1
News Sejarah Islam

Kisah Kabbab bin Arats, Si Pandai Besi Dengan Ketabahan Luar Biasa (Part 1)

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Khabbab bin Arats adalah seorang pandai besi yang ahli membuat alat-alat senjata, terutama pedang. Senjata dan pedang buatannya dijualnya kepada penduduk Makkah dan dikirimnya ke pasar-pasar.

Sejak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Khabbab pun mendapatkan kedudukan yang tinggi di antara orang-orang yang tersiksa dan teraniaya. Ia mendapat kedudukan itu di antara orang-orang yang walau pun miskin dan tak berdaya, tetapi berani dan tegak menghadapi kesombongan, kesewenangan dan kegilaan kaum Quraisy.

Dan dengan keberanian luar biasa, Khabbab memikul tanggung jawab semua itu sebagai seorang perintis.

Sya’bi berkata, “Khabbab menunjukkan ketabahannya, hingga tak sedikit pun hatinya terpengaruh oleh tindakan biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggungnya, hingga terbakarlah dagingnya.”

Kafir Quraisy telah merubah semua besi yang terdapat di dalam rumah Khabbab yang mana besi-besi itu dijadikannya sebagai bahan baku untuk membuat pedang, menjadi belenggu dan juga rantai besi. Kemudian alat-alat yang terbuat dari besi itu mereka masukkan ke dalam api hingga menyala dan merah membara, kemudian mereka lilitkan ke tubuh, pada kedua tangan dan kedua kaki Khabbab.

Pernah pada suatu hari ia pergi bersama kawan-kawannya sependeritaan menemui Rasulullah SAW, bukan karena kecewa dan kesal atas pengorbanan, hanyalah karena ingin dan mengharapkan keselamatan.

Mereka berkata,”Wahai Rasulullah, tidakkah anda hendak memintakan pertolongan bagi kami?”

Rasulullah SAW pun duduk, mukanya jadi merah, lalu sabdanya: “Dulu sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang disiksa, tubuhnya dikubur kecuali leher ke atas. Lalu diambil sebuah gergaji untuk menggergaji kepalanya, tetapi siksaan demikian itu tidak sedikit pun dapat memalingkannya dari agamanya. Ada pula yang disikat antara daging dan tulang-tulangnya dengan sikat besi, juga tidak dapat menggoyahkan keimanannya. Sungguh Allah akan menyempurnakan hal tersebut, hingga setiap pengembara yang bepergian dari Shana’a ke Hadlramaut, tiada tahut kecuali pada Allah Azza wa Jalla.”

webinar umroh.com

Khabbab dengan kawan-kawannya mendengarkan kata-kata itu, bertambahlah pula keimanan dan juga keteguhan hati mereka. Dan masing-masing dari mereka berikrar akan membuktikan kepada Allah dan Rasul-Nya hal yang diharapkan dari mereka, ialah ketabahan, kesabaran dan pengorbanan.

Demikianlah, Khabbab menanggung penderitaan dengan sabar, tabah dan tawakkal. Orang-orang Quraisy terpaksa meminta bantuan Ummi Anmar, yakni bekas majikan Khabbab yang telah membebaskannya dari perbudakan. Wanita tersebut akhirnya turun tangan dan turut mengambil bagian dalam menyiksa dan menderanya.

Wanita itu akhirnya mengambil besi panas yang menyala, lalu kemudian menaruhnya di atas kepala dan ubun-ubun Khabbab, sementara Khabbab menggeliat kesakitan. Tetapi nafasnya ditahan hingga tidak keluar keluhan yang akan menyebabkan algojo-algojo tersebut merasa puas dan gembira.

Pada suatu hari Rasulullah SAW lewat di hadapannya, sedang besi yang membara di atas kepalanya membakar dan menghanguskannya. Hingga kalbu Rasulullah pun bagaikan terangkat karena pilu dan iba hati. Rasulullah kemudian berdoa, “Ya Allah, limpahkanlah pertolongan-Mu kepada Khabbab!”

Dan kehendak Allah pun berlakulah dan begitu terlihat nyata, dimana selang beberapa hari kemudian, Ummi Anmar menerima hukuman qishas. Seolah-olah hendak dijadikan peringatan oleh Yang Maha Kuasa baik bagi dirinya maupun bagi algojo-algojo lainnya. Ia diserang oleh semacam penyakit panas yang aneh dan mengerikan. Menurut keterangan ahli sejarah ia melolong seperti anjing.

Dan orang memberi nasihat bahwa satu-satunya jalan atau obat yang dapat menyembuhkannya kala itu ialah menyeterika kepalanya dengan menggunakan besi menyala. Demikianlah, kepalanya yang angkuh itu menjadi sasaran besi panas, yang disetrikakan orang kepadanya tiap pagi dan juga petang.

(Bersambung ke Part 2)