Jika sedang menaiki sebuah taksi, tentunya kita akan sibuk memainkan HP, atau chatting dengan seseorang lewat smartphone yang kita bawa. Akan tetapi, kegiatan ini tidak bisa kita lakukan ketika mengendarai sebuah taksi di Irak.
Penumpang Taksi Dipersilahkan Membaca Buku
Seorang sopir taksi di Irak tidak mengizinkan penumpangnya menggunakan handphone di mobil yang dikendarainya. Supir taksi yang bekerja di Basrah, Irak ini menyediakan buku-buku di taksi yang dikemudikannya. Ia memberikan buku kepada penumpang yang menaiki taksinya. Di kaca depan taksi, calon penumpang bisa melihat tulisan “naiklah, dan silakan membaca”.
Sang Supir yang Gemar Membaca
Pengemudi taksi, Ali Muayad Qassim, adalah orang yang mulanya senang membaca dan menulis. Ketika memulai pekerjaannya sebagai supir taksi, ia merasa akan lebih jauh dengan buku yang ia cintai. Ia jadi tidak bisa menulis atau membaca, sehingga ia merasa kosong dan tidak bersemangat. Karena itulah ia membawa buku-bukunya saat mengemudikan taksi.
Buku akan Diberikan pada Penumpang jika..
Bukan hanya mengizinkan penumpang membaca buku di mobil yang dikemudikannya, Qassim juga mengizinkan penumpang yang ingin membawa buku-buku miliknya. Namun syaratnya, penumpangnya harus membaca buku tersebut dalam waktu 10 menit. Jika buku tersebut hanya dipegang dan tidak dibaca, maka penumpang tidak bisa membawa pulang bukunya.
Qassim berharap agar penumpangnya tersebut memberikan buku yang telah Ia baca kepada orang lain ketika sudah selesai. Menurutnya, membagikan buku yang telah selesai dibaca kepada orang lain adalah hal yang baik.
Mendapat Sponsor dari Penerbit
Kebiasaannya ini disambut baik oleh lingkungannya. Bahkan sudah satu tahun terakhir sebuah penerbit di Irak menawarinya untuk menyuplai buku secara gratis.
Salah satu penumpang Qassim, Ali Al Nouri merasa bahwa kebiasaan Qassim ini merupakan ide yang sangat bagus dan luar biasa. Menurutnya, memiliki perpustakaan di mobil adalah sebuah gerakan yang bisa disambut baik oleh orang-orang.
Alasan Lain di Balik Tindakan Sang Supir
Salah satu alasan Qassim menjadikan mobil yang dikemudikannya sebagai perpustakaan adalah karena banyak orang Irak yang belum mampu membeli buku karena situasi ekonomi yang sulit.
Buku-buku di Irak harganya berkisar antara 3.000 dan 30.000 dinar Irak, atau sekitar Rp35.000 hingga Rp350.000. Namun kondisi tersebut tetap tidak bisa menggantikan pentingnya buku dari kertas. Kebutuhan inilah yang menyebabkan buku-buku di Irak masih dibutuhkan oleh masyarakat di sana.