Akhlaq mulia Rasulullah tak perlu diragukan. Allah berfirman dalam surat Al Qalam ayat 4, “Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) memiliki akhlak yang sangat agung”.
Dan pribadi Rasulullah selalu menampilkan akhlaq demikian. Dalam surat Al Ahzab ayat 21, Allah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Umroh.com merangkum, indahnya akhlaq Rasulullah menjadi cermin bagi setiap muslim. Jika kita ingin memiliki akhlaq yang baik, tirulah akhlaq Rasulullah. Beliau bukan hanya memiliki akhlaq yang indah dan baik, namun juga diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Beliau pernah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan akhlak”.
Baca juga: Inilah Golongan yang Mulia Menurut Rasulullah
Pengertian Akhlaq
Menurut Imam Al Ghazali, akhlak adalah wajah batiniah manusia. Manusia yang berakhlaq baik adalah mereka yang mampu meletakkan kejernihan pikiran, emosi, keinginan (syahwat), dan angan-angan secara seimbang di dalam jiwanya. Selain itu, ia mampu menggunakannya secara adil, tidak berlaku berlebihan dan melampaui batas. Ia juga tidak menyia-nyiakan empat anugerah yang Allah berikan kepada manusia tersebut.
Mereka yang berakhlak buruk, biasanya tidak mampu menggunakan keempatnya secara seimbang. Sehingga ia menjadi orang yang agresif, pengecut, terlalu mengikuti hawa nafsu, atau tidak memiliki keinginan duniawi sama sekali.
Manusia berakhlaq baik tampak dari apa yang ditampilkannya. Ia memiliki energi yang akan membuat orang lain ingat kepada Allah. Melihat wajah dan tutur katanya, orang yang berakhlaq baik akan menambah ilmu mereka yang memperhatikannya, serta membuat orang menyadari kelalaiannya.
Akhlaq Al Quran dalam Pribadi Rasulullah
Di dalam diri Rasulullah, kita bisa melihat cerminan akhlaq baik yang dituturkan oleh Al Quran. Segala hal baik yang harus dimiliki oleh setiap muslim ada dalam diri beliau. Keistimewaan ini diakui salah satu istri beliau. Aisyah menuturkan, “Akhlaq Nabi adalah Al Quran”.
Kebaikan akhlaq mampu menjadi pembeda umat muslim dengan umat lainnya. Dengan meniru kemuliaan akhlaq Rasulullah, kita bisa menampakkan keindahan Islam kepada sesama muslim maupun umat lainnya.
Pribadi Rasulullah yang Istimewa karena Akhlaq Beliau
Menjadi manusia berakhlaq baik adalah kunci keselamatan di akhirat. Rasulullah bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya (kelak di akhirat) daripada akhlaq yang mulia”.
Manusia yang berakhlaq baik juga akan mendapat kemudahan di dunia. Kemudahan melalui hubungan baik yang terjalin berkat kemuliaan akhlaqnya. Sebagaimana Rasulullah yang mulia karena akhlaqnya. Bukan karena ia anak raja dengan kekayaan melimpah, atau seseorang yang sangat rupawan hingga membuat wanita terpana dan tidak sadar mengiris tangannya sendiri.
Sering kita mendengar kisah tentang kesederhanaan Rasulullah, kebijaksanaan dalam menyikapi masalah, serta sikap baik beliau kepada setiap manusia. Baik yang sudah memeluk Islam maupun yang belum. Di masa muda sebelum diangkat menjadi Rasul, beliau telah dikenal dengan kejujuran dan kebijaksanaannya. Sehingga semua orang senang saat berurusan dagang dengan beliau.
Akhlaq Rasulullah membuat beliau istimewa. Rasulullah sangat dicintai oleh para Sahabat, serta umat Islam yang beriman hingga saat ini. Setiap orang merindukan akhlaq beliau yang sangat pantas disebut sebagai uswatun hasanah (teladan yang baik).
Pribadi Rasulullah Menurut Anas bin Malik
Anas bin Malik adalah Sahabat yang sangat dekat dan selalu melayani kebutuhan Rasulullah. Kedekatan ini membuat Anas bin Malik menjadi salah satu Sahabat yang bisa melihat keseharian beliau secara langsung dari jarak dekat. Karena itu, sangat bisa dipercaya jika Anas bin Malik kemudian mengatakan, “Rasululah SAW adalah orang yang paling baik akhlaqnya” (HR.Bukhari dan Muslim).
Rasulullah selalu bersikap baik kepada Anas bin Malik, sahabat yang telah melayani beliau sejak usianya belum genap sembilan tahun. Kepadanya Rasulullah selalu bertutur kata lembut dan tidak suka memerintah. Anas bin Malik menuturkan, “belum pernah aku memegang sutra, baik tebal maupun tipis, yang lebih lembut daripada tangan Rasulullah SAW. Dan aku belum pernah mencium bau yang lebih harum daripada bau Rasulullah SAW.
Baca juga: Ini Isi Nasehat Rasulullah untuk Abdullah bin Abbas
Aku pernah menjadi pelayan Rasulullah SAW selama sepuluh tahun. Selama itu, beliau sama sekali tidak pernah mengatakan ‘hus’ kepadaku. Begitu pula beliau tidak pernah menegur dengan ucapan ‘mengapa kamu berbuat seperti itu’ terhadap apa saja yang aku kerjakan. Dan, beliau juga tidak pernah menegur dengan ucapan, ‘mengapa kamu tidak berbuat demikian’ terhadap apa saja yang tidak aku kerjakan’”.
Akhlaq yang Baik sebagai Tanda Iman
Untuk menyempurnakan akhlaq manusia, Rasulullah banyak memberi teladan dan nasihat tentang akhlaq yang baik. Sebagai orang beriman, tentunya sudah menjadi tugas kita untuk mematuhi sekaligus menjalankan perintah Rasulullah.
Menampilkan akhlaq yang baik, serta meniru pribadi Rasulullah merupakan salah satu tanda keimanan seseorang. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaqnya di antara mereka. Sedangkan orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik terhadap istrinya” (HR. At Tirmidzi).
Bahkan jika seseorang menampilkan akhlaq yang baik (misal meniru pribadi Rasulullah yang jujur, tidak menyukai perselisihan, dan bersikap baik), maka dia akan mendapat jaminan surga. Rasulullah bersabda, “Aku berani menjamin sebuah rumah di surga bagian bawah bagi orang yang meninggalkan debat kusir meski dia benar. Dan menjamin sebuah rumah di surga bagian tengah bagi orang yang meninggalkan dusta meski dia bergurau, serta menjamin sebuah rumah di surga bagian atas bagi orang yang senantiasa baik akhlaqnya” (HR. Abu Dawud).
Akhlaq yang baik juga akan membuat seseorang dekat dengan Rasulullah di akhirat kelak. Suatu hari, Rasulullah berkata kepada para Sahabat, “Sungguh, di antara orang yang paling kucintai dan pada hari kiamat kelak duduknya sangat dekat denganku adalah orang yang terbaik akhlaqnya di antara kalian. Dan, sungguh, orang yang paling kubenci dan pada hari kiamat kelak duduknya sangat jauh dariku adalah orang-orang yang banyak bicara, suka mengobrol, dan bermulut besar”.
Para Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, kami telah tahu tentang orang yang banyak bicara dan suka mengobrol. Kemudian apakah yang dimaksud dengan bermulut besar itu?”. Rasulullah menjawab, “Yaitu orang-orang yang sombong” (HR. At Tirmidzi).