Menikah nikah memang tidak sulit. Hanya cukup dengan ijab qabul dan adanya saksi, serta memenuhi beberapa syarat dan rukun nikah, maka pernikahan sudah dapat terlaksana. Namun, menjalin rumah tangga setelahnya itu yang akan jauh lebih banyak menemui ujian dan juga tantangan.
Maka dari itu, khususnya bagi seorang lelaki, menjadikan “istri” wanita yang kita nikahi memang akan jauh lebih berat daripada menikahi wanita itu sendiri. Setelah menikahi seorang wanita, memang benar jika wanita tersebut otomatis menjadi istri kita secara status.
Namun pertanyaannya, apakah kita mampu menjadikan wanita tersebut sebagai istri kita yang tidak hanya sebatas status? Maksud tidak sebatas status disini adalah benar-benar memperlakukannya layaknya seorang istri. Serta betul-betul dapat memfungsikannya sebagai seorang istri.
Masa awal menikah mungkin memang bisa menjadi masa yang sangat menyenangkan bagi pasangan pengantin. Apalagi kala menikmati bulan madu. Dunia begitu terlihat indah, serasa milik berdua dan yang lainnya kayak cuma ngontrak. Jelas saat itu mungkin belum terbayang hal-hal yang dapat membahayakan rumah tangga.
Namun berhati-hatilah selalu. Kita jangan hanya bisa merasakan keindahan di masa awal-awal masa pernikahan saja. Tetapi kita juga harus dapat jauh lebih menatap ke depan. Kita harus menyadari bahwa di dalam sebuah rumah tangga, akan selalu ada saja yang namanya ujian dan cobaan.
Oleh karena itu, sudah seharusnya pasangan suami istri dari awal-awal pernikahan, sudah memikirkan kiat bagaimana agar rumahnya tangganya awet. Tentu mereka harus berpikir untuk dapat melewati setiap ujian dan cobaan yang ada dalam pernikahan.
Disamping itu juga, pasangan suami istri sudah seharusnya berpikir untuk mengantisipasi kemungkinan hal-hal yang dapat terjadi sebagai suatu penyebab retaknya sebuah rumah tangga. Faktor yang dapat menyebabkan keretakan dalam sebuah rumah tangga ini tentu saja bisa bervariasi.
Maka dari itu, sudah selayaknya setiap pasangan mengetahui hal-hal apa saja yang dapat berpotensi menyebabkan keretakan rumah tangga. Dan hal tersebut memang mungkin bisa terjadi dalam kehidupan rumah tangganya.
Kalau perlu, tak masalah kita mencatatnya di kertas atau HP. Namun jangan salah kaprah ya. Kita mencatatnya bukan untuk mendorong kita agar melakukannya. Tetapi agar kita mengetahuinya.
Dan setelah mengetahuinya, tanamkanlah dalam otak kita sebagai sebuah afirmasi, bahwa kita bisa menghindari hal-hal tersebut. Ingat dan selalu ingat hal tersenut setiap hari.
Dan yang sangat penting, jadikanlah pernikahan yang kamu lakukan ini bernilai ibadah. Ibadah dalam rangka memperoleh pahala dan ridho Allah. Jangan pernah meniatkan nikah karena motif yang tidak dibenarkan syar’i.
Jika niatnya saja dari awal sudah tidak benar, bagaimana kita akan berharap pernikahan itu langgeng dan sakinah, mawaddah, warohmah. Karena itulah jangan sampai kita melakukan pernikahan dengan niat yang sudah salah dari awal.
