1
News

Gunung Agung Meletus, Para Ilmuwan Berharap Bisa Meletus Lebih Besar. Ini Alasannya

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Gunung Agung meletus pada Jumat, 24 Mei 2019. Gunung di Bali ini memuntahkan lava hingga menuruni lereng sejauh 3 km. Letusan ini mengakibatkan abu vulkanik menyebar di atas Pulau Bali, sehingga semua penerbangan yang masuk dan keluar Bali dibatalkan.

Tidak Ada Evakuasi

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengatakan tidak ada evakuasi dalam letusan yang terjadi selama empat menit 30 detik itu. Pihaknya mengatakan desa-desa di kaki gunung masih berada dalam zona nyaman. Dilaporkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia (PVMBG), suara gemuruh terdengar cukup kuat dari pos pemantauan.

Gunung Agung Mulai Aktif Kembali pada 2017

Gunung Agung terakhir mengeluarkan letusan hebat pada tahun 1963. Setelah lebih dari setengah abad ‘tidur’, Gunung Agung tercatat kembali aktif pada tahun 2017.  Di bulan Mei ini, Gunung Agung sudah meletus sebanyak tiga kali. Sebelumnya sudah terjadi letusan pada 12 Mei dan 18 Mei 2019.

Gunung Agung merupakan salah satu gunung berapi terbesar di Indonesia. Ketika Gunung Agung mulai mengeluarkan letusan, kita tentu merasa cemas. Akan tetapi, tidak demikian bagi para peneliti dan ilmuwan.

Kabar Gembira Jika Gunung Agung Meletus

Para peneliti dan ilmuwan NASA mengungkapkan bahwa kita seharusnya bahagia jika Gunung Agung meletus. Mereka memperkirakan letusan Gunung Agung bisa menyelamatkan dunia dari perubahan iklim.

Februari 2018 lalu, NASA mengungkapkan bahwa para peneliti berharap bisa memanfaatkan gunung berapi yang meletus dari Pulau Bali untuk mempelajari efek lebih lanjut. Dengan melacak letusan Gunung Agung, mereka berharap bisa memperoleh banyak informasi mengenai bagaimana bahan kimia yang dilepaskan ke atmosfer dapat dimanfaatkan untuk melawan perubahan iklim.

Gunung Agung yang sempat meletus pada akhir November lalu, secara konsisten menuangkan asap dan gas ke atmosfer. Fenomena ini cukup khas, walaupun beberapa gunung berapi bisa begitu kuat menyemburkan uap dan gas sehingga bisa mengakibatkan “musim dingin vulkanik”.

Hal tersebut pernah terjadi ketika Gunung Tambora meletus pada 1815. Letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah itu menyebabkan “Tahun Tanpa Musim Panas”. Tercatat kala itu, di wilayah Albany, New York, salju turun setahun berikutnya. Letusan tersebut juga menghancurkan tanaman bahan makanan, sehingga banyak orang yang kelaparan.

webinar umroh.com

Itulah yang menyebabkan para peneliti antusias dengan meletusnya Gunung Agung. Mereka berharap Gunung Agung bisa menjadi kesempatan untuk mengetahui bagaimana gunung berapi mempengaruhi iklim, sebagaimana Gunung Tambora saat meletus dahulu.

Ingin Mempelajari Letusan Besar Gunung Agung

Gunung Agung dipilih karena letusannya serupa dengan letusan Gunung Pinatubo di Filipina. Letusan gunung tersebut disebut-sebut sebagai letusan terbesar di abad 20.

Para ilmuwan NASA tersebut berharap bisa mengirim balon udara yang dilengkapi alat untuk mengukur dampak letusan gunung berapi di atmosfer bumi. Informasi yang terekam diharapkan dapat mempelajari efeknya selama bertahun-tahun mendatang.

Gunung api yang meletus besar, sebesar letusan Gunung Agung tahun 1963, bisa memompa belerang dioksida yang cukup banyak ke atmosfer. Inilah yang akan menghasilkan efek dingin, walaupun mulanya akan merusak lapisan ozon. Namun para peneliti masih tidak tahu kapan persisnya Gunung Agung akan mengeluarkan letusan besar.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.