Komite warisan dunia UNESCO (UNESCO’s World Heritage) memilih untuk menetapkan Babilonia di Irak sebagai Situs Warisan Dunia. Penetapan yang dilakukan Jumat lalu ini merupakan buah dari usaha pemerintah Iraq melobi selama tiga dekade.
Iraq telah melakukan usaha untuk mendaftarkan kota metropolitan di zaman Babilonia itu ke UNESCO sejak 1983. Iraq mendaftarkan 19 kilometer persegi kompleks Babilonia, dan yang sudah digali 18 persen.
Pertemuan itu digelar di Baku, ibukota Azerbaijan. Dalam pertemuan itu, anggota komite juga mempertimbangkan 34 situs lain, termasuk situs yang ada di Brazil dan Burkina Faso untuk masuk dalam Daftar Warisan Dunia.
Kerajaan dengan Peradaban Tinggi
Berada di tepi sungai Eufrat, sekitar 100 kilometer di selatan Baghdad, kota tua Mesopotamia dulu merupakan pusat dari kerajaan Babilonia selama lebih dari 4000 tahun.
Mulanya, Babilonia adalah kota kecil orang-orang Akkadia hingga kemudian berkembang menjadi kerajaan Babilonia. Perwakilan dari Iraq menyebut bahwa Babilonia merupakan pusat dari warisan dunia. Perwakilan Iraq itu meminta agar komite World Heritage UNESCO mau mempertimbangkan hal tersebut. Ia meminta anggota komite untuk mempertimbangkan peran Babilonia bagi kebudayaan dan peradaban dunia.
Dilansir Arab News, Kepala Basra Antiquities Department, Qahtan Al-Abeed mengatakan bahwa Babilonia pernah menjadi kota terbesar dengan populasi terbanyak di jamannya. Qahtan Al-Abeed ini juga yang memimpin usaha untuk memasukkan situs kota tua Babilonia itu ke dalam daftar World Heritage. Menurutnya, orang-orang Babilonia juga dahulu memiliki peradaban yang sangat maju. Mereka dikenal ahli dalam karya tulis, administrasi, serta ilmu pengetahuan.
Qahtan juga mengungkapkan bahwa dengan dimasukkannya Babilonia sebagai daftar Warisan Dunia akan mendorong adanya penelitian lebih lanjut dan pengembangan terhadap situs tersebut. Kelak, Situs Babilonia ini akan bisa dibuka untuk para wisatawan.
Banyak Kuil dan Menara
Orang-orang Babilonia juga banyak disebut di berbagai agama. Bangsa tersebut pernah disebut dalam kitab Injil, tulisan-tulisan suci dalam bahasa Ibrani, serta beberapa kisah nabi. Kota tua Babilonia ini banyak memiliki kuil dan menara yang terbuat dari bata. Bangunan-bangunan itu yang kemudian dikenal dengan taman gantungnya, yaitu Menara Babel dan Gerbang Ishtar.
Menara Babel adalah bangunan agama Akkadian yang oleh para arkeologis disebut “Ziggurat of Babylon”. Sedangkan bangunan Gerbang Ishtar merupakan delapan pintu masuk ke kerajaan Babilonia dengan bata berwarna biru cerah, serta bergambar relief hewan mitologi. Kebanyakan bangunan bersejarah itu dibangun di masa pemerintahan Nebuchadnezzar II.
Penggalian di situs Babilonia ini dibangun pada abad 19. Di abad 20, ribuan potongan bangunan dibawa dengan koper ke Eropa oleh arkeolog dari orang-orang kolonial. Relief asli dari Gerbang Ishtar yang berusia 2600 tahun dan lebar 28 meter, bisa disaksikan di Museum Pergamon di Berlin. Hingga saat ini, pemerintah Iraq masih belum bisa membawanya kembali.
Qahtan menjelaskan bahwa kota yang ada sejak tahun 2300 Sebelum Masehi itu, adalah kota pertama di dunia dimana kuil untuk aktivitas religius dan lokasi pemerintahan dipisahkan.
Kerusakan Situs Babilonia Akibat Perang
Pada gejolak Iraq akibat invasi AS di tahun 2003, situs Babilonia ini mengalami kerusakan parah. Diceritakan oleh Arab News, prajurit AS kala itu bermukim di sana, dan diduga menghancurkan jalanan kuno Babilonia dengan kendaraan militer, serta menghancurkan bata bangunan kuno untuk mengisi kantung pasir pertahanan.
Qahtan menjelaskan bahwa saat itu banyak puing-puing militer serta replika Gerbang Ishtar sempat dicat hitam. Situs tersebut mengalami kerusakan akibat konflik tanpa henti beberapa dekade lalu. Selain itu, karakteristik bata yang ada di sana juga termasuk yang gampang hancur karena cuaca panas di Iraq.