Umroh.com – Sebelum membahas keutamaan puasa Rajab, ada baiknya kita pahami dulu tentang tuntunan puasa Rajab. Mayoritas ulama menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada amalan khusus di bulan Rajab.
Jika ada hadis yang menyebutkan tentang amalan di bulan Rajab, para ulama menjelaskan bahwa hadis tersebut termasuk dhaif (lemah) atau bahkan tertolak. Ibnu Hajar menyebutkan tidak ada riwayat yang shahih dan layak untuk menjadi dalil keutamaan bulan Rajab. Demikian pula tentang puasa di bulan Rajab, atau shalat tahajud di malam tertentu di bulan Rajab.
Mengenai hadis keutamaan puasa di bulan Rajab, para ulama menjelaskan bahwa tidak ada dalil khusus. Memang ada riwayat dari Abu Qilabah yang menuturkan bahwa ‘Di surga ada istana untuk orang yang rajin puasa Rajab’. Tetapi riwayat itu bukan hadis dari Rasulullah.
Baca juga: Inilah Pengertian Puasa Nisfu Sya’ban
Imam Al Baihaqi menyebut bahwa Abu Qilabah merupakan tabi’in senior. Mengenai riwayat tentang keutamaan puasa Rajab tersebut, itu merupakan kabar tanpa sanad. Anjuran yang ada adalah berpuasa pada seluruh bulan haram.
Bulan Rajab Termasuk Bulan Haram
Bulan Haram adalah bulan yang dimuliakan dalam Islam. Ada empat bulan haram, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Di bulan haram, amal ibadah akan dilipatgandakan pahalanya, sementara perbuatan buruk juga akan dilipatgandakan dosanya.
Salah satu ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan di Bulan Haram adalah berpuasa. Para ulama juga banyak berpuasa di bulan haram, bukan hanya bulan Rajab.
Keutamaan Berpuasa di Bulan Haram
Umroh.com merangkum, ada sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Al Baihaqi dari Mujibah Al-Bahiliyah dari bapaknya atau pamannya, Al-Bahily. Oleh sebagian ulama, hadis ini dinilai shahih, sementara sebagian ulama lain menilai hadis ini dhaif.
Disebutkan bahwa Sahabat Al-Bahily mendatangi Rasulullah untuk menyatakan masuk Islam. Setelah bertemu Rasulullah dan masuk Islam, Al-Bahily kembali ke kampungnya.
Setahun kemudian, ia kembali menemui Rasulullah. Al Bahily bertanya, “Ya Rasulullah, apakah anda masih mengenal saya?” Rasulullah bertanya, “Siapa Anda?”. Al Bahily menjawab, “Saya Al-Bahily, yang dulu pernah datang menemui anda setahun yang lalu.”
Menyadari Al Bahily, Rasulullah bertanya, “Apa yang terjadi dengan anda, padahal dulu anda berbadan segar?” Al-Bahily menjawab, “Saya tidak pernah makan, kecuali malam hari, sejak saya berpisah dengan anda.”
Mendengar jawaban Sahabat itu, Rasulullah memberi nasihat, “Mengapa engkau menyiksa dirimu. Puasalah di bulan sabar (ramadhan), dan puasa sehari setiap bulan”. Al Bahily tetap meminta tambahan puasa Sunnah. Rasulullah kembali menjawab, “Puasalah sehari setiap bulan”.
Al Bahily menjawab, “Saya masih kuat, tambahkanlah”. “Dua hari setiap bulan”, kata Rasulullah. Al Bahily kembali menimpali, “Saya masih kuat, tambahkanlah”. “Tiga hari setiap bulan”, jawab Rasulullah.
Sahabat itu tetap meminta untuk ditambah puasa sunnah, hingga Rasulullah bersabda, “Berpuasalah di bulan haram, lalu jangan puasa (kecuali ramadhan)…, Berpuasalah di bulan haram, lalu jangan puasa…, Berpuasalah di bulan haram, lalu jangan puasa.”
Yuk jadilah tamu Allah di Tanah Suci dengan temukan paketnya cuma di Umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Larangan Mengkhususkan Puasa di Bulan Rajab
Berpuasa di bulan Haram termasuk amalan yang dianjurkan. Tetapi menghususkan amalan puasa di bulan Rajab tidak dibolehkan.
Diketahui bahwa kebiasaan megkhususkan puasa di bulan Rajab juga telah ada di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Ada beberapa tabiin yang hidup di masa itu telah melakukan amalan puasa di buan Rajab secara khusus.
Namun amalan itu mendapat reaksi keras dari Umar bin Khattab. Beliau diketahui memukul telapak tangan orang-orang yang mengerjakan puasa khusus di bulan Rajab. Umar memukul tangan mereka sampai mereka mau meletakkan makanan di tangannya.
Umar menasehati mereka, bahwa sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang diagungkan di masa Jahiliyah. Ketika Islam datang, kebiasaan mengagungkan bulan Rajab mulai ditinggalkan. Bahkan ada ulama yang meriwayatkan bahwa Umar tampak benci saat puasa Rajab secara khusus dijadikan sunnah.
Ketidaksukaan juga ditampakkan oleh Sahabat Abu Bakrah. Suatu hari ia mengetahui keluarganya membeli bejana air untuk mempersiapkan puasa. Abu Bakrah kemudian bertanya, “Puasa apa ini?”. Mereka menjawab, “Puasa Rajab”. Abu Bakrah kemudian menimpali, “Apa kalian hendak menyamakan Rajab dengan Ramadhan?”. Kemudian Abu Bakrah memecahkan bejana-bejana tersebut.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!
Sikap tidak suka terhadap tindakan mengkhususkan puasa Rajab juga ditunjukkan oleh Sahabat Ibnu Uma dan Ibnu Abbas. Mereka memahami bahwa bulan Rajab memang bukan bulan yang dianjurkan untuk mengkhususkan amalan puasa.
Dengan demikian, kita bisa memahami bahwa tidak ada puasa sunnah yang khusus dilakukan di bulan Rajab.