Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai pemimpin yang sholeh, bijaksana, serta dekat dengan rakyat. Saat menjabat sebagai khalifah, beliau dikenal sebagai orang yang sangat berhati-hati membelanjakan uang negara. Rakyatnya biasa memanggil beliau dengan panggilan Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz.
Umroh.com merangkum, Umar bin Abdul Aziz adalah cicit dari Umar bin Khattab. Ayahnya yang bernama Abdul Aziz bin Marwan merupakan gubernur dari bani Umayah. Abdul Aziz juga dikenal sebagai seorang yang sholeh, dengan pemahaman agama yang baik. Ia berguru kepada salah seorang Sahabat Rasulullah, yaitu Abu Hurairah.
Baca juga: 3 Keteladan Luar Biasa dari Sosok Nabi Muhammad
Abdul Aziz kemudian menikah dengan seorang wanita Quraisy yang sholehah. Namanya Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Khattab. Ibu dari Ummu Ashim adalah Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab, sehingga Laila merupakan cucu dari Umar bin Khattab. Ayah Laila sering mengajarkan hadist-hadist nabi dari Umar bin Khattab, dan dikenal sebagai seorang lelaki mulia di masa Tabi’in.
Asal Muasal Kesholehan Umar bin Abdul Aziz
Dituturkan oleh Abdullah bin Zubair bin Aslam, kisah ini berasal dari Aslam yang merupakan asisten Umar bin Khattab. Suatu hari, Aslam menemani Umar bin Khattab yang sedang berkeliling di Madinah di malam hari. Di perjalanan, Umar merasa lelah sehingga beliau bersandar di sebuah dinding rumah. Saat itulah Umar mendengar percakapan antara ibu dan putrinya.
Ibu yang didengar Umar itu berkata, “Wahai putriku, campurlah susu itu dengan air”. Ptrinya kemudian menjawab, “Wahai ibu, apakah engkau tidak mendengar peringatan dari Amirul Mukminin hari ini?”.
Sang ibu bertanya, “Apakah peringatan dari Amirul Mukminin itu?”. “Dia memerintah petugas untuk mengumumkan bahwa susu hendaknya tidak dicampur dengan air”, jawab putrinya.
Ibu itu tidak mempedulikan peringatan dari putrinya. Ia berkata, “Putriku, lakukan saja. Campur susu itu dengan air. Kita di tempat yang tidak dilihat oleh Umar dan petugas Umar”.
Gadis itu tetap menolaknya, karena menurutnya perbuatan itu tidak patut dilakukan. “Bukankah Tuhannya Umar melihat?”, tanya putrinya.
Umar bin Khattab yang mendengar percakapan kedua wanita itu kemudian meminta Aslam untuk menandai rumah itu. Umar kemudian melanjutkan kegiatannya berkeliling Madinah.
Keesokan harinya, Abu Bakar memerintah Aslam untuk kembali ke rumah yang semalam didengarnya percakapan ibu dan anak. Umar meminta agar Aslam mencari tahu siapa mereka, dan apakah mereka telah memiliki suami. Saat mendatangi rumah itu, Aslam akhirnya mengetahui bahwa mereka adalah ibu dan anak, dan sang anak belum memiliki suami. Aslam mengabarkan hal itu kepada Umar.
Baca juga: 3 Akhlaq Baik Rasulullah yang Wajib Diteladani
Mendengar informasi dari Aslam, Umar kemudian memanggil putra-putranya. Di hadapan putra-putranya yang telah berkumpul, Umar bertanya, “Adakah di antara kalian yang ingin menikah?”. Salah seorang anak Umar yang bernama Ashim berkata, “Ayah, aku belum beristri, nikahkanlah aku’. Umar kemudian melamar gadis itu dan menikahkannya dengan Ashim. Dari pernikahan keduanya, lahirlah putri yang di kemudian hari menjadi ibu Umar bin Abdul Aziz.
Lahirnya Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz kemudian lahir di tahun 61 H. Ia lahir saat Yazid bin Muawiyah menjabat sebagai pemerintah. Ahli sejarah mencatat bahwa beliau adalah seorang yang memiliki wajah lembut dan tampan, serta memiliki perawakan ramping. Di wajahnya terdapat luka yang berasal dari sepakan kaki kuda.
