Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah utusan Allah yang memiliki akhlaq sempurna. Sifat-sifat mulia yang beliau miliki membuatnya menjadi teladan bagi seluruh umat manusia. Salah satu sifat yang menonjol dari Rasulullah adalah kelembutannya.
Rasulullah adalah seseorang yang lembut, dan selalu berkasih sayang kepada orang lain. Sifat keras, kasar, dan kejam adalah karakter yang tidak akan ditemui pada Rasulullah. Kisah-kisah di bawah ini adalah bukti betapa Rasulullah adalah orang yang lembut, pemaaf, dan penuh kasih sayang kepada siapa saja.
Kelembutan Rasulullah terhadap Orang yang Menarik Sorbannya
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, suatu ketika Anas bin Malik berjalan bersama Rasulullah. Saat itu, Rasulullah memakai kain sorban tebal buatan Najran dan beliau lilitkan di lehernya. Tiba-tiba, ada seorang desa menarik sorban tersebut dengan keras dan kasar. Bahkan Anas bisa melihat bekasnya di bahu Rasulullah.
Bukan hanya menarik sorban Rasulullah dengan kasar, orang itu juga kemudian berkara, “Wahai Muhammad! Berilah padaku harta Allah yang ada padamu!”.
Rasulullah yang menoleh itu kemudian tertawa. Bukan hanya itu, Rasulullah kemudian menyuruh Anas untuk memberi uang kepada orang tersebut.
Ketika Rasulullah Diikuti Orang Badui yang Meminta Darinya
Diriwayatkan oleh Imam al-Baghawi, suatu ketika Rasulullah hendak pulang dari perang Hunain. Ternyata, orang-orang Badui mengikuti beliau dan meminta sesuatu kepada Rasulullah. Rasulullah yang tidak bisa memberi merasa tidak enak hati, dan kemudian berkata, “Demi Allah, Seandainya aku punya ternak sebanyak kayu-kayu kecil ini, aku bagikan semuanya kepada kalian, sehingga kalian tidak menemukan aku pelit, penakut, dan pembohong”.
Kelembutan Rasulullah kepada Orang Badui yang Buang Air Kecil di Masjid
Dalam suatu kisah yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, kita bisa belajar tentang kesabaran dan kelembutan dari Rasulullah. Kala itu, ada orang Badui desa yang datang ke masjid. Ternyata, orang itu juga membuang air kecil di masjid. Sontak para Sahabat yang ada di sana marah dan menghardik orang Badui itu. Mereka beranjak dan bersiap menghajar orang itu.
Akan tetapi, Rasulullah yang juga ada di sana mencegahnya. Rasulullah berkata lembut, “Biarkan dia, dan siramlah bekasnya”. Rasulullah kemudian menjelaskan kepada para Sahabat, “Kita diutus bukan untuk memberatkan, tetapi untuk mempermudah”. Setelah orang tersebut menyelesaikan hajadnya, Rasulullah pun mendatangi dan menasehatinya dengan lembut.
Kisah Rasulullah yang Bersabar dengan Orang-Orang Thaif
Suatu ketika, Rasulullah memutuskan untuk berdakwah menuju Thaif. Beliau bermalam di rumah Zaid bin Haritsah. Rasulullah berniat mengenalkan tauhid kepada orang-orang di sana, dan dimulai dengan berdakwah kepada para pembesar. Akan tetapi, yang diterima Rasulullah justru adalah pelecehan, hinaan, umpatan, bahkan lemparan batu. Mereka menyerang Rasulullah, hingga Zaid harus melindungi beliau hingga kepalanya terluka. Keduanya kemudian melarikan diri ke sebuah kebun.
Saat beristirahat dan membersihkan luka, Rasulullah bermunajat agar Allah ridha padanya dan menguatkan dirinya menghadapi cobaan yang begitu berat itu. Allah pun menjawab doa beliau. DidatangkanNya Malaikat Jibril dan malaikat penjaga gunung. Malaikat Jibril bertanya, “Apakah engkau mau aku timpakan dua gunung kepada mereka (orang-orang Thaif)? Kalau itu yang kau inginkan, maka akan kami lakukan”.
Mendengar tawaran Malaikat Jibril, Rasulullah pun menolaknya. Beliau memaklumi warga Thaif yang berbuat demikian karena belum mengetahui. Bahkan Rasulullah kembali berharap agar dari orang-orang Thaif, lahir generasi yang bertaqwa dan pandai ilmu agama.