Marah Tanda Kalah, Sombong, Watak Asli Iblis
Kapan seorang petinju akan kalah, jika dia sudah terpancing emosi dan marah. Sebab emosi seorang petinju akan berpengaruh akurasi pukulan menjadi tidfak terarah. Saat pukulan tak lagi terarah itulah dia akan mudah untuk dijatuhkan.
Kapan seorang yang berdebat dinyakan kalah, jika dia telah terpancing amarah. Sebab amarah dia akan membawa kepada lemahnya argumentasi yang dipaparkan. Pemikiran argumentatif berakar dari akal, sementara amarah berakar dari perasaan. Ujung dari akal adalah hujjah argumentatif, ujung dari perasaan adalah : pokoknya, pokoknya begini, pokoknya begitu.
Lihatlah seorang anak yang meminta sepeda kepada orang tuanya dengan amarah. Maka dia akan terus meminta dengan mengatakan : pokoknya dibelikan sepeda. Dia tidak mau peduli apakah orang tuanya punya uang atau tidak.
Lihatlah saat seorang suami marah tak terkendali kepada keluarganya, maka apapun bisa terjadi. Banyak kejadian kriminal dan pembunuhan berawal dari kemarahan. Maka tak heran jika ada suporter bola marah dan melempari kereta yang sedang lewat. Padahal kereta itu tidak bersalah, tapi itulah jika orang sudah marah, persis seperti orang gila.
Amarah adalah dari setan, jika tak terkendali, maka dia akan melakukan apapun yang melanggar moral dan agama. Itulah mengapa Islam menyamakan amarah dengan kegilaan. Islam melarang amarah yang tak terkendali : laa taqdhob.
Dalam sejarah, kekalahan musuh-musuh Allah juga diawali oleh kemarahan kepada dakwah para Nabi utusan Allah. Orang seperti fir’aun, namruj dan abu jahal dibinasakan oleh Allah justru setelah merah kepada para Nabi. Meski secara materi dan kuasa, mereka lebih kuat.
Perhatikan firman Allah : Fir’aun menjawab: “Bukankah Kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama Kami beberapa tahun dari umurmu dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu Termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna. (QS Asy Syu’ara : 18-19).
Berkata Fir’aun kepada orang-orang sekelilingnya: “Apakah kamu tidak mendengarkan?”. Musa berkata (pula): “Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu”. Fir’aun berkata: “Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila”. Musa berkata: “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal”. (QS Asy Syuara : 25-28).
Puncak kemarahan fir’aun diiringi kesombongan membuatnya tak terkendali dan mengejar Musa dan Bani israel hendak membunuhnya. Kesombongan fir’aun hingga menganggap dirinya sebagai tuhan, hanya dirinya yang benar, yang lain salah semua. Sombong adalah watak asli iblis. Jadi jika ada orang yang merasa dirinya paling benar dan yang lain salah semua, maka bisa jadi dia kerasukan iblis.
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS Al Baqarah : 34)
Tentu makna sujud dalam ayat ini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah. Namun iblis pongah tidak mau bersujud kepada Adam, disebab dirinya merasa paling baik, mulia dan benar dibandingkan nabi Adam.
Karena itu berhati-hatilah dengan jabatan, keturunan, ilmu, umur dan harta. Sebab jika tidak dilandasi oleh iman kepada Allah, maka hal-hal tersebut bisa menjerumuskan kepada kesombongan sebagaimana iblis.
Sebelum kaum Nabi Nuh ditenggelamkan oleh Allah sebagai tanda kekalahan mereka. Maka yang terjadi adalah amarah mereka yang tak terkendali kepada Nabi Nuh. Perhatikan firmanNya :
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti Kami, dan Kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara Kami yang lekas percaya saja, dan Kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas Kami, bahkan Kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta”. (QS Hud : 27)
Begitupun yang dialami oleh Nabiyullah Ibrahim as, bahkan kemarahan para pembangkang Allah setelah kalah argumentasi telah menyebabkan mereka kalap dan membakar Nabi Ibrahim. Kekalahan berargumen tanda kekalahan mereka, sementara Nabi Ibrahim diselamatkan oleh Allah. Namun setelah mereka melampiaskan kemarahannya, disitulah justru awal dari kebinasaan dan kehancuran mereka. Begitulah kisah al Qur’an bertutur kepada kita.
Makin marah, justru tanda makin kalah. Marah dalam beragumentasi tanda kedunguan, jika ngamuk tanda kekalahan dan awal dari kehancuran mereka. Kemarah Abu Jahal dan Abu Lahab justru mengantarkan mereka kepada kekalahan, kehinaan dan kebinasaan. Sementara Rasulullah justru mendapatkan kemenangan dengan berdirinya Daulah Madinah.
Marah adalah tanda kekalahan, ngamuk adalah awal dari kehancuran mereka. Sombong dan merasa dirinya paling benar dan yang lain salah semua adalah watak asli iblis. Maka, waspadalah, waspadalah. !!