Umroh.com – Rasulullah menyebutkan bahwa salah satu bulan Haram adalah bulan Dzulhijjah. Di balik keistimewaannya sebagai bulan haram, bulan Dzulhijjah menyimpan sejarah tersendiri. Pada artikel kali ini, umroh.com akan mengulas sejarah bulan Dzulhijjah.
Selain merupakan bulan Haram, salah satu keistimewaan bulan Dzulhijjah adalah terdapat hari-hari terbaik sepanjang tahun di dalamnya. Yakni sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Rasulullah bersabda, “Tidak ada hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini” Para sahabat bertanya: “Apakah lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah?” Beliau bersabda, “Iya. Lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi” (HR.Bukhari).
Baca juga: Peristiwa Penting di Bulan Ramadhan dalam Islam
Asal Usul Nama Bulan Dzulhijjah
Umroh.com merangkum, para ulama menyebutkan, nama “Dzulhijjah” terdiri dari kata “Dzu” yang berarti “pemilik” dan “Al hijjah” yang berarti “haji”. Nama ini sudah digunakan sejak zaman Jahiliyah. Saat itu masyarakat Arab kuno sudah banyak melaksanakan haji, sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim.
Haji merupakan salah satu rukun Islam. Ibadah haji dilakukan di Mekkah dengan serangkaian ritual tertentu. Karena itu, umat muslim di seluruh dunia berbondong-bondong menuju kota Mekah setiap tahunnya untuk melaksanakan haji.
Pelaksanaan ibadah haji juga diajarkan oleh Rasulullah. Ibadah haji dilaksanakan di bulan-bulan Haji (Syawal, Dzulqa’dah, hingga 10 hari pertama Dzulhijjah). Puncak pelaksanaan haji ada di tanggal 9 Dzulhijjah. Ketika para jamaah haji melakukan wukuf di Padang Arofah.
Sejarah Haji di Bulan Dzulhijjah
Perintah haji awalnya diberikan kepada Nabi Ibrahim. Namun pelaksanaan ibadah haji mengalami banyak perubahan seiring berjalannya waktu. Karena itu, Allah kembali menurunkan perintah haji kepada Rasulullah.
Allah berfirman, “Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki atau dengan mengendarai unta yang kurus. Mereka akan datang dari segenap penjuru yang jauh” (QS.Al Hajj: 27).
Allah memerintahkan agar ibadah haji dilaksanakan seperti ajaran semula. Hingga kemudian haji mulai diwajibkan kepada kaum muslimin di tahun 6 Hijriyah (Ada pendapat yang menyebut tahun 3 atau 5 Hijriyah). Kewajiban ibadah haji muncul setelah turun ayat berikut:
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) makam Ibrahim, barangsiapa memasukinya (baitullah itu) menjadi amanlah dia. Mengerjakan haji menuju baitullah adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) yang sanggup mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya dari semesta alam” (QS.Ali Imran: 97).
Rasulullah baru bisa melaksanakan haji di tahun 10 Hijriyah, sebab Mekkah sebelumnya masih dikuasai kaum kafir Quraisy. Beliau memang berhasil menaklukkan Mekkah di tahun 8 Hijriyah. Namun karena ada hal lain yang harus diselesaikan, ibadah haji beliau akhirnya tertunda hingga tahun 10 Hijriyah. Persis tiga bulan sebelum beliau wafat. Inilah penyebab haji yang dikerjakan Rasulullah disebut dengan Haji Wada’ atau haji perpisahan.
Peristiwa Lain Dalam Sejarah Bulan Dzulhijjah
1. Nabi Ibrahim Merenungi Isi Mimpinya
Ketentuan haji tidak lepas dari peristiwa bersejarah yang dialami Nabi Ibrahim. Di tanggal 8 bulan Dzulhijjah, beliau menerima wahyu untuk menyembelih putra kesayangannya. Wahyu yang hadir dalam mimpi ini membuat beliau ragu. Beliau khawatir itu merupakan bisikan setan. Dari sinilah muncul istilah Hari Tarwiyah untuk tanggal 8 Dzulhijjah. Artinya, hari berpikir atau merenung.
Tetapi ada juga pendapat yang mengatakan istilah Hari Tarwiyah berasal dari kata “irtawa – yartawi”. Artinya, banyak minum. Sebab banyak orang membawa air atau minum sebagai bekal perjalanan haji di Hari Tarwiyah.
2. Nabi Ibrahim Memutuskan untuk Menyembelih Putranya
Setelah malam kesembilan, akhirnya Nabi Ibrahim yakin bahwa mimpinya itu memang benar merupakan perintah Allah. Beliau kemudian memberitahu Ismail. Dan Ismail menuruti dengan penuh ketakwaan. Melihat ketakwaan kedua hamba-Nya, Allah mengganti Ismail dengan binatang sembelihan dari surga saat Nabi Ibrahim melakukan penyembelihan. Peristiwa inilah yang menjadikan tanggal 10 Dzulhijjah sebagai hari raya Idul Adha. Kemudian diikuti hari Tasyrik hingga tanggal 13 Dzulhijjah.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di umroh.com!
3. Perjanjian Aqabah di Bulan Dzulhijjah
Di bulan Dzulhijjah, terjadi perjanjian Aqabah yang melibatkan kaum Aus dan Khazraj dengan Rasulullah. Di bukit Aqabah, mereka berjanji membantu dakwah Rasulullah di Yatsrib (Madinah). Kala itu setelah musim haji (dimana banyak orang datang ke Mekkah), Rasulullah menemui beberapa kabilah untuk mendakwahkan Islam. Namun banyak yang menolak. Hingga kemudian beliau bertemu 6 orang dari kaum Khazraj asal Yatsrib. Setelah bertemu di bukit Aqabah, mereka menerima Islam dan akan mendakwahkannya di Yatsrib.Tahun berikutnya, di bulan Dzulhijjah setelah muslim haji pula, terjadi pertemuan di bukit Aqabah lagi. Kali ini bukan hanya dihadiri kaum Khazraj, namun ada pula orang dari kaum Aus asal Yatsrib juga. Peristiwa ini terjadi pada tahun 12 kenabian, atau 2 tahun sebelum hijrahnya Rasulullah ke Yatsrib (Madinah).