1
News Sejarah Islam

Kisah Sya’ban & Keteladanannya (Part 2)

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Setelah Rasulullah mengetahui Sya’ban telah meninggal, kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam

“Ya Rasulallah, ada sesuatu yang masih menjadi pertanyaan bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya ia berteriak tiga kali dengan masing-masing teriakan disertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”.

“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam.
Istrinya berkata jika di masing-masing teriakannya ia berucap tiga kalimat:
“Aduuuh kenapa tidak lebih jauh…”
“Aduuuh kenapa tidak yang baru… ”
“Aduuuh kenapa tidak semua…”

Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun melantukan ayat yang terdapat dalam surat ke-50, Surat Qaaf ayat 22 yang artinya: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”

Tafsir Alquran Surat Qaaf ayat 22 yaitu menjelaskan saat Sya’ban radhiallahu anhu dalam keadaan sakratul maut perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala (Bayangkan, dalam waktu sekejap perjalanan hidup kita dinampakkan dan semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala , “….maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam (QS Qaaf : 20)”

Apa yang dilihat oleh Sya’ban radhiallahu anhu (atau orang yang sakratulmaut) tidak bisa disaksikan oleh yang lain. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Surat Qaaf ayat 22,

Pertama, dalam pandangannya yang tajam itu ia melihat semua perbuatannya ketika ia pulang-pergi dari Masjid untuk sholat berjamaah lima waktu. Masih ingatkan, rombongan Nabi ketika menuju rumah Sya’ban dengan perjalanan jalan kaki sekitar 2-3 jam, tentu bukanlah jarak yang dekat meskipun dengan naik onta sekalipun. Dalam pengelihatan yang tajam itu pula Sya’ban diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkah nya ke Masjid dan Ia melihat surga sebagai ganjarannya. Saat melihat itu ia berucap: “Aduuuh kenapa tidak lebih jauh…” Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan surga yang didapatkan lebih indah.

Kedua, Dalam adegan dimana semua perbuatan kita diperlihatkan. Sya’ban diperlihatkan ganjaran dan perbuatannya ketika melihat seseorang yang terbaring kedinginan, ketika dalam perjalanan menuju masjid, kemudian Ia membuka baju yang paling luar dan memberikan pakaian terluar itu kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama-sama ke masjid melakukan sholat berjamaah. Orang itu pun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan melakukan sholat berjamaah.

webinar umroh.com

Dalam adegan dimana semua perbuatan dan ganjaran kita diperlihatkan. Sya’ban pun kemudian melihat ganjaran berupa surga yang sebagai balasan memakaikan baju luar jeleknya kepada orang tersebut. Itulah mengapa Syaban berteriak “Aduh, kenapa tidak yang baru… ” Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban. Jika dengan baju jelek saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.

Ketiga, Selanjutnya kalimat yang ketiga. “Aduuuh kenapa tidak semua…”. Berikutnya Sya’ban melihat lagi suatu adegan saat ia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. Bagi yang pernah ke tanah suci (untuk haji, umroh atau bekerja) sudah tentu tahu sebesar apa ukuran roti disana (Lebih besar 3 kali dari ukuran rata-rata roti Indonesia).

Ketika ia baru saja hendak memulai sarapan, munculah seorang pengemis di depan pintu yang meminta diberikan sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal tersebut, Sya’ban merasa iba. Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun ia bagi dua. Kemudian mereka makan bersama-sama. Allah Subhanahu wa ta’ala kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban dengan surga yang indah. Itulah mengapa ia berteriak “Aduh, kenapa tidak semua…” Sya’ban kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti dan susu itu kepada pengemis tersebut, tentulah dia akan mendapat surga yang jauh lebih indah.

Sungguh sangat luar biasa, seorang ahli ibadah yang bahkan sudah ditunjukkan kebaikan di akhir hidupnya, tapi masih bisa menyesal karena menngingat ada beberapa kesempatan dimana semestinya dia bisa beramal lebih kala itu. Semoga dengan Kisah ini menambah keimanan kita untuk selalu taat Kepada Allah dan membuat kita senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas dan juga kuantitas ketaqwaan dan ibadah kita kepada Allah… Aminnn..