Berdoa di dalam shalat sebelum atau sesudahnya?
đ Doa yang dikabulkan Allah SWT
Setiap Muslim tentu mengharapkan doâa-doâa permohonan kebaikannya dikabulkan oleh Allâh Subhanahu wa Taâala sebagaimana yang dijanjikan Allâh Azza wa Jalla dalam ayat di atas. Akan tetapi pada kenyataannya, tidak semua doâa yang dipanjatkan lantas dikabulkan-Nya.
Penyebab adalah banyak dari doâa-doâa yang dilakukan manusia tidak memperhatikan syarat-syarat, adab dan sebab-sebab terkabulnya doâa, serta tidak menjauhi penghalang-penghalang terkabulnya doâa tersebut, sebagaiamana yang dijelaskan dalam al-Qurâan dan hadits-hadits RasĂťlullâh Shallallahu âalaihi wa sallam .
Di antara penghalang tersebut adalah perbuatan seorang hamba yang melampaui batas dalam menyampaikan doâa dalam segala bentuknya, perbuatan dosa dan kezhaliman yang telah dilakukan tanpa bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla , tergesa-gesa meminta pengabulan doâa dari Allâh Azza wa Jalla , mengkonsumsi harta yang haram, baik dalam makanan, minuman, maupun pakaian, kelalaian hati dari (mengingat Allâh Azza wa Jalla ), serta dominasi hawa nafsu dan syahwat pada diri manusia.
Demikian pula adab dan sebab-sebab dikabulkannya doâa yang banyak disebutkan dalam ayat al-Qurâan dan hadits RasĂťlullâh Shallallahu âalaihi wa sallam .
Jadi, doâa dan permohonan yang paling dekat dengan pengabulan dari Allâh Azza wa Jalla adalah permohonan yang terpenuhi padanya syarat-syarat terkabulnya doâa, jauh dari penghalang-penghalangnya, dan dihiasi dengan adab-adab berdoâa sebanyak mungkin. Inilah doâa yang tidak akan ditolak oleh Allâh Azza wa Jalla , insya Allâh.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, âJika terkumpul dalam doâa (seorang hamba) hadirnya hati dan terfokusnya secara utuh kepada permohonan yang dimintanya, (waktu dia berdoâa) bertepatan dengan salah satu dari enam waktu (yang dijanjikan padanya) pengabulan doâa, yaitu:
â
sepertiga malam yang terakhir
â
ketika adzan (berkumandang)
â
(waktu) di antara adzan dan iqamah,
â
di akhir shalat-shalat (lima waktu) yang wajib (sebelum salam),
â
ketika imam (khathib) naik ke mimbar pada hari Jumâat sampai selesai shalat Jumâat,
â
dan akhir waktu (siang) setelah shalat Ashar (sebelum matahari terbenam) pada hari Jumâat
Selain waktu-waktu di atas, dalam berdoa kita juga harus disertai perasaan khusyuâ dalam hati, merendahkan diri, tunduk, pasrah dan mengakui kelemahan diri (di hadapan Allâh Azza wa Jalla), juga berdoâa dalam keadaan suci (dari hadats), menghadap qiblat serta mengangkat kedua tangannya kepada Allâh Azza wa Jalla.
Kita juga dianjurkan untuk memulai doa dengan memuji dan menyanjung Allâh Subhanahu wa Taâala , lalu bershalawat atas Nabi Muhammad Shallallahu âalaihi wa sallam , kemudian sebelum menyampaikan permohonan kita, terlebih dahulu bertaubat dan beristigfar untuk memohon ampun kepada-Nya.
Setelah itu semua terlaksana, kita dapat menyampaikan permohonan kita kepada Allâh Azza wa Jalla, dengan merengek-rengek dan bersungguh-sungguh meminta, disertai perasaan takut dan juga berharap, serta bertawassul kepada-Nya dengan nama-nama-Nya (yang maha indah), sifat-sifat-Nya (yang maha tinggi), dan juga mentauhidkan-Nya, serta terlebih dahulu bersedekah sebelum berdoâa.
Sungguh doâa (seperti) ini InsyaAllah hampir (pasti) tidak akan ditolak selamanya. Terlebih lagi jika doâa yang kita lantunkan tersebut memang bersesuaian dengan doâa-doâa yang telah diberitakan oleh RasĂťlullâh Shallallahu âalaihi wa sallam. Darisini akan kita dapati bahwa doâa-doâa tersebut kemungkinan (besar) dikabulkan atau mengandung nama Allâh yang paling agung.