Siapa sih yang mau terus dianggap sebagai anak kecil? Kebanyakan dari sobat remaja pasti nggak mau kan? Penyebutan anak kecil sendiri oleh kebanyakan dan mayoritas orang diaggap sebagai bentuk penghinaan dan juga pelecehan. Itu menandakan seseorang yang dianggap anak kecil dianggap masih rendah kapasitasnya yang belum sanggup melakukan banyak hal yang bisa bermanfaat. Kalau dibilang anak kecil pasti jawabnya “aku udah dewasa, stop bilang aku anak kecil!”.
Ini adalah fakta, bahwa menjadi dewasa selalu dikaitkan dengan umur. Usia seorang remaja pada saat menginjak umur 17 tahun atau sering dikenal dengan sweet seventeen itu, bagi kebanyakan orang adalah pintu bahwa seseorang yang statusnya semula remaja berubah menjadi dewasa, naik level.
Ternyata itu anggapan salah ya sobat. Lho kok salah? Terus gimana yang benar?
Tua dan dewasa sejatinya adalah dua hal yang berbeda. Orang yang bertambah usianya belum tentu bertambah kedewasaannya, namun sudah pasti umurnya menjadi tua. Selain itu, tua dan dewasa juga tidak memiliki korelasi sama sekali dengan besarnya badan. Karena pertumbuhan seseorang juga berbeda-beda dari berbagai faktor yang mempengaruhi fisik orang tersebut, sehingga sangat tidak bisa sekali jika patokan besar atau tinggi badan menjadi sebuah penentu orang disebut dewasa atau tua.
Tua itu adalah bertambahnya usia seseorang dan berubahnya fisik seseorang dari mulai bayi, anak-anak, remaja, dewasa lalu tua, itu semua hal yang pasti terjadi, dan tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas hal itu. Apalagi patokan tua disini juga relative yang tidak selalu seragam dan tergantung darimana orang itu mengambil patokan bahwa seseorang sudah layak dianggap dan dikategorikan tua.
Berbeda dengan dewasa yang menunjukkan kematangan berpikir. Jadi dewasa disini tidak terkait dengan berapanya usia seseorang apalagi sekedar besarnya badan, tapi lebih pad acara berpikir. Bahkan dewasa dalam pandangan islam adalah orang yg sejak saat itu sudah dikenakan taklif (beban) hukum, atau yang biasa disebut mukallaf.
Lalu, Sejak kapan seseorang itu disebut dewasa? Sejak baligh. Dimana menurut standard an patokan Islam, balighnya seorang perempuan adalah ketika dia sudah mengalami menstruasi, sedangkan pada laki-laki yaitu ketika dia sudah mimpi basah. Saat itulah status seseorang yang semula masih disebut anak-anak mulai berubah dengan disebut sebagai mukallaf, atas hal tersebut, sejak itu juga dari setiap apa-apa yang dilakukannya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
Nah sobat, ketika kita sudah menginjak dewasa yaitu baligh kita akan dihadapkan dengan berbagai macam pilihan, pilihan untuk jadi seperti apa kita? mau kemana kita? untuk apa kita hidup? itu semua adalah pilihan yang harus kita pilih.
Enggak mau kan ya, kalau kita salah pilih dalam hidup ini. Di dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa hidup itu adalah pilihan.
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan” (QS Asy-Syams:8)
Dari ayat diatas menerangkan bahwa Allah sudah memberikan dua jalan kepada kita, Tinggal kita memilih jalan mana yang mau kita ambil, mau jalan fasik atau jalan takwa.
So, sebagai seorang muslim pilihan-pilihan kita haruslah berlandaskan hukum syara’, agar nantinya kita tidak tersesat. Ingat! pilihan kita akan dimintai pertanggungjawaban lho di akhirat.
Jadi biar kita tidak salah pilih, yuk kita timba ilmu agama sebanyak-banyaknya, karena ini modal utama agar tidak tersesat, ingat kata imam syafi’iy
” sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa (memiliki ilmu dan takwa), karena apabila yang kedua hal itu tidak ada, tidak dianggap hadir (dalam kehidupan).
Ngeri ya, eitss…bukan ngeri, tapi jadikan penyemangat, jangan sampai kita tidak dianggap ada dalam kehidupan ini ya?
yuk Ngaji!
Wallahua’lam