Terkadang tidak semua hal yang kita dapati harus membuat kita menginformasikannya kepada orang lain agar mereka tahu. Beberapa hal memang cukup kita simpan saja sendiri agar cukup kita dan Allah yang tahu. Memang beberapa hal juga ada yang perlu untuk ditampakkan ke manusia agar mereka tahu akan itu. Namun, memang kita harus mengetahui beberapa hal yang asalnya memang harus disembunyikan, dan kalau pun ingin ditampakkan cukup lah pada saat butuh saja. Yang dimaksud pada saat butuh disini adalah momen yang apabila kita menampakkannya akan banyak membawa dampak positif ke orang lain. Kira-kira apa saja hal tersebut?
Hapalan Quran-mu, cukup kau sembunyikan pada kebanyakan momen, meski di suatu waktu ada kalanya juga kita perlu memberitahukannya kepada orang lain, namun ingat bahwa pemberitahuan kita tersebut tidak sedikit pun dilandasi oleh rasa pamer untuk mendapatkan pujian, tetapi niat kita hanya sebatas untuk memotivasi agar orang yang kita beritahu juga bisa hapal Qur’an.
Banyak harta-mu, seringkali memang harus ditutupi dan tidak perlu dipamerkan, karena tidak semua orang bisa seberuntung kita, takutnya kalau dipamerkan terlebih pada orang yang nasibnya lebih buruk dari kita, akan menimbulkan sakit hari dari orang tersebut kepada kita, dan menilai perbuatan kita terkesan pamer. Namun ada juga di suatu waktu kita perlu memberitahu banyak harta kita, tapi tidak untuk pamer. Misalkan saja untuk memotivasi orang agar mau bekerja keras sehingga dia pun nantinya akan mendapatkan banyak rezeki dari Allah. Atau boleh juga kita memberitahu banyak harta kita kepada orang yang ahli agama agar kita bisa tahu berapa jumlah yang wajib kita zakatkan.
Kebahagiaan dan romantisme terhadap pasangan, juga tidak perlu dipamerkan pada kebanyakan waktu. Karena kebahagiaan dan romantisme juga bisa mengundang sikap iri seseorang apabila nasibnya tidak demikian. Namun di saat-saat tertentu kita juga boleh memberitahukannya, misalkan saja pada saudara dan teman dekat, dan tujuan kita memberitahu juga tidak dalam rangka pamer, tapi misalkan ingin memberi mereka tips dan juga resep agar mereka juga dapat bahagia dan romantis terhadap pasangannya.
Terlebih aib diri dan keluarga,wajib-lah ditutupi. Namun di suatu waktu kita juga diperbolehkan untuk memberitahunya kepada orang lain. Tujuan kita memberitahu ini tentulah hanya sebatas untuk meminta nasehat dari mereka agar kita dapat menghilangkan aib tersebut. Dan kita menceritakannya tentu saja tidak ke sembarang orang apalagi semua orang. Ceritakan saja pada orang-orang tertentu seperti sahabat dan keluarga dekat, yang mana kita menilai jika mereka sekiranya cukup kompeten untuk membantu kita mengatasi persoalan tersebut, dan juga kita menilai mereka orangnya bisa dipercaya dan menjaga rahasia.
Imam Asy-Syafi’iy rahimahullah berkata:
“Kemuliaan jiwa seseorang ada pada tiga perkara:
√ Menyembunyikan kefaqiran hingga orang lain menyangka bahwa engkau berkecukupan.
√ Menyembunyikan kemarahan hingga orang lain menyangka bahwa engkau ridha.
√ Menyembunyikan penderitaan hingga orang lain menyangka bahwa engkau hidup enak.”
(Manaqib asy-Syafi’iy, jilid 2 hlm. 188)
Terlebih amalmu, sembunyikan-lah, tangan kiri tidak tahu, pa yang diinfakkan tangan kanan sekali pun keduanya berdekatan, bahkan selalu bersama memegang sesuatu. Bahkan kalau bisa keluarga terdekat seperti anak-istri juga tidak perlu tahu amal-mu agar lebih ikhlas.
“Seseorang yang bersedekah kemudian ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. ” (HR. Bukhari Muslim)
Ikhlas itu berat, Sufyan Ats-Tsauri berkata,
“ Tidaklah aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang LEBIH BERAT daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak-balik” (Jami’ Al-‘ulum wal hikam hal. 18, Darul Aqidah, Koiro, cet.I, 1422 H)