Umroh.com – Sholat berjamaah sungguh utama. Ketika sholat berjamaah, imam memainkan peran penting pada kualitas sholat makmumnya. Imam Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menjelaskan bahwa terdapat beberapa adab dalam sholat berjamaah yang harus dilakukan baik oleh imam dan makmum agar sholat Jamaah yang didirikan sempurna dan sah,
Kita melihat banyak sekali orang-orang yang sepertinya berebut menjadi imam sholat meskipun dari sisi tampilan terlihat tak begitu layak karena hanya memakai kaos dan celana ala kadarnya. Sementara makmumnya justru banyak yang terlihat lebih pantas dan layak. Karena itu, seorang imam harus memperhatikan adab-adab berikut:
Baca juga : Jarang Ada yang Tahu, Ini Pengertian Sholat Muthlaq
Adab Imam Sholat yang Baik dan Benar
1. Menimbang dan Menilai Kelayakan Diri sebagai Imam
Adab imam sholat yang pertama adalah kesediaan untuk menilai dan menimbang diri sendiri. Apakah layak menjadi imam bagi jama’ah. Sikap ini juga disertai dengan melihat orang-orang di sekeliling. Apakah ada orang yang lebih afdhal untuk menjadi imam?
Hal yang harus diperhatikan dalam adab menjadi imam menurut Syaikh Khalil Makmun Syikha:
- Status keberadaan seseorang di tempat itu. Orang yang layak menjadi imam adalah tuan rumah.
- Status dan kedudukan seseorang. Hendaknya yang menjadi imam adalah seorang penguasa, atau orang yang ditunjuk penguasa untuk mewakilinya (imam rawatib).
- Fasih dan alimnya seseorang. Seorang imam hendaknya fasih membaca Al Quran. Bukan hanya fasih, namun juga harus ‘alim, yaitu mengetahui seluk beluk ilmu agama. Dituturkan oleh Abu Mas’ud Al Badri ra., Rasulullah bersabda, “Yang (berhak) menjadi imam (suatu) kaum ialah yang paling pandai membaca Kitabullah. Jika mereka dalam bacaan sama, maka yang lebih mengetahui tentang sunnah. Jika mereka dalam sunnah sama, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka dalam hijrah sama, maka yang lebih dahulu masuk Islam (dalam riwayat lain: umur). Dan janganlah seseorang menjadi imam terhadap yang lain di tempat kekuasaannya (dalam riwayat lain: di rumahnya). Dan janganlah duduk di tempat duduknya, kecuali se izinnya” (HR.Muslim).
- Sikap jamaah terhadap dia. Seorang imam hendaknya orang yang disukai oleh para jamaah. Orang yang tidak disukai para jamaah tidak dianjurkan menjadi imam.
Rasulullah bersabda, “Tiga golongan yang tidak terangkat sholat mereka lebih satu jengkal dari kepala mereka: (Yaitu) seseorang menjadi imam suatu kaum yang membencinya” (HR.Ibnu Majah).
2. Mengetahui Hukum tentang Sholat
Orang yang menjadi imam hendaknya adalah seseorang yang mengetahui seluk beluk dan hukum mengenai sholat. Misalnya hukum tentang sujud sahwi, atau bacaan-bacaan sholat yang benar.
Bacaan-bacaan doa dalam sholat atau surat-surat yang dibaca oleh seorang imam harus benar dan sesuai dengan kaidah yang benar. Karena jika salah dalam pelafalan, maka arti dan makna doa/surat akan berbeda, sehingga mempengaruhi kualitas sholat.
Mau dapat Tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya sekarang juga!
3. Menjadikan Orang yang Baligh dan Berilmu sebagai Imam
Orang yang diutamakan menjadi imam hendaknya yang sudah baligh dan memiliki ilmu agama yang baik. Dalam penentuannya, Rasulullah juga berpesan agar kita tidak berselisih dan menimbulkan suara gaduh.
Beliau bersabda, “Hendaklah yang mengiringiku orang-orang yang telah baligh dan berakal, kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka, dan janganlah kalian berselisih, niscaya berselisih juga hati kalian, dan jauhilah oleh kalian suara riuh seperti di pasar” (HR.Muslim).
4. Mempersingkat Sholat
Seorang Imam hendaknya ber-empati kepada jamaahnya. Imam dianjurkan mempersingkat (takhfif) sholat untuk memudahkan jamaah. Karena bisa jadi di antara jamaah ada orang lanjut usia yang tidak kuat berdiri lama, atau orang yang mudah hilang konsentrasinya jika mendengar bacaan surat yang terlalu panjang.
