Jika kita perhatikan di setiap masjid, biasanya ada selalu mihrab di bagian di depannya. Mihrab adalah cerukan atau bagian masjid yang menjorok lebih dalam, dan menjadi tempat Imam memimpin shalat. Dengan demikian, mihrab juga biasanya digunakan sebagai penanda arah kiblat di dalam masjid.
Walaupun digunakan untuk berdiri satu orang imam, mihrab biasanya dibangun cukup luas. Di samping mihrab biasanya ada mimbar yang digunakan untuk khotib berkhutbah. Kok bisa, ya, setiap masjid memiliki mihrab? Apakah mihrab adalah tuntunan dari Rasulullah?
Beragam Makna Mihrab
Secara bahasa, ‘mihrab’ artinya adalah gedung tinggi. ‘Mihrab’ juga bisa berarti pagar. Namun menurut para ulama, mihrab diartikan sebagai tempat untuk memerangi setan dan hawa nafsu. Pendapat ini merupakan kesimpulan jika ‘mihrab’ diambil dari kata ‘al harb’ yang artinya adalah perang. Mihrab kemudian juga bisa diartikan sebagai bagian dari masjid untuk menempa manusia agar selalu ada dalam kebenaran, dan menghindarkannya dari kesibukan dunia.
Ada juga yang mengatakan bahwa mihrab berasal dari bahasa Persia yang artinya sebuah lubang yang tidak tembus atau cekungan pada kuil Mithraistik. Dalam Al Qur’an cetakan King Fahd Complex, Arab Saudi, Muhammad Taqiyuddin al Hilali dan Muhammad Muhsin Khan, mihrab didefinisikan sebagai tempat shalat kecil atau ruang privasi. Belakangan, di kamus Merriam Webster, mihrab diartikan sebagai tempat yang menjorok ke dalam atau ruang di dalam masjid yang menjadi penanda arah kiblat.
Mihrab Disebutkan di Dalam Al Qur’an
Mihrab sudah disebutkan di dalam ayat-ayat Al Qur’an. Contohnya adalah dalam surat Ali Imran ayat 37. Dalam ayat tersebut, diceritakan bahwa Mihrab adalah tempat di mana Nabi Zakaria menemui Maryam.
Siti Maryam dikisahkan berada di mihrab-nya ketika Nabi Zakaria datang menemui untuk memberikan makanan. Saat itu, ternyata sudah ada makanan di samping Maryam yang ada di dalam Mihrab. Ketika ditanya dari mana asal datangnya makanan itu, Maryam menjelaskan bahwa makanan tersebut datang dari Allah.
Dalam surat Ali Imran ayat 39, mihrab juga disebutkan sebagai tempat shalat Nabi Zakaria. Di ayat tersebut, Nabi Zakaria dikisahkan sedang shalat di Mihrab Maryam. Di sana, Nabi Zakaria memohon kepada Allah untuk dikaruniakan keturunan. Di Mihrab itu juga, Allah mengabarkan kepada Nabi Zakaria bahwa beliau akan memiliki anak yang bernama Yahya.
Mihrab Sudah Ada Sejak Sebelum Kehadiran Nabi Muhammad
Dari ayat tersebut, para ulama menyimpulkan bahwa mihrab sudah ada sejak sebelum kedatangan Islam. Para nabi sebelum Nabi Muhammad biasa menggunakan mihrab untuk beribadah.
Para ulama menyepakati bahwa mihrab yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah mihrab di Baitul Maqdis. Akan tetapi, jika saat ini mihrab berarti tempat imam memimpin shalat berjamaah, mihrab dalam ayat tersebut maksudnya adalah ruangan utama masjid.
Mihrab di Masjid Nabawi Dibangun Sejak Umar bin Abdul Aziz Menjadi Gubernur Madinah
Di Masjid Nabawi yang dibangun oleh Rasulullah, saat ini ada mihrab yang biasa digunakan untuk imam. Namun para ahli sejarah berbeda pendapat tentang kemunculan mihrab tersebut.
Ada yang berpendapat bahwa mihrab di Masjid Nabawi sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad. Ada juga yang berpendapat bahwa mihrab dibuat setelah zaman Nabi Muhammad. Namun mihrab di Masjid Nabawi yang beratap melengkung dan memiliki ukiran tersebut tentu tidak ada di zaman Nabi Muhammad.
Beberapa ulama berpendapat bahwa mihrab di Masjid Nabawi tersebut baru ada di zaman Umar bin Abdul Aziz, ketika ia menjadi gubernur Madinah di era Khalifah Al Walid I. Jadi bisa disimpulkan bahwa mihrab di Masjid Nabawi tidak ada di zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.