Dukungan diberikan warga Buddha dan aktivis kerukunan antar umat beragama di Myanmar kepada umat Islam yang ingin shalat tarawih. Dilansir oleh bbc.com, larangan shalat tarawih selama bulan Ramadhan ini ada di South Dagon di pinggiran Yangon. Peraturan ini ditetapkan Mei lalu.
Kelompok Milisi Menghentikan Ibadah Tarawih Umat Muslim
Sekelompok orang yang mengatasnamakan agama mendatangi surau atau rumah yang dijadikan tempat shalat tarawih. Mereka mengancam warga muslim yang ada di sana. Massa yang melakukan pelarangan tersebut berjumlah sekitar 150 orang. Menurut saksi mata, mereka masuk ke rumah-rumah warga yang dipakai untuk tarawih, kemudian memaksa agar shalat dihentikan. Mereka beralasan bahwa Myanmar adalah negara Buddha.
Mereka juga merusak tempat yang dipakai untuk wudhu. Bahkan sebelum meninggalkan lokasi, massa memaksa pemuka agama Islam untuk menandatangani surat pernyataan untuk tidak lagi melakukan shalat tarawih.
Di South Dagon sendiri, ada sekitar 10.000 warga muslim. Pemerintah kota dikabarkan tidak mengizinkan pendirian masjid, namun pemerintah kota memperbolehkan shalat tarawih berjamaah di rumah-rumah warga yang dijadikan Surau.
Aksi Damai Membagikan Mawar untuk Mendukung Umat Muslim di Myanmar
Peristiwa tersebut membuat orang-orang Myanmar lainnya terdorong untuk melakukan perlawanan dengan aksi damai. Mereka membagikan mawar kepada warga muslim yang usai shalat tarawih.
Langkah aktivis Buddha tersebut diilhami oleh seorang biksu yang datang ke kota tersebut karena ada langkah milisi menutup sejumlah surau yang digunakan untuk tarawih. Biksu tersebut memberikan mawar putih kepada umat muslim yang selesai melakukan tarawih.
Zar Chi Oo, salah satu anggota kampanye damai ini, mengatakan bahwa ia merasa harus melakukan sesuatu untuk meredam aksi kekerasan tersebut. Menurutnya, Myanmar adalah negara multi agama, jadi semua harus menunjukkan bahwa rakyat Myanmar cinta damai dan menentang gesekan antar umat beragama.
Dituturkan oleh U Seintita, seorang petugas biara kepada Myanmar Now, pihaknya ingin menunjukkan penghargaan kepada semua saudara-saudara muslim. Pihaknya menghargai kesabaran umat muslim menghadapi milisi. Kampanye bagi-bagi bunga tersebut juga merupakan pesan kepada milisi yang menentang langkah mereka, dan pesan damai untuk semua warga lainnya.
Aktivis lain yang bernama Khin Nyein Aye, yang turut ambil bagian dalam kampanye membagikan mawar itu, mengutarakan kegembiraannya bisa menjadi bagian dalam acara ini. Ia mendukung acara ini karena diikuti oleh warga dari berbagai agama.
Seorang biarawan bernama U Thuzana, menyatakan bahwa umat dari agama manapun harus bersatu untuk menciptakan perdamaian dan kerukunan di masyarakat. Hal tersebut demi kebaikan Myanmar.
Larangan tarawih ini juga dikecam oleh aktivis San San Maw. Pihaknya menyatakan bahwa Myanmar merupakan negara beragam agama dan identitas. Karena itulah ia memilih untuk mengikuti acara pembagian bunga mawar demi mencegah kebencian berkembang di masyarakat.
Selain membagikan mawar, warga juga menyumbang makanan. Wali Kota Yangon, Maung Maung Soe menyambut tindakan tersebut. Menurutnya, jika saling berbuat baik, maka hasilnya akan sangat baik. Ia menganggap hal tersebut adalah rahmat. Maung Soe juga menyatakan bahwa acara tersebut patut didukung dan seluruh warga Myanmar harus menjaga hubungan baik antar umat beragama.