Saat sholat berjamaah, imam cukup mengerjakan hal-hal yang wajib atau penting. Tidak seperti saat sholat sunah sendiri, dimana seseorang bisa puas berlama-lama dalam sholatnya.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Jika salah seorang kalian sholat bersama manusia, maka hendaklah (dia) mentakhfif, karena pada mereka ada yang sakit, lemah dan orang tua. (Tetapi), jika dia sholat sendiri, maka berlamalah sekehendaknya” (HR. Bukhari).
Singkat atau lamanya sholat memang relatif. Masing-masing orang memiliki penilaian tersendiri terhadap panjang pendeknya sholat. Karena itu seorang imam juga perlu belajar cara Rasulullah dalam mempersingkat sholat, agar singkatnya sholat kembali pada maslahat. Bukan hanya sesuai keinginan jamaah, atau keinginan imam.
Dapatkan Paket Umroh dan Haji Menarik dari Umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
5. Memperhatikan Lurus dan Rapatnya Shaf
Sebelum sholat berjamaah dimulai, seorang imam hendaknya memastikan shaf jamaah telah rapat dan lurus. Setelah dilihatnya shaf jamaah telah sesuai, baru imam bertakbir. Hal ini sudah menjadi adab imam sholat yang selalu diingat banyak orang dan sudah disampaikan kepada para ulama.
Dituturkan oleh Nu’man bin Basyir, Rasulullah selalu memastikan lurusnya shaf, seakan-akan beliau meluruskan anak panah. Pernah suatu ketika beliau melihat ada seseorang yang dadanya maju dari shaf. Rasulullah kemudian mengingatkan, “Hendaklah kalian luruskan shaf kalian, atau Allah akan memecah-belah persatuan kalian” (HR.Muslim).
Sikap ini kemudian ditiru para Sahabat. Mulai dari Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, hingga Ali bin Abi Thalib senantiasa mengingatkan jamaah di belakang mereka untuk lurus sebelum bertakbir.
Umroh.com merangkum, merapatkan shaf adalah hal penting, sehingga imam benar-benar harus melihat ke arah jamaah untuk memastikan rapat dan lurusnya. Membiarkan celah di dalam shaf akan membuka celah bagi setan untuk mengganggu sholat. Selain itu, shaf yang tidak rapat dan tidak lurus akan menjadi bibit perpecahan dan perselisihan umat Islam.
Karena itu, merapatkan shaf memiliki nilai pahala yang besar. Di antaranya Allah akan membantu menyambung urusannya, hingga mendapatkan doa dari Allah dan para Malaikat. Sebagaimana Sabda Rasulullah, “Luruskanlah shaf kalian, dan luruskanlah pundak-pundak kalian, dan tutuplah celah-celah. Jangan biarkan celah-celah tersebut untuk syetan. Barangsiapa yang menyambung shaf, niscaya Allah akan menyambung (urusan)nya. Barangsiapa yang memutuskan shaf, niscaya Allah akan memutus (urusan)nya.” (HR.Abu Dawud).
“Sesungguhnya Allah dan MalaikatNya mendo’akan kepada orang yang menyambung shaf” (HR.Ahmad).
6. Memanjangkan Ruku
Seorang imam juga dianjurkan untuk memanjangkan ruku yang tidak memberatkan makmum. Tujuannya agar orang yang masbuk bisa memperoleh satu rakaat.
7. Meletakkan Pembatas Saat Hendak Sholat
Pembatas atau sutrah berfungsi agar tidak ada orang yang lewat di depan ketika sholat. Lewat di depan orang yang sholat adalah dosa yang sangat besar. Dalam sholat berjamaah, kewajiban mengambil sutrah ada pada tanggungan imam.
8. Memberi Nasihat kepada Jamaah Agar Tidak Mendahului Imam
Seorang imam boleh memberi nasihat kepada jamaah untuk tidak mendahuluinya, terutama pada saat ruku dan sujud. Makmum dilarang mendahului atau bersamaan dengan imam saat ruku dan sujud. Hendaknya gerakan-gerakan tersebut dilakukan setelah imam.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di umroh.com!
Menurut Imam Ahmad, imam adalah orang yang paling layak memberi nasihat dengan baik. Kelak seorang imam akan bertanggungjawab kepada jamaah dan diminta pertanggungjawaban kelak, sehingga imam harus berusaha memperbaiki kualitas sholatnya, serta menyempurnakannya.