Al Mu’tashim Billah merupakan gelar milik Muhammad bin Harun Ar-Rasyid. Salah seorang khalifah dari Bani Abbasiyah yang menjabat setelah menggantikan saudaranya, Al Makmun.
Julukan Al Mu’tashim Billah berarti ‘Yang berlindung kepada Allah’. Gelar yang disematkan pada namanya ini menjadikan Muhammad bin Harun Ar Rasyid sebagai khalifah pertama dari Bani Abbasiyah yang menggunakan kata ‘Allah’ pada namanya. Ia menjabat dari tahun 833 hingga 842 Masehi.
Baca juga: Ini Sosok Abu Musa, Sahabat Rasulullah yang Penuh Talenta
Mengenal Sosok Al Mu’tashim
Umroh.com merangkum, Al Mu’tashim adalah seorang yang dikenal memiliki tubuh yang kuat. Badannya kekar, dan ia memiliki sikap militer dengan kedisiplinan yang tinggi. Karakter tersebut menjadi alasan Al Makmun memberikan tampuk kepemimpinan kepada Al Mu’tashim, agar bisa menghadapi pemimpin kerajaan Byzantium yang sangat kuat.
Selain dikenal dengan kekuatannya, ia juga dikenal sebagai khalifah yang sangat memperhatikan kaum muslimah. Ia menjadi teladan bagi para pemimpin untuk segera bertindak cepat saat mengetahui ada perbuatan semena-mena terhadap wanita. KIsah tersebut sangat dikenal dalam kisah tentang Penaklukan Kota Ammuriah.
Sempat Ditentang
Pengangkatan dirinya sebagai khalifah sempat ditentang banyak pihak. Penentangan pertama datang dari para pasukan kerajaan. Para prajurit itu lebih mendukung Abbas bin Makmun untuk diangkat sebagai khalifah. Mereka mengangkat Abbas bin Makmun agar menggantikan Khalifah Al Mu’tashim.
Mendengar huru-hara itu, Al Mu’tashim berusaha meluruskan situasi. Ia kemudian memanggil Abbas bin Makmun ke markas induk pasukan. Al Mu’tashim memberikan nasihat kepada Abbas, hingga kemudian ia sadar dan bersedia mendukung pamannya itu sebagai khalifah pengganti ayahnya.
Penentangan juga datang dari para Alawiyah. Perlawanan itu dipimpin oleh Muhammad bin Qasim bin Umar bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bun Abi Thalib. Al Mu’tashim berhasil meredam perlawanan, dan memutuskan untuk menawan pimpinan perlawanan.
Harga pas di kantong, yuk pilih paket umroh Anda di sini!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Menghadapi Byzantium
Pasukan Byzantium sempat mengalami kekalahan, namun kemudian berhasil bangkit dan melakukan perlawanan. Berbondong-bondong, mereka mencoba menguasai Asia Kecil. Pasukan Islam yang ada di daerah itu dihalau hingga ke bagian utara Irak. Mereka juga menguasai kota kelahiran Al Mu’tashim, Zabreta.
Penyerangan yang dilakukan oleh pasukan Byzantium itu disertai dengan tindakan sewenang-wenang. Bahkan mereka melakukan hal yang sangat kejam kepada rakyat yang ada di kota itu. Para pria dibunuh, sedangkan anak-anak dan wanita ditawan. Siksaan yang keji dan pelecehan juga diterima penduduk kota itu.
Al Mu’tashim segera memerintahkan para pasukan untuk menyerang kota yang telah diduduki oleh tentara Byzantium itu. Serangan pasukan muslim berhasil memukul mundur pasukan Byzantium, sehingga mereka melarikan diri ke daerah bernama Dasymon. Di Dasymon, pasukan muslim dan tentara Byzantium berperang sengit. Sejarah kemudian mencatat perang itu sebagai Perang Dasymon.
Pasukan muslim berhasil menguasai medan dan menyisakan beberapa pasukan Byzantium. Sisa pasukan tersebut kemudian menuju Benteng Amorium (Amoria atau Ammuriyah), dan bersembunyi di sana. Pasukan muslim meneruskan perjuangan mereka dengan mengepung Galatia dalam waktu yang lama, sehingga benteng itu berhasil ditaklukan.
Seorang Wanita Berseru Memanggil Sang Khalifah
Sebuah kisah masyhur menunjukkan kepedulian Khalifah Al Mu’tashim kepada muslimah. Peristiwa itu tercatat dalam kisah Penaklukan Kota Ammuriah di tahun 223 Hijriah.
Di tahun 837 Masehi, seorang budak muslimah dilecehkan orang Romawi. Dia adalah keturunan Bani Hasyim, yang saat kejadian sedang berbelanja di pasar. Bagian bawah pakaiannya dikaitkan ke paku, sehingga terlihat sebagian auratnya ketika ia berdiri.
Dia lalu berteriak-teriak, “Waa Mu’tashimaah!”, yang artinya “Di mana engkau wahai Mu’tashim (Tolonglah aku)”.
Berita ini sampai kepada Khalifah. Dikisahkan saat itu ia sedang memegang gelas, ketika didengarnya kabar tentang seorang wanita yang dilecehkan dan meminta tolong dengan menyebut namanya. Beliau segera menerjunkan pasukannya. Tidak tanggung-tanggung, ia menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu Ammuriah (yang berada di wilayah Turki saat ini).
Punya rencana untuk pergi umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di umroh.com!
Jumlah pasukan yang diterjunkan Al Mu’tashim sangat banyak. Bahkan ada yang meriwayatkan bahwa tentara berbaris dengan sangat panjang. Barisan ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di Baghdad hingga Ammuriah (Turki). Mereka kemudian mengepung Ammuriah selama lima bulan. Dan Kota Ammuriah takluk pada bulan Agustus.
Pertempuran itu berhasil membebaskan kota Ammuriah dari kuasa Romawi. Tiga puluh ribu tentara Romawi terbunuh, sementara tiga puluh ribu lainnya ditawan.
Baca juga: Selain Dokter, Ini Pekerjaan Lain Ibnu Tufail
Al Mu’tashim kemudian mencari pelapor berita tentang wanita yang memanggil namanya. Setelah bertemu, Al Mu’tashim mengetahui rumah si wanita. Dia pun menuju ke sana dan berkata kepada si wanita, “Wahai Saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku?”. Sang wanita mengangguk dan terharu. Beliau lalu memutuskan untuk memerdekakan si wanita. Bahkan dengan wewenangnya, orang Romawi yang telah melecehkan pun dijadikan budak bagi si wanita.