Umroh.com – Dalam islam, Perkembangan dan bergeraknya kehidupan zaman sekarang saat ini banyak masyarakat yang meyakini dan menggunakan hadis sebagai acuan dalam hidupnya selain mengimani Al Quran. Munculnya banyak hadis – hadis dalam kehidupan membuat kita sebagai umat muslim harus selektif memilih mana hadis yang sahih dan mana yang palsu. Berikut akan dijelaskan seorang sosok kiai yang selalu dijadikan panutan, yakni Ahmad Hassan.
Tim Umroh.com memaparkan, islam memiliki sosok yang juga cukup memiliki peran dan kontribusi besar di Indonesia. Kontribusi yang cukup terlihat ialah dirinya yang kerap kali dijadikan rujukan dalam kajian Islam. Yaaa, dia adalah Ahmad Hasan.
Baca juga: Jarang Banyak yang Tahu, Inilah Sejarah Maulid Nabi
Mengenal Ahmad Hassan
Umroh.com merangkum bahwa, Ahmad Hassan dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1887 di Singapura. Beliau lahir dari pasangan keturunan India dari garis ayah maupun ibu, yaitu Ahmad yang bernama asal Sinna Vappu Maricar, dan ibu Muznah keturunan Mesir asal Madras India kelahiran Surabaya, Indonesia. Nama beliau sebenarnya adalah Hassan. Namun, sesuai tradisi keturunan India yang tinggal di Singapura, nama ayah beliau tertulis di depan nama aslinya dan jadilah nama beliau yang terkenal dengan Ahmad Hassan dan sering pula disingkat menjadi A. Hassan.
Di samping itu ketika beliau berdomisili di Bandung tahun 1930-an, panggilan Hasan Bandung lebih populer dalam masyarakat. Meski tidak sepopuler nama Hasan Bandung , namun ketika beliau tinggal di kota Bangil Jawa Timur, panggilan Hasan Bangil juga terasa akrab di masyarakat.
Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!
Masa kecil dan pendidikan awal A. Hassan dilaluinya di Singapura. Di sini beliau belajar bahasa asing, seperti bahasa Arab, Tamil, dan Inggris, selain bahasa Melayu sebagai bahasa setempat. Beliau pun sedari kecil sudah belajar Alquran dan agama Islam dari sejumlah guru di luar waktu sekolahnya. Oleh ayahnya, A. Hassan dibina menjadi penulis seperti halnya sang ayah yang merupakan pemimpin redaksi surat kabar “Nurul Islam” di Singapura.
Perjalanan Dakwah dan Perjuangan Pemikiran Ahmad Hassan
Umroh.com merangkum, Ahmad Hassan adalah satu nama penting di antara deretan nama ulama dan cendekiawan muslim pada masa prakemerdekaan sampai masa awal kemerdekaan RI. Di bidang sosial keagamaan, A. Hassan adalah salah satu tokoh yang aktif memperkuat suatu organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, yaitu Persatuan Islam. Selain itu, A. Hassan juga berkiprah di bidang pendidikan dengan mendirikan dan mengelola Pesantren Persatuan Islam.
Kiprah A. Hassan dalam proses pendirian dan pengembangan Persatuan Islam diawali dengan persahabatannya dengan KH. M. Zamzam dan H. Muhammad Junus, dua orang pengusaha asal Palembang yang hijrah ke Bandung. Mereka berdua mendirikan semacam organisasi sosial Islam yang mereka beri nama “Persatuan Islam” pada tanggal 17 September 1923. Dari perkenalan itu, A. Hassan lalu sering diundang memberi ceramah dan pengajian kepada jemaah Persatuan Islam. Tidak hanya, itu. A. Hassan bahkan didaulat menjadi “guru utama” Persatuan Islam pada sekolah yang mereka dirikan.
Selain mengajar, A. Hassan yang juga memiliki bakat tulis-menulis, melanjutkan kegiatan itu dengan menulis artikel-artikel keislaman yang diterbitkan oleh media yang dikelola oleh Persatuan Islam. Selain artikel, ada pula beberapa topik keislaman yang ditulisnya secara lebih komprehensif dan diterbitkan dalam bentuk buku. Karya-karya itulah yang disebarluaskannya seiring dengan aktivitasnya membina kehidupan beragama jemaah Persatuan Islam dan umat secara luas. Pada tahun 1941 A. Hassan tercatat pindah dari Bandung ke Bangil dan menetap di sana. Di tempat barunya, A. Hassan mendirikan Pesantren Persatuan Islam dan juga membina sendiri pesantren itu dengan mengajar dan menerbitkan buku yang digunakan sebagai buku daras bagi para santrinya. Tidak hanya itu, buku-buku karyanya dicetak, diterbitkan, dan dijualnya sendiri, selain untuk membiayai kebutuhan pesantrennya, juga untuk media dakwahnya kepada masyarakat di Bangil.
