Umroh.com – Mandi besar dilakukan untuk mensucikan diri dari hadast besar, seperti junub atau haid dan nifas. Tak seperti mandi biasa, ada yang perlu kita perhatikan ketika melakukan mandi besar. Tujuannya agar tubuh benar-benar suci dan kita bisa beribadah, seperti sholat dan membaca Al Quran. Berikut akan dijelaskan tata cara mandi besar yang benar.
Pada dasarnya, rukun mandi besar mencakup dua hal. Niat dan mengalirkan air ke seluruh tubuh. Jika dua hal ini terpenuhi, maka mandi besar dinilai sah. Tetapi ada kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan untuk mensucikan diri dari hadast besar lain, seperti haid atau nifas. Kemudian ada juga beberapa sunah mandi besar yang diajarkan Rasulullah. Dengan melaksanakan sunah, ibadah kita menjadi lebih sempurna.
Baca juga: Terkuak, Begini Hukum Junub saat Puasa
Tata Cara Mandi Besar
Umroh.com merangkum, Aisyah menuturkan bahwa saat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Lalu beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk sholat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, dan menggosokkannya ke kulit kepalanya. Kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Ibnu ‘Abbas, Maimunah berkata, “Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali.
Lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah.
Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!
Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya.
Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda)” (HR. Bukhari dan Muslim).
Para ulama berpendapat bahwa kedua cara mandi besar Rasulullah di atas boleh digunakan. Dan Para ulama merangkum tata cara mandi besar sebagai berikut.
- Berniat
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadirkan niat mandi besar untuk membersihkan diri dari hadast besar.
- Mencuci kedua telapak tangan sebanyak tiga kali sebelum dimasukkan dalam bejana, atau sebelum menggosok tubuh dengan tangan.
- Membersihkan kemaluan dengan tangan atau membersihkan kotoran dan najis yang ada dengan tangan kiri.
- Mencuci tangan yang telah digunakan untuk membersihkan kemaluan dan membersihkan kotoran atau najis. Cara mensucikannya dengan menggosok ke tanah atau menggunakan sabun. Hal ini juga disunnahkan bagi setiap orang yang selesai beristinja atau membersihkan kotoran.
- Berwudhu, seperti wudhu sebelum sholat. Yaitu membasuh anggota wudhu dengan air.
- Mengguyur kepala dengan air sambil dipastikan air sampai ke pangkal rambut.
- Mencuci kepala bagian kanan lalu kepala bagian kiri.
- Menyela-nyela kulit kepala atau rambut dengan jari-jari yang telah dibasahi air.
Aisyah menuturkan, “Jika Rasulullah mandi junub, beliau mencuci tangannya dan berwudhu sebagaimana wudhu untuk sholat. Kemudian beliau mandi dengan menggosok-gosokkan tangannya ke rambut kepalanya hingga bila telah yakin merata mengenai dasar kulit kepalanya, beliau mengguyurkan air ke atasnya tiga kali. Lalu beliau membasuh badan lainnya” (HR. Bukhari).
- Mengguyur seluruh badan, dengan diawali pada bagian kanan, lalu mengguyur tubuh bagian kiri. Tata cara ini sesuai dengan sunnah Rasulullah yang senantiasa mendahulukan anggota tubuh bagian kanan.
Harga pas di kantong, yuk pilih paket umroh Anda cuma di umroh.com!
Tata Cara Mandi Besar untuk Bersuci dari Haid atau Nifas
Berdasarkan pemaparan tim Umroh.com, hal yang membedakan tata cara mandi besar untuk bersuci dari haid atau nifas adalah penggunaan sabun atau pembersih lainnya guna membasuh anggota tubuh. Sebagaimana hadits dari Aisyah.
“Asma’ bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tentang mandi wanita haid. Beliau menjawab, “Salah seorang dari kalian hendaklah mengambil air dan daun bidara, lalu engkau bersuci, lalu membaguskan bersucinya.
Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya dengan keras hingga mencapai akar rambut kepalanya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya tadi.
Kemudian engkau mengambil kapas bermisik, lalu bersuci dengannya.
Lalu Asma’ kembali berkata, “Bagaimana dia dikatakan suci dengannya?” Beliau bersabda, “Subhanallah, bersucilah kamu dengannya”.
Aisyah yang mengetahui bahwa Rasulullah merasa sungkan untuk menjelaskan berkata, “Kamu sapu bekas-bekas darah haid yang ada (dengan kapas tadi)”.
Asma’ kemudian bertanya kepada beliau tentang mandi junub, maka beliau bersabda, “Hendaklah kamu mengambil air lalu bersuci dengan sebaik-baiknya bersuci, atau bersangat-sangat dalam bersuci kemudian kamu siramkan air pada kepala, lalu memijatnya hingga mencapai dasar kepalanya, kemudian mencurahkan air padanya’” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain itu, dari hadist ini kita bisa melihat bahwa bagi wanita yang selesai haid atau nifas dan ingin mandi besar, dianjurkan untuk melepas rambut dari ikatan. Tujuannya agar air benar-benar sampai ke pangkal rambut.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di umroh.com!
Rasulullah pun mengajarkan agar air benar-benar sampai ke pangkal rambut kepala dan digosok-gosokkan. Perintah menggosok-gosok dengan keras tidak ada pada tata cara mandi junub. Rasulullah mengajarkan ini ketika Asma’ bertanya tentang tata cara mandi besar karena haid atau nifas.
Terakhir, Rasulullah mengajarkan agar wanita membawa kapas atau potongan kain saat mandi besar dimana haid atau nifas telah usai. Gunanya, untuk mengusap tempat keluarnya darah dan menghilangkan sisa-sisanya. Serta memberikan wewangian untuk menghilangkan aroma tak sedap dari bekas darah haid atau nifas.