Bagi seorang calon ibu yang dalam masa kehamilannya, perlulah tingkat kewaspadaan yang sangat tinggi untuk memastikan janinnya sehat dan dapat melahirkan sesuai dengan waktunya tanpa adanya gangguan. Gangguan yang dapat terjadi pada saat sebelum kelahiran salah satunya yaitu solusio plasenta.
Solusio plasenta adalah suatu kondisi dimana terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Hal tersebut berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.
Di Indonesia kejadian solusio plasenta pernah di laporkan pada tahun 1968 dan 1971 yaitu 2,1% dari seluruh persalinan saat itu mengalami solusio plasenta. Frekuensi solusio plasenta pada berbagai negara tidaklah sama, karena cara penyelidikan dan daerah lingkungan tidak sama pula seperti di Inggris 0,5 %, Amerika 0,73 % dan tentunya akan berbeda pula pada negara lain.
Klasifikasi Solusio Plasenta
Menurut derajatnya solusio plasenta dibagi menjadi :
- Solusio plasenta ringan, yaitu kondisi dimana ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginam berwarna kehitaman dan sedikit. Perut akan terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah untuk
- Solusio plasenta sedang, yaitu kondisi dimana plasenta telah lepas lebih dari seperempat. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginam. Dinding uterus teraba tegang.
- Solusio plasenta berat, yaitu kondisi dimana plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan. Pada kondisi ini biasanya penderita akan mengalami
Solusio plasenta juga dapat diklasifikasikan menurut derajat lepasnya plasenta yaitu sebagai berikut:
- Solusio plasenta partsialis, yaitu kondisi dimana hanya sebagian plasenta terlepas dari tempat perlekatannya.
- Solusio plasenta totalis, yaitu kondisi dimana seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya.
- Prolapsus plasenta, yaitu kondisi dimana plasenta turun ke bawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
Penyebab Solusio Plasenta
Sampai saat ini penyebab dari terjadinya solusio plasenta belum diketahui dengan pasti, namun terdapat keadaan tertentu yang diperkirakan dapat menjadi penyebab solusio plasenta seperti umur ibu yang tua, penyakit hipertensi yang menahun, trauma, pre-eklamsia, multiparitas, tali pusat pendek, tekanan pada vena kava inferior dan defisiensi asam folik.
Patogenesis Solusio Plasenta
Terjadinya soliusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
Komplikasi Solusio Plasenta
Solusio plasenta memiliki komplikasi yang dibedakan menjadi komplikasi langsung (immediate) dan komplikasi tidak langsung (delayed). Komplikasi langsung (immediate) yang pada umumnya dirasakan yaitu:
- Pendarahan.
- Infeksi
- Emboli dan syok obstetric.
Sedangkan komplikasi tidak langsung (delayed) yang pada umumnya dirasakan yaitu:
- Couvelair uterus, sehingga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum.
- Hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.
- Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia.
- Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.
- Dan lain-lain.
Sumber: http://medicom.blogdetik.com