Menurut para ulama, syirik adalah sikap menduakan Allah. Orang yang berlaku syirik berarti telah menganggap zat lain sama dan memiliki kesamaan dengan Allah SWT.
Di dalam Al Quran, ada banyak ayat yang mengandung kata syirik. Akan tetapi, tidak semua kata syirik memiliki penjelasan yang sama dengan definisi syirik di atas.
Secara umum, Ulama membagi syirik menjadi dua bagian, yaitu syirik besar dan syirik kecil. Kedua jenis syirik tersebut kemudian dijelaskan lebih rinci, bahwa syirik selalu berkaitan dengan empat hal di bawah ini.
- Tidak Menyembah Allah
Orang yang disebut syirik adalah mereka yang tidak menyembah Allah SWT. Dengan demikian, otomatis mereka tidak berislam.
Mereka yang masuk dalam golongan ini biasa disebut dengan kafir. Kafir sendiri artinya adalah orang yang ingkar terhadap kebenaran.
Walaupun mereka ingkar terhadap ajaran Allah, kita tidak dibenarkan memerangi orang yang kafir, kecuali mereka lebih dahulu memerangi orang muslim.
- Menyekutukan Allah
Ada orang yang mengakui Allah sebagai Tuhan, namun mereka menyembah, meminta, dan menghamba kepada selain Allah. Orang yang seperti ini juga disebut telah melakukan syirik.
Orang-orang yang demikian biasanya memiliki iman yang lemah. Mereka tidak memahami dan meyakini kekuatan dan keesaan Allah. Mereka menganggap ada makhluk atau benda yang memiliki kuasa terhadap hidup manusia. Cara agar kita tidak terjebak dalam syirik seperti ini adalah dengan memperbanyak ilmu.
Iman manusia memang selalu dalam keadaan naik dan turun. Rajin menghadiri majelis ta’lim dan kajian akan membuat iman kita minimal terjaga, dan semoga semakin bertambah.
- Riya’
Orang yang riya’ juga dianggap telah melakukan perbuatan syirik. Biasanya, orang terjebak dalam riya’ karena mengharap pujian dari makhluk lain. Ia tidak beribadah semata-mata karena Allah.
Menurut Rasulullah, perbuatan ini termasuk dalam syirik kecil. Setiap umat muslim berpotensi melakukannya. Karena itu, kita harus hati-hati agar tidak terjebak melakukan riya’.
Riya’ bisa terjadi karena keimanan yang sedang turun. Orang yang riya’ mengutamakan pujian dari orang lain saat berbuat baik atau beribadah. Padahal, ‘pujian’ terbaik hanyalah dari Allah. Pujian dari makhluk tidak akan memberikan apa-apa bagi kita. Sementara itu, pujian dan ridha dari Allah akan membuat hati lebih tenang dan hidup menjadi lebih baik.
- Terlena dengan Nikmat Allah
Terlalu terlena dengan nikmat Allah bisa membuat kita melakukan perbuatan syirik. Ketika kita terlalu terlena, kita jadi lupa bersyukur kepada Allah. Orang yang terlena lupa bahwa Allah yang bisa membuat setiap manusia bahagia. Nikmat yang Allah berikan hanya perantara.
Misalnya mereka yang terlena dengan banyaknya harta akan menganggap harta adalah segalanya. Harta yang dimiliki dianggap bisa memberikan segala kesenangan dan kebahagiaan. Padahal nikmat dan bahagia datang dari Allah.
Agar tidak terjebak pada perbuatan syirik ini, kita harus memperbanyak bersyukur kepada Allah. Kuncinya adalah senantiasa mengingat Allah, baik saat kita merasakan nikmat dan bahagia, maupun saat kita diuji dengan kesedihan.