1
Muslim Lifestyle

Serba-Serbi I’tikaf, Berdiam di Masjid untuk Mendekatkan Diri pada Allah

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Salah satu ibadah sunnah yang sering dilakukan di bulan Ramadhan adalah i’tikaf. Rasulullah selalu melakukan i’tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, Aisyah bercerita bahwa Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam selalu beri’tikaf pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan sampai beliau wafat. Kemudian istri-istri beliau pun beri’tikaf setelah beliau wafat”.

Mengejar Lailatul Qadar dan I’tikaf Bersama Rasulullah

Biasanya, i’tikaf dilakukan di 10 malam terakhir untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Selain untuk mendapatkan Lailatul Qadar, i’tikaf di 10 malam terakhir bulan Ramadhan sama seperti beritikaf bersama Rasulullah. Hal tersebut diungkapkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, yaitu bahwa “Siapa yang ingin beri’tikaf bersamaku, maka beri’tikallah pada 10 malam terakhir”.

I’tikaf sudah ada sebelum Islam hadir. Dalam surat Al Baqarah ayah 125, Allah berfirman, “..Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, ‘bersihkanlah rumahku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang i’tikaf, orang yang ruku’, dan orang yang sujud’”.

I’tikaf, Berdiam Diri di Masjid dan Didahului dengan Niat

I’tikaf merupakan ibadah berdiam diri di masjid dengan niat beribadah kepada Allah. Secara bahasa, i’tikaf sendiri artinya adalah tetap atau tidak beranjak. Sebelum melaksanakan i’tikaf, seseorang harus mendahuluinya dengan niat.

Saat i’tikaf, kita boleh meniatkan untuk mendekatkan diri pada Allah, mengharap rahmat dan ridha Allah, bermuhasabah, mendengarkan nasihat dan ilmu agama, bergaul dengan orang sholeh, dan niat baik lainnya yang berkaitan dengan ibadah yang bisa dilakukan di masjid.

Mendekatkan Diri dengan Allah

Tujuan dari i’tikaf adalah mendekatkan diri dengan Allah dan mendapatkan ridhaNya. I’tikaf merupakan cara seorang hamba untuk menyisihkan waktu untuk beribadah, menjauh dari kesenangan dunia, lebih taat kepada Allah, menjauh dari maksiat, serta membersihkan hati.

Dua Macam I’tikaf

Ada dua macam I’tikaf, yaitu I’tikaf yang hukumnya sunnah, dan I’tikaf yang hukumnya wajib.

I’tikaf yang sunnah adalah yang bisa dilakukan kapan saja, namun melakukannya di 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah keutamaan. Biasanya i’tikaf di 10 malam terakhir ditujukan agar seseorang juga mendapat malam Lailatul Qadar.

webinar umroh.com

I’tikaf yang hukumnya wajib adalah ketika i’tikaf diniatkan saat bernadzar. Misalnya seseorang yang bernadzar akan melakukan i’tikaf di waktu tertentu, dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu, maka i’tikaf hukumnya wajib. I’tikaf yang wajib seperti itu mengharuskan orang yang melaksanakannya tidak boleh keluar dari masjid sama sekali, kecuali untuk membuang hajat, wudlu, dan udzur syar’i lainnya. Jika keluar tanpa udzur syar’i, misal untuk bepergian yang tidak mendesak, maka i’tikaf tersebut putus dan harus mengulang dari awal.

Hal yang Disunnahkan saat I’tikaf

I’tikaf sebaiknya dilakukan di masjid yang digunakan untuk Shalat Jum’at. Dengan didahului oleh niat, kemudian melakukan i’tikaf atau berdiam diri di masjid. Saat beri’tikaf, kita disunnahkan untuk menyibukkan diri dengan ibadah seperti berdzikir, membaca Al Qur’an, belajar, dan sebagainya yang mencerminkan ketaatan kepada Allah. Ibadah-ibadah tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan i’tikaf, yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Hal yang membatalkan i’tikaf adalah berhubungan suami istri, keluar tanpa udzur syar’i bagi yang melakukan i’tikaf wajib, murtad, mabuk, hilang akal / gila, haid, dan nifas. Sedangkan hal yang dimakruhkan adalah melakukan bekam, atau menyibukkan diri dengan prakarya atau transaksi jual beli.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.