1
News Tips

Ingin Mewujudkan Negeri yang Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur? Ingatlah Pesan Berikut (Part 1)

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Meski saat ini Indonesia carut-marut di beberapa sisi, tetapi janganlah berputus asa. Tetaplah optimis jika insyaAllah ada harapan agar negeri ini bisa menjadi lebih baik. Segenap kaum Muslim selalu berharap agar Indonesia bisa menjadi sebuah negeri yang penuh dengan kemakmuran dan berlimpah ampunan Allah ‘Azza wa Jalla (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur).

Sebuah negara yang baik, kehidupan masyarakatnya juga baik. Kebutuhan hidupnya terpenuhi. Keamanannya terjaga. Masyarakatnya juga jauh dari sikap permusuhan dan saling membenci. Mereka justru toleran dan saling memaafkan. Dengan itu ampunan Allah Sang Maha Pengampun turun kepada mereka.

Banyak juga para kalangan merasa prihatin melihat kenyataan Indonesia saat ini. Negeri ini berlimpah sumberdaya alamnya, namun tak dapat menjamin kemakmuran penduduknya. Pasalnya, sebagian besar kekayaan itu justru diserahkan kepada pihak asing. Warga pun tidak mudah untuk memenuhi kebutuhan pokok, pelayanan kesehatan yang memadai, juga jaminan keamanan.

Di sisi lain, jumlah Muslimnya mayoritas, tetapi sungguh kontradiksi melihat keislaman mereka justru kurang tampak dalam kehidupan. Bahkan aturan Islam yang kaffah tidak hadir mengatur urusan masyarakat.

Namun demikian, selalu muncul harapan agar suatu ketika negeri ini menjadi negeri yang lebih baik lagi.

Gambaran al-Quran

Frasa yang berbunyi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur ada dan dapat dilihat dalam sebuah firman Allah SWT. Frasa tersebut sebenarnarnya disematkan kepada kaum yang berada di negeri Saba’.

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

webinar umroh.com

Sungguh bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), “Makanlah oleh kalian dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhan kalian dan bersyukurlah kalian kepada-Nya. (Negeri kalian) adalah negeri yang baik dan (Tuhan kalian) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (TQS Saba’ [34]: 15).

Imam Ibnu Katsir rahimahulLah, ketika dia menafsirkan ayat ini, yang menyatakan: “Saba’ adalah sebuah sebutan yang ditujukan kepada raja-raja yang ada di Negeri Yaman dan penduduknya…Dahulu mereka pernah berada dalam suatu kenikmatan dan juga kebahagiaan yang mengisi negeri dan juga kehidupan mereka, mereka juga diberikan kelapangan rezeki mereka serta tanam-tanaman dan buah-buahan kepada mereka. Allah SWT lalu mengutus kepada mereka para rasul.

Para rasul itu menyeru mereka agar mau memakan rezeki yang Dia berikan dan agar mereka bersyukur kepada-Nya dengan mau mentauhidkan-Nya dan juga beribadah kepada-Nya. Keadaan mereka (yang baik) itu terus berlangsung hingga masa yang Allah kehendaki. Lalu mereka berpaling dari apa yang diserukan kepada mereka. Akibatnya, mereka dihukum dengan datangnya banjir bandang dan terpencar-pencarnya mereka di banyak negeri.” (Tafsir Ibnu Katsîr, 6/445).