Saat masih kecil, Umar hidup di lingkungan istana. Dari sinilah diperoleh luka di wajahnya itu. Seekor kuda jantan menendangnya sehingga keningnya terluka. Orang-orang yang melihatnya panik, kecuali Abdul Aziz, ayahnya. Ayahnya itu sempat terkejut, namun kemudian tersenyum sambil mengobati luka yang ada di wajah Umar kecil. Kepada istrinya, Abdul Aziz berkata, “Bergembiralah engkau, wahai Ummi Ashim. Mimpi Umar bin Khattab, Insya Allah terkabul. Dialah anak dari keturunan Umayyah yang akan memperbaiki bangsa ini”.
Semasa hidup, Umar bin Khattab pernah bermimpi. Kelak dari keturunannya akan muncul pemimpin yang menghadirkan keadilan, setelah sebelumnya negara dipenuhi dengan kedzaliman. Keturunan Umar bin Khattab yang dimaksud memiliki tanda di wajahnya.
Tumbuh Menjadi Pemuda yang Sholeh
Umar kemudian tumbuh menjadi seorang pemuda yang dikenal sebagai ahli fikih. Ia banyak meriwayatkan hadist dari Anas bin Malik, Sa’id bin Musayyab, Sahl bin Sa’ad, dan Abdullah bin Jafar. Umar juga banyak belajar ilmu agama dari para ulama Quraisy. Inilah yang menyebabkan Umar bin Abdul Aziz memiliki akhlak yang mulia seperti para ulama itu.
Ketika Abdul Aziz wafat, Abdul Malik sang paman mengajaknya untuk tinggal bersama. Bahkan Abdul Aziz menawari Umar untuk menikah dengan putrinya yang bernama Fathimah.
Terjun ke Pemerintahan
Umar bin Abdul Aziz terjun ke pemerintahan di usia muda. Saat Khalifah Walid bin Abdul Malik memerintah, Umar menjabat sebagai gubernur Madinah di usia 28 tahun. Ketika Sulaiman bin Abdul Malik memegang kekuasaan, Umar ditunjuk sebagai menteri sekaligus penasihat utama di usianya yang menginjak 33 tahun.
Baca juga: Kejayaan Ekonomi pada Masa Umar bin Khattab
Saat Sulaiman bin Abdul Malik wafat, Umar bin Abdul Aziz diangkat untuk menjadi penggantinya. Pengangkatan itu berdasar wasiat yang dibuat Sulaiman bin Abdul Malik. Beliau dilantik menjadi khalifah di usia 37 tahun, sekaligus menjadi khalifah ke-delapan Bani Umayyah.
Memerintah sebagai Khalifah
Umar bin Abdul Aziz kemudian berpidato di hadapan rakyatnya, “Wahai para manusia, sesungguhnya tidak ada lagi kitab suci setelah Al Quran, tidak ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Tugas saya adalah bukan mewajibkan, tetapi sebagai pelaksana. Seorang yang melarikan diri dari seorang imam yang zalim, dia tidak salah. Ketahuilah ketaatan kepada makhluk hidup itu tidak diperbolehkan, apabila sampai melanggar Sang Pencipta”.
Sesaat setelah resmi dilantik, Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan para ahli fikih di Madinah. Umar meminta mereka untuk menulis kezaliman atau perampasan hak orang lain yang mereka lihat. Umar segera mengambil tindakan ketika mendapat laporan tentang kezaliman yang terjadi. Misalnya saat ia menyurati salah satu gubernurnya yang dzalim. Di suratnya, Umar menyampaikan, “Jika kamu mampu berbuat dzalim kepada seseorang, ingatlah akan kemampuan Allah SWT Yang Maha Tinggi kepadamu”.
Masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz terbilang singkat. Beliau memerintah selama dua tahun lima bulan, dan wafat di usia 39 tahun. Walaupun begitu, rakyat dan umat Islam merasakan ketenangan dan kedamaian ketika ia memerintah. Apa yang dilakukan Umar sebagai khalifah patut dijadikan teladan.