1
Motivasi Muslim Lifestyle News

Beginilah Seharusnya Adab Seorang Muslim Ketika Sakit

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”.

Memiliki tubuh yang sehat memang merupakan suatu nikmat yang wajib disyukuri. Betapa banyak orang yang lalai dan tertipu ketika diberi kenikmatan ini. Sayangnya, mereka hanya ingat Allah tatkala ditimpa penyakit, musibah, diuji, dan diberi cobaan. Namun, ketika sehat mereka lalai untuk mensyukurinya.

Sebagaimana diterangkan dalam suatu hadis, bahwa ada dua nikmat yang seringkali dilalaikan oleh manusia. Rasulullah SAW bersabda, ”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”.

Mengenai hal ini, dalam kitab “al-Adab fid Dîn” Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali mencatat beberapa adab yang harus dilakukan oleh seseorang ketika menderita sakit.

Berikut delapan adab saat sakit yang dianjurkan oleh Imam al-Ghazali:

1️⃣ Memperbanyak ingat kematian (al-iktsâr min dzikril maut).
Meski tidak selalu, sakit sering menjadi tanda seseorang akan menemui ajal. Untuk itu, waktu sakit adalah saat yang tepat untuk menumbuhkan kesadaran bahwa ia selaku manusia kelak akan kembali kepada Allah yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan. Dan saat itulah manusia membutuhkan bekal berupa amal sholeh yang ia lakukan selama di dunia agar ia bisa memasuki jannah yang kekal.

Kendati demikian, mengingat kematian sesungguhnya dianjurkan terjadi setiap saat, tidak hanya ketika sakit saja. Namun, kondisi ketika sakit atau ketika menengok orang yang sedang sakit bisa jadi mengingatkan kita akan kematian.

2️⃣ Bertobat
Sakit adalah momen untuk mengintrospeksi amalan-amalan yang pernah kita perbuat ketika dalam keadaan sehat. Jika ada kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat, maka segeralah bertobat dan memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar berkenan menghapus dan mengampuni dosa-dosa kita.

webinar umroh.com

3️⃣ Memuji Allah dan Berdoa
Tidak sedikit orang yang ketika diuji sakit justru banyak mengeluh, tidak menerima dengan kondisi sakitnya, bahkan ada yang marah kepada Allah. Justru yang harus dilakukan ketika Allah memberikan ujian sakit adalah senantiasa memuji Allah dan memanjatkan doa. Berharap dengan sakit ini Allah akan menghapus dosa-dosanya dan meninggikan derajatnya atas kesabarannya dalam melalui ujian sakit ini. Dan berharap semoga Allah menyembuhkan penyakitnya karena pada hakikatnya kesembuhan itu berasal dari Allah.

4️⃣ Menampakkan Diri Sebagai Pribadi yang Lemah dan Membutuhkan Allah.
Sakit adalah di antara sekian banyak bukti bahwa manusia memiliki kelemahan. Karena itu, di kala sakit sudah selayaknya manusia menjadikan momen ini untuk mengagungkan kebesaran Allah karena dia menyadari dirinya hanyalah makhluk yang lemah dan membutuhkan Allah. Tak pantaslah dia memiliki sikap sombong, tidak mau taat dan patuh pada aturan Allah.

5️⃣ Berusaha dan Bertawakal
Manusia tetap diharuskan berikhtiyar untuk mencapai kesembuhan dirinya dengan berobat. Ikhtiyar ini tentunya harus disertai dengan sikap tawakal kepada Allah.

6️⃣ Menampakkan Rasa Syukur Ketika Sedang Kuat
Artinya, sisa energi yang masih ada mesti disyukuri, karena hal itu berarti masih ada anugerah kesehatan di tengah kondisi sakit. Bandingkan ketika ditimpa sakit yang menyebabkan koma alias tidak sadarkan diri.

7️⃣ Sedikit Mengeluh
Mengeluh merupakan hal yang manusiawi kala seseorang menderita sakit. Namun, menjadi tidak wajar ketika keluhan tersebut diumbar terus-menerus. Selain tidak bermanfaat, keluhan hanya akan memperkeruh suasana kejiwaan, baik pada diri si sakit maupun orang-orang yang ada di sekitarnya.

8️⃣ Menghindari Jabat Tangan
Kalimat ini bisa dimaknai secara luas bahwa orang sakit, terutama yang mengidap penyakit menular, harus sadar akan potensi dirinya menulari orang lain. Oleh karena itu, si sakit tidak boleh bersikap atau melakukan kegiatan yang bisa menyebabkan orang lain tertular. Salah satu di antaranya adalah kontak fisik secara langsung. Kecuali bila kontak fisik itu diyakini tidak akan menimbulkan penularan penyakit. Wallahu a’lam.[]