan menguras emosi kita. Jika anak menunjukkan tanda emosional demikian, lakukan ini untuk menghadapinya.
Selalu Amati Sikap Anak
Pengamatan yang baik akan membuat kita bisa menangkap tanda-tanda awal ledakan emosi. Sebelum bersikap emosional, biasanya anak akan menunjukkan tanda-tanda seperti merengek, susah diam, mudah kesal, memohon, atau lebih banyak diam.
Agar anak menjadi lebih sadar terhadap emosinya, bantu ia dengan menyebutkan apa yang telah Anda amati. Misalnya dengan berkata pada anak, “Anak Mama merengek terus. Kenapa ini?”. Berkatalah dengan nada ringan dan tersenyum agar anak tetap rileks dan tidak meledak.
Biarkan Anak Melampiaskan Emosinya
Jika tiba-tiba anak menangis dengan keras tanpa sebab yang jelas, biarkan ia menangis. Kalau anak tiba-tiba tantrum, bersikaplah tenang dan biarkan ia melepaskan emosinya. Situasi ini akan berlalu ketika anak merasa lelah.
Menanggapinya dengan emosi akan membuat situasi tidak terkendali. Menghadapi ledakan emosi anak dengan tenang akan membuatnya sadar bahwa ada yang harus dilepaskan dari dalam dirinya. Tidak lama kemudian, anak akan tenang dan ‘kembali pada kenyataan’.
Temukan Penyebabnya
Setelah anak melampiaskan emosinya dan tenang, ajaklah ia ngobrol. Tanyakan kepada dirinya, apa yang menyebabkan ia berperilaku seperti itu. Minta ia menceritakan apa yang ia rasakan sebelum ia ‘tidak terkendali’. Apakah rasa tidak suka karena tidak dituruti permintaannya, atau ternyata merasa sebal dengan sikap orang tuanya.
Selain membantu orang tua untuk introspeksi, menuntun anak untuk menggambarkan apa yang ia rasakan membantunya lebih sadar tentang emosi yang dirasakannya.
Temukan Solusinya Bersama
Saat berbincang-bincang setelah anak mengalami ledakan emosi, tanyakan padanya solusi jika ia mengalaminya di kemudian hari. Misalnya mengusulkan kepadanya untuk memeluk Ibu atau Ayah ketika ia mulai merasakan perasaan tidak enak, atau menggambar ketika ia merasa sedih, atau cukup menceritakan kepada orang tua apa yang sedang ia rasakan. Langkah ini akan membantunya untuk memahami emosi di dalam diri, serta belajar untuk menyalurkannya dengan cara yang positif.
Tenangkan Anak
Sebelum menutup obrolan dengan anak, sampaikan padanya bahwa apa yang ia alami adalah hal yang normal dialami setiap manusia. Menenangkan anak setelah mengalami emosi, dengan memberikan pengertian ini juga akan membantunya memahami diri sendiri dan orang lain. Sampaikan padanya setiap manusia memiliki perasaan dan emosi yang harus dilampiaskan.
Orang tua juga bisa menjelaskan bahwa bukan hanya ia yang bisa meledak emosinya, namun ayah, ibu, dan orang-orang di sekelilingnya. Namun, ada hal-hal yang harus diperhatikan agar kita tidak berbuat hal buruk ketika mengutarakan emosi. Selama cara melampiaskannya tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, maka ia tidak perlu merasa bersalah dengan apa yang ia rasakan.