Selain di bidang pergerakan sosial keagamaan, pada masanya, secara khusus A. Hassan adalah salah satu perintis upaya penerjemahan dan penafsiran Alquran ke dalam bahasa Indonesia dan menghasilkan karya berjudul Al-Furqan Tafsir Qur’an. Karya itu dikenal luas di tengah masyarakat muslim Indonesia dan menjadi pustaka acuan penting khususnya bagi anggota Persatuan Islam dalam pembinaan keislaman mereka. Upaya A. Hassan dalam menerbitkan Al-Furqan Tafsir Qur’an diawali oleh upayanya menerjemahkan Mushaf Alquran ke dalam bahasa Indonesia dengan metode harfiah, literal, demi mempertahankan arti dan struktur asli khas Alquran, dan menggunakan bahasa Indonesia yang diwarnai unsur bahasa Melayu. Itu karena wilayah dakwah Islam A. Hassan tidak hanya mencakup Indonesia, tetapi juga wilayah Semenanjung Melayu, yaitu Malaysia dan Singapura. A. Hassan akhirnya berhasil menyelesaikan proses penerje-mahan dan penafsiran Alquran selama lebih kurang 30 tahun. Yang menarik pada proses penerbitan dan distribusi karyanya itu, ternyata A. Hassan, yang juga seorang pelaku bisnis, melakukan sendiri pencetakan karyanya di percetakan miliknya sendiri dan kemudian penyebarannya, secara khusus kepada jamaah Persatuan Islam, organisasi Islam yang dikembangkannya dan Pesantren Persatuan Islam di Jawa Timur yang didirikan dan dipimpinnya. Itu menandakan bahwa A. Hassan sepenuhnya terlibat dalam karyanya itu, mulai dari penerjemahan dan penafsiran, pencetakan, penerbitan, sampai penyebarannya.
Karya besar itu menjadi pangkal dasar pemikiran keislaman yang diajarkannya kepada umat. Argumentasinya bermula dari ayat-ayat Alquran yang beliau terjemahkan dan tafsirkan lalu ditambah dengan penjelasan dari hadis-hadis yang sahih. Sebagai seorang penganut paham literalis, A. Hassan senantiasa berpatokan pada apa yang dikatakan oleh Alquran dan Hadis dalam suatu permasalahan. Dalam menulis, berceramah, maupun berdebat, itulah pendekatan yang senantiasa dikedepankannya.
Ahmad Hassan juga seorang yang memberikan pencerahan tentang Islam kepada Soekarno. Perkenalannya dengan Bung Karno diawali ketika keduanya sama-sama bertemu di percetakan Drukerij Economy milik orang Cina. Pada waktu itu Soekarno sedang mencetak surat kabar Propaganda politiknya pikiran Rakyat, sementara Ahmad Hassan mencetak majalah-majalah dan buku-buku yang ia terbitkan. Dalam setiap pertemuannya di- percetakan itu, antara keduanya
sering terjadi dialog berbagai masalah. Rupanya sejak bergaul dengan Ahmad Hassan, Soekarno yang tadinya kurang memahami betul tentang Islam, berangsur terbuka hatinya.
Melancarkan rezeki, yuk pilih paket umrohnya cuma di Umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Karya Ahmad Hassan
Sebagai perwujudan keulamaan dan kecendekiawanannya, A. Hassan menulis banyak sekali karya dalam bentuk buku maupun artikel keislaman di majalah yang diterbitkannya baik ketika di Bandung ikut membesarkan Persatuan Islam, maupun setelah pindah ke Bangil Jawa Timur dan membina Pesantren Persatuan Islam Bangil. Meski memiliki banyak karya tulis lain berbentuk buku yang diterbitkan ataupun artikel dalam majalah Islam, terutama Al-Muslimun yang beredar luas dari Pesantren Persatuan Islam (PERSIS) Bangil yang didirikan dan dirintisnya, Al-Furqan Tafsir Qur’an memiliki tempat tersendiri di tengah masyarakat muslim di Indonesia. Karya itu seolah sudah menjadi identitas tersendiri bagi penulisnya. Al-Furqan adalah Ahmad Hassan, dan Ahmad Hassan adalah Al-Furqan. Harus diakui, Al-Furqan Tafsir Qur’an adalah yang paling monumental.
Hassan banyak menulis tentang agama yang berupa nasihat, anjuran berbuat baik, dan mencegah kemungkaran. Beliau juga mengetengahkan berbagai-bagai persoalan yang dikembangkannya dalam bentuk syair.Tulisannya banyak mengandungi kritikan masyarakat demi untuk kemajuan Islam. Dan tema tulisan sedemikian itulah yang banyak mewarnai hasil karyanya pada masamasa berikutnya.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!
Semoga dengan membaca ringkasan seputar Ahmad Hasan di atas bisa menambah wawasan kita terhadap dunia islam, serta meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.