Umroh.com – Tanggal 1 Syawal selalu disambut dengan sukacita. Di hari itu, umat muslim di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Fitri. Sebagai salah satu bulan yang istimewa, Rasulullah pun banyak mengajarkan tentang keutamaan bulan Syawal. Berikut adalah hadits tentang bulan Syawal yang perlu kita ketahui.
Hadits Tentang Puasa Syawal
Usai berpuasa di bulan Ramadhan, kita akan disambut amalan sunnah pertama di bulan Syawal, yaitu berpuasa. Dituturkan Abu Ayyub ra, Rasulullah bersabda, “Siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian diikuti puasa enam hari bulan Syawal maka itulah puasa satu tahun.” (HR.Ahmad & Muslim)
Hadits tentang bulan Syawal itu berisi anjuran untuk berpuasa sunnah di bulan Syawal sebanyak enam hari. Mengenai tata caranya, ada beberapa pendapat di kalangan ulama. Imam Syafi’i dan Ibnu Mubarok menjelaskan, puasa Syawal dikerjakan secara berturut-turut sejak awal bulan. Namun, cara ini berdasar pada hadits yang lemah.
Kemudian tata cara puasa Syawal menurut Imam Waki’ dan Imam Ahmad adalah boleh dikerjakan berturut-turut maupun terpisah. Tak ada perbedaan keutamaan dalam melakukan keduanya. Kita boleh memilih salah satu.
Sementara itu, ada juga ulama yang berpendapat tidak boleh melakukan puasa Syawal langsung setelah Idul Fitri. Sebab masih dalam periode hari makan dan minum. Puasa Syawal sebaiknya dilakukan pada pertengahan bulan.
Mengganti I’tikaf di Bulan Syawal
Rasulullah pernah meninggalkan i’tikaf di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Penyebabnya, istri-istri beliau mengikuti beliau dengan mendirikan tenda di dekat masjid. I’tikaf itu kemudian diganti di bulan Syawal.
Aisyah ra menuturkan, biasanya Rasulullah i’tikaf di hari terakhir bulan Ramadhan. Aisyah ra biasa membuatkan kemah untuk beliau. Setelah selesai sholat subuh, beliau memasukinya. Kemudian Hafshah minta izin Aisyah untuk membuat kemah, Aisyah-pun mengizinkannya. Katika Zainab melihatnya, beliau pun ikut membuat kemah.
Baca juga : Doa Tawaf Arab, Latin dan Artinya Lengkap Putaran 1 sampai 7
Di pagi harinya, Rasulullah melihat ada banyak kemah. Beliau bertanya, “Apa-apaan ini?” Setelah diberi tahu, beliau bersabda kepada para istrinya, “Apakah kalian menganggap ini baik?” Kemudian Rasulullah tidak i’tikaf di bulan itu, dan beliau i’tikaf pada sepuluh hari di bulan Syawal.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Dari hadits tentang bulan Syawal tersebut, para ulama menjelaskan bahwa bagi seseorang yang terbiasa melakukan i’tikaf boleh menggantinya di bulan Syawal jika berhalangan melaksanakannya di bulan Ramadhan. Pelaksanaan di bulan Syawal itu termasuk qodho yang disunnahkan.
Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah di Bulan Syawal
Aisyah ra menuturkan, “Rasulullah menikahiku di bulan Syawal, dan beliau tinggal satu rumah denganku juga di bulan Syawal. Siapakah di antara istri beliau yang lebih beruntung dari pada aku.” (HR.Ahmad & Muslim)
Umroh.com merangkum, hadits tentang bulan Syawal itu menjadi dasar dari sunnah menikah dan membangun rumah tangga di bulan Syawal. Pernikahan Aisyah dengan Rasulullah itu sekaligus menyelisihi tahayul di masyarakat Jahiliyah, dimana pernikahan di bulan Syawal akan membawa kesialan. Rasulullah menunjukkan bahwa keyakinan tersebut salah dan tanpa landasan. Kaum muslimin tidak boleh mengikuti tradisi tahayul Jahiliyah seperti itu.
Hadits Tentang Sholat Idul Fitri
Ummu Athiyah ra menuturkan, ”Kami diperintah untuk mengajak keluar gadis yang baru baligh, gadis-gadis pingitan, dan orang-orang haid untuk menghadiri sholat idul fitri dan idul adha…”(HR.Bukhari & Muslim)
Hadits Tentang Bulan Syawal yang Dhoif
Selain hadits tentang bulan Syawal yang shahih di atas, ada juga hadits yang dhoif. Para ulama menyebutkan hadits tentang bulan Syawal yang dhoif (bahkan palsu) di bawah ini.
“Dari Muhammad bin Ibrahim At Taimy, bahwa Usamah bin Zaid ra sering berpuasa di bulan-bulan haram. Kemudian Rasulullah bersabda,“Puasalah bulan syawal.” Kemudian Usamah meninggalkan puasa bulan-bulan haram, dan beliau selalu berpuasa bulan syawal sampai beliau meninggal.” Hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah ini didhoifkan Syaikh Albani karena sanadnya terputus.
“Barangsiapa yang sholat pada malam idul fitri seratus rakaat, setiap rakaat dia membaca Al Fatihah sekali dan surat Al Ikhlas sepuluh kali….”. Hadits tentang bulan Syawal ini termasuk kategori hadits palsu.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di umroh.com!
“Siapa yang sholat empat rakaat setelah sholat idul fitri, di rakaat pertama dia membaca Al Fatihah…seolah dia telah membaca semua kitab yang Allah turunkan kepada para nabinya.” Dijelaskan Ibnul Jauzi, hadits ini palsu.
“Termasuk sunnah, sholat dua belas rakaat setelah sholat idul fitri, dan enam rakaat setelah idul adha.” As Syaukani menjelaskan bahwa hadits ini palsu.