Bulan Ramadhan sudah berakhir. Setelah sebulan penuh beribadah extra, kita tentu bertanya-tanya, apakah amal ibadah kita diterima oleh Allah atau tidak. Bagi manusia, kita memang tidak bisa mengetahui secara pasti apakah amalan kita diterima atau tidak. Namun para ulama menjelaskan tanda-tanda ketika amalan kita diterima.
Mudah Melakukan Amal Sholeh
Tanda ketika amal diterima Allah adalah Allah memudahkan untuk melakukan amal shaleh lainnya. Para ulama yang menjelaskan bahwa di antara ganjaran amal sholeh adalah amal sholeh setelahnya, dan di antara ganjaran dosa adalah dosa setelahnya.
Hal tersebut senada dengan hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “berbuatlah jujur karena kejujuran akan mengantarkanmu pada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan kepada surga”.
Karena itu, untuk melihat apakah amal kita di bulan Ramadhan dan amal-amal sebelumnya diterima Allah, adalah dengan melihat apakah hari ini dan seterusnya tubuh kita diringankan untuk melakukan amal sholeh yang lainnya.
Memiliki Rasa Tawadhu
Hati manusia ada dalam genggaman Allah. Jika kita masih bangga dengan amal ibadah yang telah diperbuat, bisa jadi itu pertanda bahwa amal shaleh kita belum diterima oleh Allah. Salah satu pertanda jika amal seseorang diterima Allah adalah ketika kita merasa amal shaleh sebelumnya belum sempurna. Kita merasa kecil dan tidak akan ujub dengan ibadah yang telah diperbuatnya.
Imam Ibnu Qoyyim menyampaikan bahwa tanda diterimanya amal sholeh adalah ketika hati merasa bahwa amal sholeh masih hina dan kecil. Bahkan orang-orang yang benar-benar mengenal Allah selalu beristighfar setiap usai melakukan ibadah. Diceritakan oleh Ibnu Qoyyim, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam selalu beristighfar sebanyak 3 kali selesai salam dalam shalat.
Orang yang mengetahui kewajibannya kepada Tuhannya, menyadari kualitas amalnya, serta aib yang melekat pada jiwanya, dia akan selalu beristighfar usai melakukan amal ibadah. Itu karena ia merasa amalannya masih sangat penuh kekurangan.
Merasakan Kenikmatan dalam Beramal
Jika seseorang amalnya diterima oleh Allah, maka ia akan mendapatkan buah dari amalan-amalannya. Buah dari amalan tersebut hal tersebut dijelaskan oleh Ibnu Athaillah. Siapa yang merasakan buah amalnya di dunia, maka itu bukti bahwa amalnya diterima di akhirat.
Para ulama kemudian menjelaskan bahwa buah amal di dunia yang dimaksud oleh Ibnu Athaillah adalah kenikmatan dalam beramal. Jika seseorang sudah merasakan kenikmatan, bukan rasa lelah atau tertekan ketika beribadah, maka itu bisa jadi merupakan tanda amalnya telah diterima Allah.
Merasakan Ketenangan
Buah yang nyata dari amal adalah rasa bahagia saat hidup di dunia. Dijelaskan oleh para ulama, bahagia berarti tidak merasa sedih atau khawatir dalam menjalani hidup. Hal serupa juga tercantum dalam Al Qur’an di surat Yunus ayat 62 dan 64. “Ketahuilah, para wali Allah tidak dihinggapi kekhawatiran dan kesedihan. Mereka yang beriman dan bertakwa akan menerima kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat.”
Orang yang amalnya diterima juga akan menerima buah amal yang lain, yaitu batin yang merasa ridho dan qana’ah terhadap segala pemberian Allah.