*Muliakanlah Akhwat Yang Anda Lamar*
Oleh : Ustadz Iwan Januar
Pernikahan itu diawali dengan ta’aruf dan khitbah (lamaran). Dalam situasi seperti ini posisi akhwat memang lebih banyak menunggu, menerima informasi dan mempertimbangkan apakah proses ta’aruf itu akan berlanjut ke fase khitbah dan pernikahan.
Ikwah fillah, posisi akhwat itu sungguh amat lemah hampir dalam semua hal. Baik dalam fase menuju pernikahan maupun dalam pernikahan. Nabi SAW. menyebut wanita itu sebagai sebagai tawanan ketika ia telah masuk dalam pernikahan, maka Beliau meminta para lelaki berbuat baik-baik pada mereka. Sabdanya:
أَلا فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا ، فَإِنَّهُنَّ عَوَانٍ عِنْدَكُمْ
Hendaklah kalian berwasiat baik-baik pada wanita, karena sesungguhnya mereka adalah tawanan di sisi kalian (HR. Abi Syaibah).
Demikian pula ikhwan fillah pun diwajibkan memuliakan saudara-saudara mereka dari kalangan akhwat sebelum pernikahan berlangsung. Ketika para ikhwan, ‘membawa’ seorang akhwat dalam prosesi ta’aruf hingga khitbah, maka wajib hukumnya menjaga kehormatannya.
Ada beberapa hal yang wajib diperhatikan para ikhwan kepada akhwat ketika prosesi ta’aruf hingga pernikahan itu berlangsung.
– Jagalah aib dan rahasianya
Dalam proses ta’aruf biasanya ada pertukaran biodata/CV, atau seorang ikhwan akan mengorek berbagai informasi dari orang lain untuk mengetahui pribadi akhwat yang hendak dilamarnya. Bukan tidak mungkin pada saat itu ikhwan itu akan mendapatkan berbagai informasi yang amat pribadi tentang akhwat tersebut, bahkan amat mungkin mengetahui aib-aibnya. Maka tutupilah aibnya. Cukup hanya para pria yang hendak melamar yang mengetahuinya dan haram hukumnya untuk menyebarkannya. Nabi SAW. memerintahkan kita untuk menutupi aib saudara seiman:
مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat (HR. Ibnu Majah).
– Rahasiakanlah Khitbah
Berbeda dengan pernikahan yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW. untuk disyiarkan dengan walimatul ‘ursy, khitbah justru diajarkan oleh para ulama untuk tidak disyarkan. Ajaran para ulama ini mengikuti anjuran Nabi SAW.:
اِسْتَعِينُوا عَلَى إِنْجَاحِ الحَوَائِجِ بِالكِتْمَان فَإِنَّ كُلَّ ذِي نِعْمَةٍ مَحْسُود
Gunakan cara rahasia ketika ingin mewujudkan rencana. Karena setiap pemilik nikmat, ada peluang hasadnya. (HR. Thabrani dalam al-Ausath 2455 dan dishahihkan al-Albani).
Tidak usahlah membuat status di media sosial, atau mengumumkannya, cukup keluarga dan kerabat dekat atau kawan dekat yang tahu. Perintah Nabi SAW. itu untuk menutup pintu hasad yang bisa muncul dari sebagian orang.
– Jangan rusak kehormatannya dengan mendekati zina
Ada sebagian ikhwan yang lemah pemahamannya tentang tata pergaulan, kemudian meminta agar mereka bisa bepergian berduaan, naik kendaraan berduaan dan berbagai aktifitas lain hanya berdua. Ikhwan seperti ini sunggah lemah pemahaman dan lemah akhlak. Ia tidak memahami larangan Allah SWT. agar tidak mendekati zina, dan berduaan adalah khalwat yang termasuk perbuatan mendekati zina. FirmanNya:
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk (TQS. al-Isra: 32).
Termasuk dalam hal ini adalah melakukan pemotretan pre-wedding, dimana pasangan yang belum sah ini kerap berpose berduaan, bahkan hingga berpelukan. Wal iyyadzu billah!
Sadarlah akhi, perbuatan ini merusak kehormatan para pria dan terlebih lagi wanita.
– Meminta akhwat berkunjung ke rumah ikhwan
Entah mengapa, ada ikhwan yang meminta akhwat yang telah dikhitbahnya untuk berkunjung ke rumahnya. Benar. Kunjung mengunjungi adalah hal biasa, tapi bagi seorang akhwat diminta mengunjungi rumah seorang ikhwan bisa menciderai iffahnya, kemuliaannya. Orang bisa bergunjing tentang kunjungannya dan berujung pada cideranya iffah diri sang akhwat.
Apalagi bila rumah ikhwan yang dimaksud ada di lokasi yang jauh, di luar kota, lalu akhwat tadi harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk berkunjung ke sana.
Kalaulah ingin menyambungkan silaturahim, maka mintalah ia datang bersama kedua orang tua atau mahramnya, dan perjalanan yang tidak memberatkan dirinya. Dan bila kunjungan itu mudlarat alangkah baiknya tidak perlu dilakukan.
– Jangan Jadi Ikhwan PHP
Tak ada orang yang tak sakit hati bila diberi harapan palsu. Faktanya ada saja ikhwan yang suka melakukan PHP pada akhwat. Sudah melakukan ta’aruf, bahkan sang ikhwan mendatangi rumah sang akhwat untuk bertemu keluarganya, sang akhwat juga dikenalkan pada keluarganya, sudah bicara jauh soal pernikahan, tapi endingnya sang ikhwan beberapa waktu kemudian berkata, “Maaf ukhti, saya belum siap untuk menikah dalam waktu dekat, saya ada rencana untuk lanjutkan kuliah S-2. Insya Allah bisa sudah selesai S-2 saya akan seriuskan langkah menuju pernikahan.”
Jeleger! Untuk akhwat, itu rasanya seperti dibanting berkali-kali. Sakit dan malu. Keluarga besar sudah tahu, sudah antusias, eh ikhwannya malah mundur begitu saja dengan alasan belum siap. Ada juga yang beralasan harus membantu biaya sekolah adiknya dulu, harus membantu orang tua, dll.
Pertanyaannya; bila memang belum siap dalam waktu dekat lalu kenapa mengajukan diri ke proses ta’aruf? Kenapa pula sampai mendekati seorang akhwat dan bicara panjang lebar soal pernikahan? Semoga Allah tidak memasukkan para ikhwan seperti itu sebagai golongan pendusta atau pengkhianat amanah. Sekali lagi; hormati dan muliakanlah para wanita[]