Umroh.com – Bulan Ramadhan menjadi saat paling dinanti bagi seluruh umat muslim. Di bulan tersebut, ada ibadah istimewa. Ibadah puasa Ramadhan. Bukan hanya suasana berpuasa Ramadhan yang banyak dirindukan, tetapi juga keutamaan dari amalan-amalan yang menggugurkan banyak dosa. Melihat makna mendalam bagi umat muslim, sebaiknya kita mengenal sejarah bulan Ramadhan.
Asal Usul Nama Ramadhan
Umroh.com merangkum, menurut Ibnu Katsir, kata ‘Ramadhan’ berasal dari ‘Ar Ramdha’ yang artinya ‘panas’. Sedangkan ulama lain berpendapat, nama ‘Ramadhan’ berasal dari kata ‘Ar Ramdu’. Artinya, batu yang menjadi panas akibat terik matahari. Ada juga pendapat bahwa ‘Ramadhan’ berasal dari lata ‘Ar Ramiidh’. Artinya, hujan yang turun setelah musim panas sebagai tanda telah masuk musim gugur. Sehingga pada saat itu semua panas luntur.
Baca juga: Peristiwa Penting di Bulan Ramadhan dalam Islam
Dari beberapa penjelasan itu, muncullah makna ‘Ramadhan’ sebagai waktu dimana dosa-dosa manusia luntur atau berguguran. Bulan Ramadhan memang menjadi saat dihapuskannya dosa-dosa manusia dengan mengerjakan berbagai amal sholeh, baik wajib maupun sunnah. Dan ibadah yang paling utama adalah puasa wajib di bulan Ramadhan.
Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni” (HR.Bukhari dan Muslim).
Perintah Puasa Tercatat Dalam Sejarah Bulan Ramadhan
Sejarah bulan Ramadhan kemudian bertambah dengan turunnya perintah puasa wajib. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.” (QS.Al Baqarah: 183). Perintah ini turun di tahun kedua Hijrah, tepatnya pada malam kedua bulan Sya’ban.
Ibadah Puasa Sebelum Kehadiran Puasa di Bulan Ramadhan
Menurut Imam Nawawi, ‘puasa’ menurut Bahasa mengandung arti menahan diri dan berpantang. Secara syariat, puasa berarti menahan diri dari hal yang membatalkan puasa dengan syarat-syarat yang bersifat khusus.
Ibadah puasa sebenarnya telah dilakukan para nabi sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Bahkan Ibnu Katsir meyakini ajaran berpuasa sudah ada sejak masa Adam dan Hawa.
Hanya di umroh.com, Anda akan mendapatkan tabungan umroh hingga jutaan rupiah! Yuk download aplikasinya sekarang juga!
Sebelum ayat tentang puasa Ramadhan turun, kaum muslimin sudah biasa berpuasa, seperti di hari Asyura tanggal 10 Muharram. Puasa di hari Asyura itu sebelumnya telah dilakukan kaum Yahudi untuk memperingati kemenangan Nabi Musa melawan Firaun dan bala tentaranya. Disebutkan bahwa berpuasa menjadi bentuk rasa syukur Nabi Musa kepada Allah.
Rasulullah yang mengetahuinya setelah hijrah ke Madinah, lalu memerintah kaum muslimin berpuasa di hari Asyura juga. Perintah puasa ini hukumnya sunnah, bukan wajib. Kemudian ketika perintah puasa wajib Ramadhan turun, Rasulullah meninggalkan puasa tersebut. Namun, siapa saja yang ingin mengerjakannya tetap dibolehkan.
Ibnu Umar ra menuturkan, “Dulu, orang-orang Quraisy berpuasa di hari ‘Asyura di masa jahiliyyah. Rasulullah juga berpuasa di hari tersebut (di masa Jahiliyyah). Ketika beliau tiba di Madinah, beliau mengerjakan puasa Asyura dan memerintahkan kepada para sahabat untuk berpuasa.
Ketika puasa Ramadhan diwajibkan, Rasulullah meninggalkan puasa Asyura. Barangsiapa yang ingin berpuasa, maka dia mengerjakannya. Dan barangsiapa yang tidak ingin berpuasa, maka mereka meninggalkannya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Aisyah ra juga menuturkan, “Dahulu, hari Asyura adalah hari dimana kaum Quraisy berpuasa padanya pada masa jahiliyah. Adalah Rasulullah berpuasa pada hari Asyura. Tatkala Beliau datang ke Madinah, Beliau juga berpuasa padanya, dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa padanya. Lalu ketika turun (wajibnya puasa) Ramadhan, barangsiapa yang mau ia boleh berpuasa padanya, barangsiapa yang mau ia boleh juga untuk tidak berpuasa padanya” (HR.Bukhari).
Perintah Puasa Ramadhan Turun Berangsur-Angsur
Pada awalnya, kaum muslimin diberi pilihan, untuk berpuasa atau membayar fidyah. Hal ini tampak dari firman Allah di surat Al Baqarah ayat 184, “Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.
Pilihan itu lalu dihapuskan. Dan perintah puasa Ramadhan menjadi wajib dengan turunnya ayat: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS.Al Baqarah: 185).
Hal ini menunjukkan bahwa perintah puasa Ramadhan diturunkan secara bertahap. dengan kebijaksanaan-Nya, Allah menetapkan syariat secara berangsur-angsur, karena jika puasa wajib turun seketika, maka itu akan menjadi ibadah yang berat karena belum terbiasa.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!
Pilihan melaksanakan fidyah kemudian tetap dikenakan kepada mereka yang benar-benar tidak bisa berpuasa wajib. Misalnya kepada mereka yang tidak sanggup berpuasa karena tua renta, atau kepada mereka yang sakit dan tidak ada harapan untuk sembuh.
Demikian sejarah bulan Ramadhan. Semoga membuat kita semakin memahami dan semakin khusyuk beribadah selama bulan Ramadhan.