1
Motivasi Tips

Muliakanlah Istrimu

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Suami: “Tadi di kantor, pakai topi ini ada yang komentar, Pak, kok jadi kelihatan lebih muda ya,”
Istri: “Halah, pasti aja begitu,”
Suami: “Beneran,”
Istri: “Terus, maunya cari bini lebih muda gitu, biar serasi?”
Suami: “Loh, kok arahnya ke situ,”
Istri: “Istrimu ini dong dimudain, kasih biaya perawatannya sini, biar adil.”
.
***
.
Wahai para suami, ketahuilah. Istrimu menua karena melayanimu. Melayani anak-anakmu. Kantong matanya melorot karena kurang istirahat. Kulitnya kering tersebab kurang belaian body lotion. Rambutnya rontok karena tak kenal kata creambath.
.
Bagaimana istri tak cepat menua. Tak sedikitpun waktu tersisa untuk merawat dirinya. Jangankan perawatan berbiaya di salon-salon kecantikan, yang kau pun tak menganggarkan dalam daftar nafkahnya. Perawatan alami nol bugdet pun tak sempat. Walau sekadar memanfaatkan sisa putih telur yang menempel di kulit untuk olesan muka. Perasan seledri untuk penyubur rambutnya. Atau remasan mentimun sisa lalap yang tidak kau makan, untuk mengencangkan aset di dadanya.
.
Mengurus rumah dari terbit fajar hingga matamu terpejam. Melayani anak-anak dari kandungan hingga belajar berjalan. Sungguh menggerogoti energi cantiknya. Para istri telah menukar keindahan tubuhnya dengan pengabdian tak terhingga. Meski mengorbankan kulit mulusnya hingga mengeriput. Tubuh kencangnya hingga mengendor. Muka segarnya menjadi kuyu. Demi dirimu. Anak-anakmu.
.
Lalu ketika istrimu terlihat menua, kau masih gagah perkasa. Kau pun berpikir menduakannya. Mungkin tak salah, tapi sudah salehkah? Tidakkah menyakitinya? Tengoklah ke belakang. Ketika istrimu rela merintis pernikahan dalam kondisi susah. Rumah masih ngontrak. Perabotan nyicil mengandalkan uang arisan. Ke mana-mana istrimu ngangkot kepanasan.
.
Lalu anak-anak melahirkan rezeki ke rumah. Mendongkrak karier dan tunjanganmu. Rumah terbeli. Perabot terisi. Kendaraan tersedia. Kenyamanan dalam genggaman. Kalian pikir itu karena kehebatanmu? Bukan! Itu rezeki istrimu yang salehah, yang memang tidak bekerja, dititipkan padamu. Itu rezeki anak-anak yang dididik dengan baik oleh istrimu. Rezeki anak yang dititip Allah melalui rekeningmu.
.
Lalu sekejap kau lupakan perjuangan itu semua. Ketika rutinitas dengan istri mulai membosankan. Setan pun menggodamu agar mencari variasi. Lengah, setan kian kencang membisiki. Hadirkan bening-bening wanita lain di pelupuk mata. Teman reunian. Teman kerja. Teman di media sosial. Inikah balasanmu untuk kesetiaannya?
.
Sungguh. Kau jauh-jauh mencari surga di wanita-wanita kesekian. Padahal surga itu dekat di sampingmu. Pandanglah dia. Istri yang ridho kau renggut dari kebahagiaan di sisi orangtuanya. Kau nikahi dengan penuh perjuangan. Yang tetap tersenyum walau hatinya menangis. Yang kau tak mampu menghapus air matanya, karena mengalirnyapun kau tak tahu kapan. Sebab istri adalah wanita sejati. Yang sengaja menyimpan rapat-rapat air matanya dari pandanganmu. Seperih apapun jiwanya.
.
Pikirkanlah jika ingin berpaling darinya. Sudah kau hamburkan apa saja untuk menyenangkan istrimu? Sudah pernahkah kau beri ia senyuman terindah nan menggoda jantungnya? Sudah pernahkah kau bisikkan kata-kata mesra di telinganya? Sudahkah kau kecup keningnya mengajak tahajud berdua di keheningan sepertiga malam?
.
Itu bukan pemberian termahal. Apalagi jika kau merinci pemberian materi padanya. Sudahkah kau ajak ia jalan-jalan ke tempat menyenangkan, yang belum pernah kakinya menginjak di sana? Sudahkah kau gandeng tangannya menginjakkan kaki ke tanah suci? Sudahkah memberangkatkan haji dia dan orangtuanya?
.
Wahai para suami, kau adalah satu-satunya lelaki beruntung tempat istri bergantung. Kau adalah suami istimewa di mata istri yang tak menuntut apa-apa, kecuali menjaga hatinya. Mendidiknya agar menjadi istri yang istimewa. Wanita yang kelak ridho mendorongmu menambah pahala; dengan membangun mahligai baru bagimu. Asalkan, ia sendiri telah kau bahagiakan. Tak kau sakiti barang sejengkal.
.
Jadi, ridho tidaknya istrimu bukan terletak di hatinya. Tapi di dirimu sendiri. Didikanmu. Caramu membahagiakannya. Wahai para suami, pekalah dengan suara hati istrimu. Sungguh, surga ada di hatinya.(*)
.
Inspirasi dari curhatan seorang istri yang ketakutan karena merasa “diteror” oleh suami yang kerap mengancam akan poligami dan ‘menyingkirkannya’ dari rumah.
.
PESAN MORAL dari TULISAN INI:
Bukan antipoligami. Suami wajib mendidik dan membahagiakan istri semaksimal mungkin, agar istri paham dan ridho. Baru berpikir menambah kebahagiaan dari istri tambahan. 😊