Allah menciptakan manusia bermacam-macam, lengkap dengan keunikannya masing-masing. Namun keunikan yang tampak berbeda itu jangan sampai menjadi dasar untuk mencari perbedaan di antara manusia. Melakukan diskriminasi adalah hal yang tidak Allah sukai. Di masa Rasulullah, Allah pernah menegur dan menurunkan ayat untuk meluruskan perbuatan diskriminatif.
Ketika Terjadi Diskriminasi Sahabat Nabi yang Miskin oleh Sahabat yang Kaya
Dahulu, ada Sahabat Nabi yang miskin dan tinggal di teras masjid Nabawi. Selain sahabat Nabi yang miskin, ada juga yang kaya dan bergelimang harta. Suatu ketika Sahabat Nabi yang kaya ini usul kepada Rasulullah agar berkenan mengadakan dua majelis ta’lim. Majelis tersebut diperuntukkan untuk mereka, Sahabat Nabi yang kaya, dan majelis yang lain untuk Sahabat yang miskin.
Pengajuan dua majelis tersebut bukan tanpa alasan. Para Sahabat Nabi yang kaya itu hanya merasa terganggu dengan aroma tidak sedap dari tubuh Sahabat-Sahabat yang miskin itu. Mereka meminta dipisah agar mereka bisa lebih nyaman belajar kepada Rasulullah.
Permintaan tersebut tidak ditolak oleh Rasulullah. Kala itu, Rasulullah menganggap bahwa Sahabat yang kaya raya itu bisa membuat Islam semakin kuat. Sementara di dalam hati Rasulullah tentu saja tidak ada perasaan buruk yang merendahkan Sahabatnya. Beliau hanya ingin agar Sahabat yang kaya itu tetap mau belajar Islam. Rasulullah kemudian menyepakati usulan tersebut.
Rupanya Allah tidak berkenan dengan keputusan Rasulullah tersebut. Allah pun menurunkan surat Al Kahfi ayat 28. Di ayat tersebut Allah berfirman, “dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan menghadap keridhaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dan mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas”.
Dari ayat tersebut, Rasulullah diminta untuk lebih mengutamakan Sahabat yang tulus belajar Islam dan mengharap ridha Allah.
Ketika Bilal Bin Rabah yang Berasal dari Ethiopia Dicemooh
Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, saat terjadi pembebasan kota Mekkah (Fathu Makkah), Rasulullah menyuruh Bilal Bin Rabah untuk mengumandangkan adzan di atas Ka’bah. Bilal Bin Rabah adalah salah satu Sahabat Rasulullah yang merupakan mantan budak Habasyah. Karena berasal dari Habasyah (Ethiopia), Bilal bin Rabah memiliki kulit yang hitam legam.
Rupanya ada Sahabat Rasulullah lain yang tidak menyukai jika Rasulullah memilih Bilal untuk mengumandangkan adzan dalam peristiwa penting itu. Mereka merasa ada yang lebih pantas untuk mengumandangkan adzan saat pembebasan kota Mekkah. Para Sahabat yang tidak terima itu kemudian mengutarakan komentar yang berbau diskriminasi. Mereka bertanya, “Mengapa yang mengumandangkan adzan budak hitam ini?”, kata mereka.
Allah yang menyaksikan peristiwa itu kemudian menurunkan teguran pada mereka. Teguran untuk Sahabat yang diskriminatif itu tercantum dalam surat Al Hujurat ayat 13. Dalam ayat tersebut, Allah berfirman, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa”.
Dari ayat tersebut, kita belajar bahwa membeda-bedakan manusia berdasarkan identitas yang melekat padanya adalah hal yang tidak disukai oleh Allah. Di mata Allah, orang yang paling mulia bukan yang berasal dari bangsa, ras, suku, atau kelompok tertentu. Orang yang mulia di mata Allah adalah yang paling bertaqwa.