1
Tips

5 Pertanda Saatnya ‘Bersih-Bersih’ Media Sosial

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Aplikasi media sosial memang menyenangkan dan seru. Kita bisa berhubungan dengan orang yang jauh, serta mendapatkan informasi yang terkini dan sesuai dengan ketertarikan kita.

Akan tetapi, berkutat dengan media sosial tidak selamanya baik, lho. Ada kalanya kamu harus ‘bersih-bersih’, dan sedikit membuat jarak dengan media sosial. Apalagi di Bulan Suci Ramadhan ini, sebaiknya kita gunakan untuk ‘bersih-bersih media sosial’ agar jiwa juga menjadi lebih bersih.

Kapan, sih, kita harus mulai ‘bersih-bersih’? Batasi penggunaan media sosial jika 5 tanda di bawah ini sudah kamu lakukan.

  1. Over-posting, Seolah Sedang Berbicara dengan Orang Lain

Seseorang yang mengunggah isi pikirannya terlalu sering juga sebaiknya harus mengurangi kebiasaan ini. Setiap waktu mengunggah twit di Twitter, atau memposting di Story setiap dua jam sekali, mengindikasikan seseorang kurang fokus dengan kehidupannya di dunia nyata. Jika terus menerus dilakukan, dikhawatirkan kehidupannya di bidang pekerjaan atau hubungan pribadi menjadi terganggu.

  1. ‘Melaporkan’ Peristiwa yang Tergolong Privasi Terlalu Sering

Jika kita mulai gemar mengunggah peristiwa personal di sosial media terlalu sering, maka itu menjadi tanda bahwa kita butuh ‘bersih-bersih’ sesegera mungkin. Contoh peristiwa pribadi yang tidak perlu diunggah adalah melapor saat sedang makan, ketika akan tidur, pergi dan pulang dari suatu tempat, dan sebagainya. Percayalah, sebenarnya tidak ada yang menginginkan informasi yang terlalu personal seperti itu.

  1. Sering Mengunggah Opini Pribadi yang Kontroversial

Di Media Sosial, siapapun bebas berbicara. Akan tetapi, tidak selamanya kebebasan berbicara tersebut justru membuat orang lain tidak nyaman. Contohnya jika kita sering mengunggah opini pribadi terhadap topik yang kontroversial.

Berada di papan ketik dan layar smartphone memang seketika membuat seseorang merasa percaya diri mengungkapkan apa yang ada di benaknya. Apalagi jika biasanya ada saja orang-orang yang menanggapi. Namun jika terlalu sering, orang-orang akan bosan dan kita bisa saja lepas kendali dan mengunggah opini yang membuat kita terjerat masalah di kemudian hari. Jika ini sering dilakukan, waktunya ‘bersih-bersih’ dulu, ya.

  1. Sering Mengunggah Postingan yang Menyakiti Hati Orang Lain

Berkomentar di akun public figur, kita menuliskan kata-kata kejam. Membalas pesan dan komentar follower, kita menggunakan kata-kata yang pedas. Unggahan kita juga tidak jauh-jauh dari nyinyiran dan sindiran pedas. Jika ini sering kamu lakukan, ‘bersih-bersih’ dulu, yuk.

webinar umroh.com

Media sosial seharusnya membuat kita menjalin hubungan baik dengan orang yang jarang kita temui. Namun jika kita seringkali menyakiti hati orang lain lewat media sosial, yakin mau diteruskan? Lama-lama orang lain akan ilfeel dengan postinganmu, lho.

  1. Tidak Pernah Merasa Bersalah

Terbiasa bebas berpendapat di media sosial membuat seseorang merasa ‘menjadi dirinya sendiri’. Ia merasa tidak ada yang berhak melarang dan mengaturnya. Jadi, jika ada seseorang yang menegur kita, emosi langsung memuncak dan kita menanggapinya secara emosional lewat unggahan di media sosial. Ujung-ujungnya, kita mencari pembenaran terhadap tindakan yang kita lakukan, yang mungkin menyakiti hati orang lain, atau menyebarkan konten tidak sesuai norma.

Jika seseorang sudah mulai merasa paling benar dan menunjukkannya di media sosial, itu artinya sudah tiba waktunya untuk ‘bersih-bersih’. Walaupun kita berinteraksi di dunia maya, sesungguhnya orang-orang yang kita dan orang yang kita ajak berkomunikasi hidup dalam masyarakat yang memiliki norma-norma. Norma yang ada bukan untuk mengekang, namun agar semua pihak merasa nyaman dan tidak terganggu.

Jika kita merasa emosi saat diingatkan, lebih baik jauhi sejenak dunia maya agar kebiasaan kita tidak semakin menjadi-jadi.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.