Semua orang punya masa lalu. Yang terpenting mampu memanfaatkan masa sekarang untuk memperbaiki masa depan. Setiap orang memang ingin dan patut untuk selalu berhijrah dari masa lalu yang kurang baik untuk menuju masa depan yang lebih. Dalam tingkatan sekolah atau pun kuliah dan juga umum, mungkin tak jarang terdapat suatu kajian yang memang isi di dalamnya memiliki inti tujuan untuk mengajak dan mempengaruhi para peserta agar dapat berhijrah menjadi pribadi yang lebih baik.
Kita mungkin sekarang banyak melihat di sekolah-sekolah tak jarang ada yang mengadakan suatu kajian rutin dengan frekuensi tertentu, seperti seminggu sekali misalnya. Peserta yang hadir pun bermacam-macam dalam menyikapinya. Ada yang konsisten, ada pula putus di tengah jalan. Ada yang mengikuti kajian di sekolah beberapa kali saja kemudian akhirnya memutuskan utnuk berhenti dan tidak mau lanjut lagi. Dampak yang diikuti dari kajian yang diakan pun memang bervariasi pada masing-masing anak. Ada yang merasa kajian tersebut sangat menarik dan memberikan dampak luar biasa pada dirinya.
Namun sebaliknya pula, ada yang merasa tidak semangat. Alasan yang membuat mereka tidak semangat pun beraneka ragam. Seperti misalnya merasa jika kajian itu tidak begitu memiliki efek berarti karana sepertinya mereka berpikir bahwa kajiannya tidak akan bisa membuat mereka menjadi menjadi orang baik, sehingga percuma saja ikut kajian, toh tidak akan membuat dirinya shaleh dan pintar. Salah satu alasan lain bagi anak-anak yang menolak suatu kajian di sekolahnya adalah faktor keluarga. Ada yang memang dari keluarganya tidak begitu suka jika anaknya banyak ikut kegiatan seperti suatu kajian, karena lebih ingin lebih fokus pada akademik saja.
.
Namun yang paling cukup memprihatinkan dari berbagai alasan adalah, mereka merasa bahwa mereka tidak akan mungkin dapat berubah menjadi orang yang baik dan mulia. Pemikiran seperti ini muncul karena beberapa faktor juga, seperti merasa kemampuan otaknya biasa-biasa saja, atau karena selama ini masa lalunya tidak begitu atau bahasa kasarnya bisa dibilang kelam. Terlebih lagi apabila anak-anak berasal dari keluarga yang memang kurang bisa mendidiknya menjadi pribadi yang baik.
Melihat fenomena seperti itu, pemahaman seperti ini akan sangat berbahaya jika dimiliki oleh seseorang tak peduli pria atau pun wanita, sebab pemikiran seperti ini akan memberatkan proses menuju pribadi yang lebih baik sehingga nantinya akan menghambat untuk menjadi insan yang saleh dan salehah sejati. Padahal, menjadi wanita shalehah dan lelaki shaleh memang melalui proses. Sayang sekali, masih ada saja yang menganggap bahwa orang shaleh itu karena bawaan lahir atau karena masa lalunya bagus.
.
Oleh karena itu, siapapun yang ingin menjadi shaleh dan shalehah perlu menghilangkan perasaan minder. Dikarenakan berasal dari keluarga yang tidak baik-baik, kemampuan otaknya biasa saja, masa lalunya sudah suram banget, sehingga merasa tidak berharga lagi. Ingat semua orang punya masa lalu, punya masalah keluarga dan kemampuan otak sama. Yang membedakan adalah kemampuan manusia memanfaatkan masa sekarang untuk berubah menjadi lebih baik.
Selain itu, berhijrah memang memerlukan tantangan yang mana tak jarang memaksa kita untuk bisa bermental baja dan siap menghadapi segala cibiran yang ada. Masih bisa kita temui saat ini tatkala seseorang mau hijrah, teman-temannya mencibir dengan kata-kata yang dapat menggoyang keimaannya. Bayangkan! Orang mau berhijrah, bukannya dapat dukungan, malah diserang dengan berbagai ungkapan menyakitkan! Kata-kata seperti “sok suci lo!”, “sok alim lo!” atau di-ciee ciee-in dengan nada meremehkan pun terlontar. Yang terburuk? Sampai diganggu dan dibully oleh teman-temannya.
.
Di zaman now ini mungkin kita masih cukup banyak bisa menemukan kasus seperti itu. Apalagi dalam lingkungan yang memiliki aturan yang jauh dari nilai-nilai islami ini, orang mau berubah malah dikritik habis. Sementara, tak jarang yang bergelimang kemaksiatan malah didiamkan bahkan didukung!
.
Buat sahabat yang punya masa lalu buruk, jangan bersedih. Biarkan saja segala macam sindiran datang. Toh masa depanmu bukan di tangan orang lain, tapi di tanganmu sendiri dan Allah SWT. Kualitas hidup, harga diri, juga ada di tangan sendiri, bukan di tangan orang lain. Yang punya surga Allah, bukan mereka. Orang lain kadang cuma bisa ngomong, sementara orang yang ngomong belum tentu lebih baik dari yang diomongi. Fokus saja buat dirimu menjadi lebih berharga dengan berubah menuju kebaikan.