Siapapun yang berpikir rasional akan memahami bahwa wanita memang ditakdirkan untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Dengan melihat dan berkaca pada pandangan fisik dan psikologis di atas, akal sehat yang rasional pun akan dapat menyimpulkan bahwasannya laki-laki dan wanita memang ada perbedaan. Tidak usah jauh-jauh, dari yang kasat mata saja. Secara kekuatan fisik misalnya, kekuatan fisik wanita dan lelaki secara kodrat umumnya berbeda, dimana kebanyakan fisik wanita lebih lemah, sehingga ada beberapa pekerjaan yang hanya bisa dilaksanakan oleh wanita dengan fisik yang lemah itu, dan ada juga pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan wanita dan hanya bisa pria.
Contoh sederhana saja, wanita sering kali merasa kesulitan untuk dapat memasukkan galon ke dalam dispenser. Rata-rata dalam kasus tersebut memang butuh bantuan laki-laki. Terang saja, karena secara fisik laki-laki jauh lebih kuat. Namun, laki-laki secara mental butuh wanita juga. Laki-laki akan gelisah jika ia hidup sendiri tanpa adanya kehadiran seorang wanita. Sekuat-kuatnya fisik seorang laki-laki, ia tetap membutuhkan bantuan seorang wanita yang menguatkannya secara mental.
Perbedaan dari segi bentuk fisik dan juga aspek biologis antara lelaki dan wanita memang sudah paten. Tidak akan bisa diubah walau menggunakan teknologi termutakhir dan paling canggih sekalipun. Memaksa untuk mengubahnya itu malah bisa jadi dosa, sebab termasuk mengubah ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala. Karenanya, wanita ya tetap wanita, laki-laki ya tetap laki-laki. Tidak ada kekuatan yang mampu mengubah ketentuan yang digariskan pencipta sekuat apapun usaha manusia. Apalagi mau mengubah secara paksa dengan hanya penampilan saja, tentu tidak bisa. Ingat tuh!
.
Ada yang perlu digarisbawahi. Secara fisik, wanita memang terlihat lemah. Namun begitu, Islam sangat memuliakan wanita. Banyak dalil yang menjelaskan bahwa wanita itu hebat sekali pun secara fisik lemah. Misalnya saja, hadits bahwa surga itu di telapak kaki seorang ibu. Sangat berbeda dengan pemahaman Barat yang menganggap wanita akalnya cuma setengah laki-laki. Jadinya, wanita diperlakukan rendah, hanya sebagai obyek seksual untuk dinikmati atau sebatas komoditas pajangan untuk mengenalkan sebuah produk. Contoh, banyak wanita yang diminta berpakaian seksi, memamerkan tubuhnya untuk promosi barang (yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan urusan pamer tubuh ini). Padahal, yang seperti ini justru menghilangkan kehormatan wanita.
.
Wanita dalam Islam sangat berharga, tidak murahan dengan dinilai hanya dari fisik saja. Wanita punya potensi besar luar-dalam, yang jika digunakan untuk melaksanakan tugas sebagai umi shalehah, Allah akan mengangkat derajatnya dan memberikan pahala berkali-kali lipat.
Anda tentu paham bahwa Allah itu Maha Tahu. Dia memberikan tatanan syariah khusus bagi wanita dan khusus juga bagi laki-laki agar manusia tetap terjaga. Maka, seharusnya manusia menerima saja perbedaan ini secara lapang dada.
Tidak perlu memaksakan diri mengubah atau meminta status sama. Kalau dipaksa untuk dapat diubah atau ingin meminta kesamaan, maka resikonya akan sangat berbahaya sekali, baik secara sosial pun akan kebingungan, sehingga terjadilah masalah-masalah besar di dunia maupun di akhirat.
Jadi sangat rasional agar wanita tetap pada posisinya sebagai wanita. Bayangkan saja seandainya seorang wanita memaksakan untuk mengubah fisiknya. Dari yang dulunya berjenis kelamin wanita, lalu mengubah fisik menjadi laki-laki, misalkan dengan cara oplas (operasi plastic). Maka akan bahaya sekali dampak yang akan dihadapi, seperti banyak perubahan syariah Islam yang membingungkan. Sebagai contoh hukum waris, hukum shalat, hukum memandikan jenazah dan masih banyak lainnya.