Islam tak akan sampai di Tiongkok tanpa jasa sahabat Rasulullah, Sa’ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin Abdi Manaf. Seorang pemuda yang merupakan putra dari salah satu pembesar Bani Zahrah. Meski usianya masih muda, ia adalah paman Rasulullah SAW. Kakek Sa’ad yang bernama Wuhaib adalah paman Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah. Bagaimana kisah Sa’ad hingga bisa sampai ke negeri tirai bambu?
Salah satu assabiqunal awwalun.
Sa’ad bin Abi Waqqash adalah salah satu dari orang-orang yang pertama memeluk Islam. Ia menyatakan keislamannya bersama orang yang didakwahi Abu Bakar yaitu: Utsman bin Affan, Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah. Itu artinya ia adalah orang pertama yang masuk Islam setelah Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah RA ajma’in. Saat masuk Islam, usia Sa’ad tergolong masih muda, yaitu 17 tahun.
Orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah.
Sejak sebelum masuk Islam, Sa’ad memang memiliki hobi berperang, ia seorang penunggang kuda yang berani dan ahli memanah. Tak heran jika kemudian Sa’ad adalah orang pertama yang melepaskan panahnya di jalan Allah. Meskipun ia pula orang yang pertama kali terkena panah saat sedang berperang di jalan Allah. Sa’ad pernah diamanahi untuk memimpin sebuah peperangan besar, yaitu perang qadisiyah.
Dikenal patuh dan taat kepada ibunya.
Ia sangat patuh kepada kedua orang tua, terutama ibunya yang bernama Hamnah binti Sufyan bin Abu Umayyah. Hamnah adalah keturunan bangsawan Quraisy yang cantik dan anggun lagi cerdik. Sayang, ia sangat setia kepada agama nenek moyangnya ayng merupakan penyembah berhala. Saat tahu Sa’ad masuk Islam, ibunya sangat marah dan mengancam tidak akan makan ataupun minum sebelum Sa’ad meninggalkan agama Islam.
Meski ibunya adalah orang yang paling ia cintai, ia tak goyah saat diminta keluar dari Islam. Hal ini bahkan diabadikan dalam Alquran: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
Meski kaya, Sa’ad sangat dermawan.
Suatu kali dalam peristiwa Haji Wada’ (haji perpisahan) bersama Nabi, Sa’ad sempat jatuh sakit. Tatkala Nabi datang menjenguknya, Sa’ad bertanya: “Wahai Rasulullah, aku memiliki harta namun satu-satunya keturunanku hanyalah anak perempuanku. Apakah sebaiknya kuserahkan dua pertiga hartaku sebagai shadaqah?”.
“Tidak,” jawab Nabi. “Bagaimana kalau setengahnya?” tanya Sa’ad lagi dan sekali lagi Nabi menjawab ‘tidak’. “Sepertiga?”. “Ya,” jawab Nabi. “Sepertiga itu banyak. Sebenarnya, meninggalkan keturunanmu berkecukupan itu lebih baik daripada membuat mereka hidup meminta dan bergantung pada orang lain. Apa saja yang engkau nafkahkan untuk mencari ridha Allah, pahala pulalah yang akan kau terima meskipun nafkah itu berupa sebutir makanan di mulut istrimu.”
Sahabat yang doanya sangat mustajab.
Qais meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa”. Sejak itu ia dikenal memiliki doa yang sangat manjur atau mustajab. Orang-orang mengenalnya memiliki dua senjata yang luar biasa yaitu panah dan doa.
Sa’ad dijamin sebagai penghuni surga.
Pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabat. Tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasulullah kembali menatap para sahabat dengan bersabda, “Sekarang akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga.” Mendengar hal tersebut, mereka pun menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga. Tidak lama berselang datanglah Sa’ad bin Abi Waqqash.
Penyebar agama Islam pertama di Tiongkok.
Menurut catatan Tschih Lui, penulis Muslim Tiongkok pada abad ke-18 dalam karyanya “Chee Chea Sheehuzoo” (Tentang Kehidupan Nabi), Islam dibawa ke Tiongkok oleh sebuah delegasi yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqqas. Sebenarnya sebuah riwayat menjelaskan bahwa Sa’ad dua kali datang ke Tiongkok, namun pada kunjungan pertamanya (tahun 616 M) ia kemudian kembali ke Arab. Sa’ad baru kembali lagi ke Tiongkok 21 tahun kemudian dibawah perintah pemerintahan Utsman dengan membawa salinan Alquran. Ia mengambil ‘jalur sutra’ dan tiba di pelabuhan Guangzhou. Rombongannya diterima dengan baik oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683).
Sebagai penghormatan, dibangunlah sebuah masjid di atas lahan seluas 5 hektar. Masjid ini diberi nama Masjid Shahabi Saad bin Abi Waqqash, dalam bahasa Mandarin dinamakan Xian Xian Qingzhensi, masjid kehormatan utama. Letaknya ada di jalan Ta Lu Guang, disebut-sebut sebagai masjid tertua yang ada di daratan China dan ia sudah berusia 1300 tahun.
Tentang wafatnya ada dua pendapat, di Guangzhou banyak orang meyakini terdapat makam Sa’ad di sana. Namun di Madinah pun demikian, tepatnya di pemakaman Baqi’.