Umroh.com – Rasulullah menjelaskan bahwa ada satu surat yang bisa melindungi kita dari fitnah Dajjal, yaitu surat Al Kahfi. Khususnya jika kita membaca atau menghafal 10 ayat awal dan 10 ayat terakhir. Lalu apa keutamaan 10 ayat pertama dan terakhir surat Al Kahfi itu sendiri?
Keutamaan Membaca 10 Ayat Pertama Surat Al Kahfi
Imam Muslim, Imam Abu Dawud, dan Imam An Nasa’i meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa hafal sepuluh ayat pertama dari surah Al Kahfi maka ia akan dijaga dari Dajjal”.
Baca juga: Jangan Lupa Membaca Al Kahfi, Ini Keutamaannya!
Keutamaan Membaca 10 Ayat Terakhir Surat Al Kahfi
Sementara Imam An Nasa’i meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surah Al-Kahfi, maka sungguh ia menjadi pelindung baginya dari Dajjal”.
Siapakah Dajjal?
Umroh.com merangkum, dalam Islam, disebutkan bahwa Dajjal akan datang saat akhir zaman. Ia akan memberikan tipu daya, sehingga banyak orang bersedia menjadi pengikutnya. Semua yang menjadi pengikut Dajjal dikisahkan memperoleh kebaikan dan keberuntungan.
Padahal Dajjal merupakan ujian terberat bagi orang beriman. Manusia akan dibuat bingung dengan apa yang dihadirkan Dajjal. Semuanya tampak seperti surge. Hal inilah yang membuat seseorang keluar dari keimanan.
Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!
Apakah yang Dimaksud Fitnah Dajjal?
Dajjal akan menunjukkan hal-hal luar biasa. Siapa yang menjadi pengikutnya akan memperoleh kehidupan yang baik. Misal dijadikan subur tanahnya, melimpah hasil buminya, dan ternak yang sangat menguntungkan. Sementara para penolak Dajjal akan dibuat sengsara dengan tanah-tanah dijadikan gersang, sehingga mereka tidak memiliki apa-apa.
Dajjal juga bisa berbuat sesuai kehendaknya. Misal menyeru pada reruntuhan untuk mengeluarkan harta atau simpanan yang ada di dalamnya, atau mematikan dan menghidupan makhluk.
Itulah fitnah Dajjal, yang tampak benar dan baik, padahal tidak. Hanya orang-orang tertentu yang berhasil teguh dalam iman, walaupun Dajjal memberikan kesulitan kepada mereka.
Fitnah memang harus kita waspadai. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah-fitnah”.
Secara bahasa, ‘Fitnah’ berarti ujian atau cobaan. Ada beragam bentuknya. Mulai dari berpalingnya seseorang dari jalan kebenaran, syirik dan kekufuran, kemaksiatan dan kemunafikan, samarnya kebenaran dan kebatilan, penyesatan, pembunuhan, perselisihan, hingga siksa dari Allah.
Jadilah tamu istimewa Allah, dengan temukan paket umrohnya di Umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Isi Surat Al Kahfi
Di dalam surat Al Kahfi tersimpan keistimewaan, yang akan menjadi pegangan kita dalam menghadapi fitnah. Ada empat kisah yang menunjukkan berbahayanya fitnah, serta kuasa Allah dalam melindungi hambaNya dari fitnah.
1. Berhati-Hati terhadap Fitnah Agama
Bagian pertama surat Al Kahfi mengisahkan tentang para pemuda yang menyelamatkan diri dari penguasa yang dzalim. Penguasa tersebut memburu mereka karena mereka sangat teguh memegang keimanan kepada Allah.
Rupanya Allah tidak menyia-nyiakan iman mereka. Para pemuda dan anjingnya kemudian dituntun untuk berlindung di dalam gua. Di sana mereka ditidurkan oleh Allah selama lebih dari 300 tahun. Kisah ini memberi hikmah kepada kita agar tetap teguh dalam keimanan ketika menghadapi fitnah agama.
2. Berhati-Hati terhadap Fitnah Harta
Bagian kedua menceritakan tentang dua orang pemilik kebun. Satu berstatus kaya raya, sementara lainnya miskin. Kebun anggur si kaya memberi banyak hasil, berbanding terbalik dengan kebun anggur milik si miskin.
Keberhasilan dan kekayaan ternyata membuat si kaya menjadi kufur nikmat. Lain hal dengan si miskin yang tetap berprasangka baik kepada Allah. Pada akhirnya, Allah menunjukkan keuasaannya dan membinasakan kebun milik si kaya. Kisah ini mengajarkan agar kita tetap beriman dan mengingat Allah untuk menghadapi fitnah harta.
3. Berhati-Hati terhadap Fitnah Ilmu
Tim Umroh.com memaparkan, kisah ketiga adalah kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir. Suatu ketika, Allah mengutus Nabi Musa untuk belajar kepada Nabi Khidir. Nabi Musa kemudian melakukan perjalanan, dan akhirnya menemukan Nabi Khidir. Nabi Musa meminta agar diizinkan menjadi muridnya, dan Nabi Khidir mengizinkan. Namun, Nabi Khidir mengajukan satu syarat, yaitu agar Nabi Musa tidak bertanya tentang apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir.
Keduanya kemudian melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan, Nabi Musa menyaksikan Nabi Khidir melakukan beberapa hal yang tidak bisa diterima oleh nalar. Di setiap peristiwa yang dilihatnya, Nabi Musa tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
Tiba saatnya mereka berpisah, karena Nabi Musa tidak bisa menepati janji untuk tidak bertanya. Sebelum berpisah, Nabi Khidir kemudian menjelaskan hikmah dari peristiwa-peristiwa yang dilihatnya. Kisah tersebut menjelaskan kepada kita agar waspada terhadap fitnah ilmu.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!
4. Berhati-Hati terhadap Fitnah Kekuasaan
Bagian keempat atau terakhir dari surat Al Kahfi menceritakan kisah Dzulqornain dengan Ya’juj dan Ma’juj. Dzulqornain adalah seseorang yang dikaruniai kekuasaan yang besar dan luas. Suatu ketika, ia berhadapan dengan bangsa Ya’juj dan Ma’juj yang dikenal gemar berbuat kerusakan di muka bumi. Kekuasaan yang telah Allah berikan kepada Dzulqornain kemudian digunakannya untuk menghalangi gerak bangsa Ya’juj dan Ma’juj.
Dari Dzulqornain, kita belajar untuk waspada dari fitnah kedudukan. Kedudukan yang kita peroleh hendaknya digunakan untuk kepentingan Allah.